Dunia perpolitikan tanah air kini kian segar dengan masuknya wanita cantik Grace Natalie. Mantan preseter tvOne yang juga mantan Direktur Saiful Mujani Research & Consulting SMRC tersebut bersama rekan-rekannya yang masih muda memperkenalkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Bahkan, menurut Grace, saat ini partainya sudah bergerak ke tingkat kabupaten untuk melakukan perekrutan pengurus-pengurus di daerah. “Sekarang kita lagi rekrut di tingkat kabupaten. Provinsi sudah semua. Kabupaten sekarang sudah di atas 70 persen, tapi masih ada tingkat kecamatan lagi kan,” kata Grace Natalie dalam wawancara khusus dengan merdeka.com, Kamis (23/4) lalu.
Grace mengatakan, sebenarnya dia dan timnya tidak tiba-tiba membikin partai. Semua sudah disiapkan secara matang. Namun berdasarkan timeline-nya, sebenarnya saat ini harusnya belum dipublikasikan partai baru yang dia rintis itu. Namun, karena sudah terendus media, akhirnya dia pun bersyukur saat ini PSI sudah mulai dikenal oleh masyarakat luas.
“Kami sebenarnya belum rencana (menunjukkan ke publik), kalau mengikuti timeline kami, karena ya itu persiapan masih terus jalan, tapi kabar bocor duluan,” ungkap Grace.
Karena masih baru, partai ini pun belum memiliki kantor. Saat ini Grace dan kawan-kawan masih menumpang di kantor Indonesian Institute di daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Berikut wawancara lengkap wartawan merdeka.com dengan Grace Natalie:
Bagaimana ceritanya kok tiba-tiba bikin partai politik?
Jadi nggak tiba-tiba, ada prosesnya, cuma orang nggak tau. Saya dan sekjen, Raja Juli Antoni, berkawan cukup lama, kemudian ketika jelang Pemilu 2014 komunikasi kita makin intens. Sementara SRMC punya banyak hasil survei, kita diskusi, kita lihat pemilu ada sosok Jokowi, muda, baru, ada harapan baru di tengah-tengah tokoh lama. Kita lihat jalannya gak mulus-mulus banget untuk jadi capres, ketika itu. Padahal semua lembaga survei mulai dari yang kredibel sampai baru kita denger, semuanya menjagokan Jokowi. Ternyata satu bulan sebelum pileg baru PDIP mengumumkan, entah itu alasannya sengaja disimpan, karena takut dihabisi sebelum pemilu, atau memang saat-saat terakhir baru akhirnya mereka dengan rela hati memberi tiket capres ke Jokowi, kok kita lihat setengah hati. Ketika Jokowi sudah nyapres pun iklan PDIP, Indonesia Hebat malah Puan. Dengan kondisi kayak gitu kita lihat tokoh muda sulit sekali, nggak punya darah biru politik, dan modal terbatas, ini barrier-nya masih terasa sekali di parpol-parpol yang ada saat ini.
Kita mulai berbincang, bagaimana caranya orang muda kompeten, kita lihat misalnya di daerah, orang-orang baru, misal Ridwan Kamil, Ahok di Jakarta, Azwar Anas di Banyuwangi, mereka kan kalau kita lihat, Ridwan Kamil baru, kalau sampai mereka di akhir masa jabatannya punya sesuatu, mereka punya kans nggak untuk berbuat sesuatu yang lebih besar di tingkat nasional, susah. Jokowi saja kemarin diperlakukannya demikian. Mulai dari situ kita mulai berbincang dan sepakat harus membentuk parpol baru. Kenapa bukan ormas, LSM, karena kalau kita pengen unjungnya nanti bisa bikin terobosan sistemik, sampai punya regulasi, mengantar calon-calon, harus parpol, tak ada pilihan lain. Sesuai konstitusi kita jalurnya ke situ. Akhirnya kita sepakat, kita berikhtiar dan bikin parpol baru.
Kenapa baru akhir Maret lalu diperkenalkan?
Nggak sengaja sebenarnya, makanya ini bantuan temen media semuanya. Kami belum rencana keluar sekarang, karena mas lihat sendiri kantor saja belum ada, website belum punya, kartu nama pun belum cetak. Tapi kemudian pergerakan kita terendus oleh Majalah Tempo karena mereka mau bikin laporan partai baru. Kita nggak ngaku ntar dibilang bohong, kalau kita ngaku, kan baru sekali, kayak janin. Sama Majalah Tempo dibuat laporannya cukup panjang, kemudian bergulirlah akhirnya PSI jadi seperti sekarang ini, yang beritanya sudah terdengar oleh masyarakat. Kami sebenarnya belum rencana, kalau mengikuti timeline kami, karena ya itu persiapan masih terus jalan, kabar bocor duluan. Tapi blessing juga mas, karena responsyan positif sejauh ini, di sosial media, karena kebanyakan di berita online. Bahkan sudah banyak juga ada 200 orang relawan. Untuk kami terhitung banyak, karena kami belum resmi, yang mungkin bisa dibilang relawan tergerak untuk ikut bergabung berkontribisi, meski belum jelas mereka masuk divisi apa. Akhirnya untuk menampung orang-orang ini kita bikin pre registrasi, mereka naruh nama, nomor telepon, dll. Lumayan sudah ada 200 orang dan nggak cuma dari Jakarta, dari berbagai tempat. Ini modal awal bagi kami, karena jumlahnya terus bertambah, tapi kita akan terus komunikasi dengan mereka.
Step selanjutnya, sambil administrasi jalan kita rapat-rapat ke program. Kami dari awal sudah punya niatan bahwa PSI ini sebelum pemilu dari sekarang sudah harus punya dampak ke masyarakat. Kalau partai-partai yang lain, kita ingin beda. PSI harus punya dampak ke masyarakat, masyarakat harus merasakan PSI ketika di dekat mereka dampaknya apa ya. Nggak usah yang besar-besar, simpel saja, misalnya kita bantu orang mengerti apa sih BPJS, bagaimana cara daftar, banyak orang yang ngak ngerti caraya seperti apa sih, melalui online atau apa, sesimpel itu. Masih banyak lagi yang lain yang akan kita lakukan.
Partai ini konon tidak akan mencalonkan kadernya sebagai capres-cawapres?
Bukan kadernya yang tidak jadi capres, tapi saya sebagai pengurus partai tidak punya agenda jadi capres atau cawapres. Saya fokus membesarkan partai. Ini partai baru, kita harus lewati verifikasi, itu tidak mudah. verifikasidi Depkum HAM, KPU, tidak mudah. Kita pengen cari pemimpin orang-orang yang bagus melayani masyarakat, kan tidak gampang. Saya tidak ikut bertarung rebutan dengan kader-kader yang bagus-bagus itu untuk memperebutkan tiket capres. Kan partai tiketnya satu, masa dua, saya tidak ikut rebut itu, sama sekali.
Persiapannya sejauh ini sudah sampai di mana?
Sekarang kita lagi rekrut di tingkat kabupaten. Provinsi sudah semua. Kabupaten sekarang sudah di atas 70 persen, tapi masih ada tingkat kecamatan lagi kan.
Pengurusnya juga sudah siap semua?
Pengurus belum, kan bertahap. Di kabupaten kan ada 500 lebih, kita rekrut dulu yang inti-inti untuk kerjakan administrasi. Memang tidak butuh banyak, misal dua orang dulu di kabupaten. Intinya untuk memenuhi itu harus ada proses administrasi. Nah perekrutan pun dilakukan, anak-anak muda, yang bagus-bagus kita belum mulai perekrutan. Kita penuhi persyaratan administrastif dulu. Perekrutan untuk pengurus, mengurusi administrasi.
Targetnya selesai sampai kapan?
Target kita 2016 selesai. Sekarang kan masih cukup panjang. Enaknya kerja sama anak muda, berbagi visi, temen-temen di daerah yang sepakat, langsung bergerak cepat sekali, tanpa perlu diiming-imingi, mereka mengerjakan dari hati.
Untuk pengumpulan dana sementara ini bagaimana?
Kita kirim proposal kepada sejumlah orang yang kami percaya yang dari segi finansial sudah stabil, mereka nggak perlu cari uang di politik. Tentu dengan catatan tidak boleh campur dengan operasional partai. Tidak banyak memang yang mau menerima propesal kita. Tapi di awal untuk biaya, transport kemana-mana, itu lumayan cukup lah.
Temen-temen kan model gaya bekerjanya mereka nggak keliling, sewa mobil, habis sekian-sekian, nggak. Kita alokasikan dana nggak besar, nggak enak nominalnya saya
sebutkan. Kemudian mereka olah sendiri. Contoh ada pengurus di Pontianak, dalam rangka sosialisasi mereka keliling kabupaten cukup menggunakan bis kota saja. Dihitung-hitung 700 kilometer. Anak muda idealis, semangat tinggi mau kayak gitu. Kalau senior gak mau, oke saya keliling bawa mobil, akomodasi, dll. Kalau mereka (anak muda) langsung bergerak, tanpa perlu diimingi macem-macem. Jadi kita mengakui bikin partai itu pasti butuh biaya tapi tak perlu mahal kalau yang mengerjalan dari hati, berbagi goal yang sama, nggak keluar bujet baru jalan, jadi jalan dulu, biayanya minimal. Seperti sekarang, kita nggak keluar apa-apa untuk numpang ruangan kantor. Nggak perlu mahal-mahal.
PSI ini nantinya apakah juga akan merekrut tokoh yang sudah dikenal publik untuk mempermudah penjaringan massa?
Saat ini beluma ada karena kita nggak mau partai ini bertumpu pada satu tokoh. Sejak dari awal itu bukan model yang kita adopsi. Partai ini mau buka pintu seluas-luasnya untuk siapa pun tokoh kecil, besar yang mau berkontribusi menjadi pelayan masyarakat tanpa perlu bayar mahar, tanpa perlu mengeluarkan sejumlah uang. Orang mau melayani masyarakat kok keluarkan uang.
Pengalaman saya di SMRC, saya lebih terbuka mata saya dengan pengalaman-pengalaman seperti itu, sedih, kami dampingi calon-calon yang bagus. SMRC juga punya idealisme sendiri. Saya dan Bang Saiful Mujani ketika mendampingi seseorang lihat track record, kalau bagus kita dampingi tapi kalau ada cacat apalagi pernah berkasus hukum, kami milih tidak mendampingi. Selama ini banyak calon-calon keluar miliaran, uang diambil, dukungan nggak dikasih. Kita mengalami sendiri (waktu di SMRC). Selama ini sering kita dengar tapi alami sendiri nggak pernah, jadi kemarin alami sendiri. Dari pengalaman itulah, partai ini nanti nggak ada mahar-mahar, perlu dicatat. Muda, mau berkontribusi bagi masyarakat, nggak usah pakai mahar, PSI membuka pintu seluas-luasnya. Makanya kita nggak akan bertumpu pada satu tokoh.
Kalau artis-artis atau orang terkenal lainnya apakah akan direkrut juga?
Kalau mereka berbagi visi yang sama dengan PSI why not. Kalau artis punya agenda lain lagi di luar misi kami, kita memilih untuk tidak. Kami yakin, calon-calon di daerah mereka bertempur di daerah masing-masing. Artis banyak juga ya maju tapi nggak dapat (menang). Nggak jamin.
Apa yang membedakan PSI dengan partai-partai lain yang sudah ada, atau calon partai lain yang juga akan mendaftarkan untuk Pemilu 2019?
Yang pasti dari awal kami tawarkan partai ini start fresh, dari awal orang-orang di partai ini nggak pernah berpartai, kami nggak punya beban dosa-dosa politik dari orang sebelumnya. Kita start baru, bangun kultur sendiri. Dimana praktik uang, money politics yang buat seseorang terpilih mikirnya balik modal, itu kita tidak ada.
Kita nggak bisa jamin kader kita lurus terus. Tapi paling tidak kita mulai orang-orang yang bersih, baru, yang belum ada beban-beban, juga tidak terkontaminasi kultur politik yang lama. Kemudian selalu menjaga semangat muda, baru, selalu apdate dengan kondisi baru, kita batasi pengurus maksimal umurnya 45 tahun. Semua justru kisaran pengurus kita di daerah umurnya 20-30 tahun itu banyak banget. Jadi anak muda, mereka bekerja cepat, semangat, efisien, itu yang akan kita jaga semangat itu. Dan kita buka diri seluas-luasnya bagi orang yang ingin besarkan PSI.
Parpol-parpol lain mungkin ketum-ketumnya punya agenda jadi presiden. Jadi meski belum disurvei, belum diketahui apakah masyarakat menginginkan, dia sudah memasang diri, dan itu kita lihat. Orang dari parpol tertentu, survei elektabilitas nggak meningkat tapi tetep saja nggak mau kasih tiketnya ke tokoh lain yang lebih sesuai dengan aspirasi masyarakat. Kalau kita nggak, kita terserah ke masyarakat, pemimpin yang mana yang layak jadi capres.