Partai Solidaritas Indonesia (PSI) besutan mantan presenter cantik Grace Natalie kini mulai bersiap menghadapi Pemilu 2019 mendatang. Sebagai partai baru yang bahkan belum lama didaftarkan di Depkum HAM, PSI ingin lolos dalam verifikasi dan menjadi kontestan pada Pemilu 2019 mendatang.
Targetnya tidak muluk-muluk, minimal sama seperti Partai Nasdem yang dalam Pemilu 2014 lalu mendapatkan suara sekitar 6 persen.
“Target tentu minimum seperti Nasdem, karena Nasdem kemarin partai baru kemudian lumayan 6 persen,” kata Ketua Umum PSI Grace Natalie dalam wawancara khusus dengan merdeka.com di kantor Indonesian Institute, Kamis (23/4) lalu.
Untuk mencapai target tersebut, berbagai langkah dilakukan di antaranya dengan menggandeng ormas-ormas Islam toleran, seperti NU dan Muhammadiyah. PSI juga memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak-anak yang selama ini masih terabaikan.
“Kita masih ketemu Perda-Perda nggak ramah perempuan. Contoh larangan jam malam, atau perempuan nggak boleh naik motor kalau tidak dengan muhrimnya, macam-macam, yang kalau kita punya pemimpin perempuan, nggak akan lahir diskriminasi gender,” kata Grace Natalie.
Berikut wawancara lengkapnya:
Sebagai ketua umum yang kebetulan perempuan dan seorang ibu, apakah Mbak Grace Natalie ke depan akan membawa PSI memperjuangkan hak-hak ibu serta anak?
Terkait dua-duanya, perempuan secara populasi hampir sama dengan laki-laki. Dulu katanya perempuan jauh lebih banyak daripada laki-laki, nggak juga. Tetapi sayangnya karena politisi perempuan sedikit, perempuan yang ada di posisi legislatif nggak banyak. Akibatnya kami merasa kebijakan di daerah dan pusat banyak yang nggak ramah perempuan. Kita masih ketemu Perda-Perda nggak ramah perempuan. Contoh larangan jam malam, atau perempuan nggak boleh naik motor kalau tidak dengan muhrimnya, macam-macam, yang kalau kita punya pemimpin perempuan, kita nggak akan lahir diskriminasi gender, tapi itu masih kita temui. Kita ingin mengajak perempuan lebih aktif dalam proses pembentukan regulasi agar lebih ramah kepada perempuan dan anak. Karena perempuan selama ini kesannya cuma penuhi jatah kuota partai. Padahal dunia internasional banyak perempuan yang menduduki jabatan strategis, tapi kenapa giliran di politik jarang.
Kita pengen memberi peranan lebih kepada perempuan. Di DPP kami 70 persen pengurusnya perempuan. Bukannya diskriminasi ke laki-laki, nggak kok. Di daerah persentasenya sekitar 50 persen perempuan, sementara. Tapi kurang lebih di kisaran 50 persen di daerah. Ini akan kita jaga terus sampai ke kecamatan.
Saya sebagai perempuan juga sebenarnya ada pesan ke luar yaitu orang seperti saya saja dengan berbagai elemen minoritas, saya perempuan, muda, nonmuslim, Tionghoa, nggak punya pengalaman di parpol sebelumnya, orang seperti saya saja diberi kesempatan dan dipercaya. Harusnya orang di luar sana yang mungkin daftar dosa politiknya gak sebanyak dan sepanjang saya harusnya lebih merasa nyaman untuk berpolitik dan untuk menjadikan politik sebagai rumahnya, karena saya saja diberikan kepercayaan yang sedemikian.
Jadi nanti difokuskan ke perempuan dan minoritas?
Intinya, gak pakai DNA. PSI yang penting kebaikan dan keragaman. Kita nggak beda-bedakan orang minoritas, mayoritas dan sebagainya. Di politik mayorotas dan minoritas suaranya kan dihitung satu. Nggak masalah, kita hanya lihat substansinya, bukan atribut-atribut yang sudah given, apa yang diubah lagi seseorang ketika lahir dengan etnis tertentu. Jadi nggak ada masalah-masalah dengan hal itu.
Sekjen PSI kan orang Muhammadiyah, berarti PSI nanti juga akan menyasar suara di kalangan Muhammadiyah?
Oh iya, kita harapannya gitu. Temen-temen di DPP nggak cuma Muhammadiyah, ada HMI, NU, dan lain-lain. Kalau temen-temen dan sekjen tidak besar dari ajaran Muhammadiyah dan NU, pasti mereka tidak rela ketum diisi oleh saya. Kita tidak eksklusif Muhammadiyah, itu hitung-hitungan politiknya salah kalau Muhammadiyah saja, semuanya.
Harapannya di Muhammadiyah cukup besar, umumnya mereka terdidik, di kota, cukup melek politik, akrab dengan organisasi, kita mudah berbagi dengan teman-teman yang berada di lingkungan seperti itu. Tapi tentu tidak terbatas pada Muhammadiyah saja, tapi semua.
Menggunakan nama PSI apakah mendompleng nama PSI sebelumnya yang sudah ada?
Sama sekali nggak. PSI sebelumnya kan sudah kandas. Mungkin kalau generasi di atas kita akan mengkaitkan PSI dengan partai lama. Tapi kalau anak muda sekarang, jangan-jangan nggak, meski harus disurvei dulu sih, apalagi pemilih pemula. Mungkin ketika disodorkan nama PSI mereka belum ada yang terpikir bukan partai sosialis. Nggak ada masalah buat kita, nggak ada beban PSI yang lama.
Target PSI?
Target tentu minimum seperti Nasdem, karena Nasdem kemarin partai baru kemudian lumayan 6 persen. Jadi minimal kita harus seperti Nasdem.
Tapi Nasdem kan punya media, sementara PSI nggak punya media?
Optimis, kita punya teman-teman media. Kalau punya teman media lebih banyak mas daripada punya media, iya kan.
Mbak Grace kan punya suami, anak juga, bagaimana nanti ke depannya membagi waktu untuk partai dan keluarga?
Suami saya ajak bicara dari awal. Kita melalui proses berpikir sama-sama berpikir panjang, dengan segala konsekuensinya. Suami saya sekarang pada posisi yang mendukung. Dia sudah memahami, dan sudah mendukung. Saya juga cermat mengatur waktu. Rapat-rapat diusahakan efektif, kalau bisa dikumpulin jamnya. Sampai saat ini masih terhandel dengan baik. Suami saya belum komplain nggak lihat istrinya berapa hari. Bahkan dia sudah pada tahap apa yang bisa saya sumbangkan ke PSI.
Suami saya kebetulan bergerak di bidang IT, dia akan bantu kita untuk develop website PSI. Jadi untuk siasati politik nggak mahal deh, kenapa duit itu jadi barrier orang untuk berkontribusi ke dunia politik. Politik jadi barrier orang, kebetulan suami kan ahli di bidangnya. Bukan ecek-ecek loh. Temen-temen media yang meliput dan mensosialisasikan kenapa sih PSI hadir dan apa yang akan dicapai oleh PSI. Jadi suami dukung, anak masih keurus, semua baik-baik saja.
Bagaimana PSI memanfaatkan social media untuk mengembangkan partai ke depan?
Harus mas, socmed harus dimanfaatkan, karena kita kan partai anak muda. Masa anak muda gaptek. Jadi apalagi nanti 2019 pemilu pemula cukup banyak, mereka semua yang sudah melek IT. Jadi IT harus banget, justru kita senang sekali generasi muda melek IT, berarti ongkos politiknya makin murah.
Kemarin-kemarin ongkos sosialisasi mahal karena harus iklan TV, cetak kaos, cetak spanduk dan sebagainya, distribusi ke daerah kan mahal banget. Semakin banyak yang pakai Twitter, FB dan sebagainya, dan yang kita pantau nanti di 2009 makin banyak pemilih pemula, 30 persen anak muda, paham IT, makin senang kita. Itu akan lebih efisien dan yang akan dipertaruhkan ide-ide dan kreativitas. Pasti kita akan pergunakan itu (IT).
Sekarang baru tahun 2015, 2019 kan masih lama, waktu yang masih lama ini akan dimanfaatkan sebaik-baiknya, dengan cara apa?
Pasti, makanya kita start-nya dari sekarang. Kita ngerti banget untuk lolos bukan hal yang mudah. Saya ornag baru di parpol, pengurus baru semua, kita berguru ke yang sudah berpengalaman. Kita lihat harus segera mungkin dari sekarang karena ferivikasi nggak mudah, apalagi sampai ke kecamatan. Makin sulit cari pengurus bagus di kecamatan. Kita harus mulai sedini mungkin, sosialisasi kan berat juga, perkenalkan PSI agar diketahui orang itu pekerjaan panjang. Oleh karena itu kita harus mulai sedini mungkin.
Ini kan juga trial and error, yang model seperti ini kan cuma kita di republik ini, oleh karena itu kita mau waktu yang panjang agar bisa trial and error, kayak tadi saya bilang kita mau maksimalkan social media, sejauh mana penetrasi socmed, dari pemilu-pemilu sebelumnya, socmed penting.
Tapi karena yang akses orang-orang kota, kelas menengah, ini kan menempati porsi terbatas di pemilih kota. Jadi bagaimana kita maksimalkan itu, kita masih trial and error, kita manfaatkan waktu untuk melihat sejauh mana efektif atau nggak, atau perlu diubah atau bagaimana, itulah kita mengapa mulai dari sekarang.
Selain PSI ada partai baru yang juga akan daftar?
Yang belum deklarasi, nggak tahu. Denger-denger sih ada tapi namanya juga isu, katanya Projo kemungkinan mau, tapi ya entah apakah mereka sudah mulai kumpulkan verifikasi, terdaftar di Depkumham, kita nggak tahu.
Tahapan di Depkum HAM seperti apa?
Depkum HAM kan terbuka terus. Kalau ada yang masuk, sekarang kayak kami atau tahun depan ya terserah. Yang nanti ada waktunya kan KPU yang menjelang pemilu. PSI sudah didaftarkan ke Depkum HAM per akhir 2014, setelah pemilu lalu kita intensif ngomong, setelah Pilpres lewat kita mulai intensif, dan sebagainya.
Perindo kan sudah deklarasi, akankah nanti jadi saingan PSI karena sama-sama partai baru?
Kami nggak kecil hati, tapi kita lihat Perindo punya potensi yang luar biasa. Mereka punya media, TV, online, radio koran, semua punya. Menarik sih seperti apa nanti Perindo dengan semua modal yang dimilikinya.
Mungkin Perindo nggak lihat PSI sebagai kompetitor, kita kan nggak punya apa-apa. Oleh karena itu kita manfaatkan jaringan pertemanan dengan media.