Sampai beberapa bulan lalu, Milly Ratudian Purbasari jauh dari dunia politik. Ia seorang arsitek. Kini, tekadnya mantap menjadi calon anggota legislatif Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk DPR RI dari daerah pemilihan Jawa Barat II (Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat).
Menjadi arsitek merupakan cita-cita Milly sejak kecil. Itu semua berawal dari hobi bermain lego dan menggambar rumah. Selulus SMA, istri dari Shafiq Pontoh ini kuliah di Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Parahyangan.
Latar belakang sebagai arsitektur membawa Milly bergabung dengan berbagai operator hotel besar. Sebut saja Golden Tulip, brand di bawah Louvre Hotels Indonesia yang merupakan operator hotel kelas dunia dari Perancis, dan Tauzia Hotel Management. Atas dedikasi dan prestasi cemerlangnya, ia dipercaya sebagai Manajer Layanan Teknis dan Arsitek Korporat Golden Tulip dan Tauzia Hotel Management saat usianya belum 30 tahun.
Sibuk dengan karier profesional tidak lekas membuat Milly jauh dari aktivitas sosial. Milly memang telah aktif berkegiatan sosial sejak di bangku kuliah. Ia pernah menjadi Relawan Studio Habitat, yang memberikan desain gratis untuk Habitat for Humanity.
Kemudian ibu dua anak ini tergabung dalam gerakan “Save Babakan Siliwangi” untuk menyelamatkan Babakan Siliwangi sebagai hutan kota di Bandung. Indonesia Berkebun juga merupakan komunitas yang ia turut bangun. Kemudian menjadi relawan di Komunitas Keluarga Kita yang turut aktif mengadakan kelas parenting di Jakarta.
Dulu alasan Milly aktif di komunitas karena tidak percaya dengan politik. “Dalam anggapan saya, di politik, kebanyakan orang haus akan kekuasaan saja. Sementara di komunitas relawan, yang menjadi tujuan bukan uang dan kekuasaan.
Namun, pada akhirnya, dia merasa perlu masuk ke dalam sistem untuk melakukan perubahan. Milly ingin melakukan perbaikan melalui dunia pendidikan. Bagi dia, selama ini korupsi dan intoleransi menjadi akar permasalahan yang menghambat kemajuan Indonesia di berbagai bidang, khususnya pendidikan. Untuk itu ia ingin memperjuangkan pendidikan yang berkualitas dan setara di Indonesia.
Kehadiran PSI membuat dia berubah pikiran soal politik. “Saya sangat anti korupsi. PSI jelas mengembangkan misi itu. Saya juga melihat PSI membawa cara baru dalam politik. Buat saya, ini bisa membawa perubahan di perpolitikan Indonesia,” kata perempuan kelahiran Bandung pada 1984 ini.
Keputusan Milly maju politik pun mendapat dukungan dari sahabatnya yang juga sudah lebih dulu berada di Senayan, Meutya Hafid.
“Saya kaget Milly masuk politik, karena saya tahu dia sangat profesional, juga sangat idealis. Sebuah kombinasi yang jarang di politik. Apalagia ia perempuan. Tapi politik memerlukan Milly, yang tidak hanya mewakili perempuan tetapi juga perspektif dari anak muda,” ujar Meutya.