Catatan Pada Usia 22 Tahun

Oleh: Tsamara Amany

Alhamdulillah hari ini resmi menginjak usia 22 tahun. Banyak pertanyaan pagi ini, utamanya dari keluarga dan teman, soal hadiah apa yang diinginkan. Hanya satu saja hadiah yang saya minta: DOA.

Doa apa? Hanya satu juga: agar PSI masuk parlemen tahun 2019 nanti. Mungkin di benak keluarga dan teman, saya hanya berpikir soal politik, politik, dan politik. Tapi bagi saya politik sudah menjadi begitu personal. Bukan karena saya ingin merasakan kursi Senayan. Politik bukan tujuan, politik adalah alat paling efektif untuk mencapai tujuan yang saya inginkan: membawa Indonesia bersih dari korupsi dan memberi kesejahteraan bagi rakyatnya.

Saya berpolitik sejak usia 19 tahun. Saya memulai semuanya sendiri. Orang tua saya bukan orang politik. Tapi mereka sangat mendukung langkah saya berpolitik. Itu mendorong saya untuk belajar soal politik. Saya mencoba membaca buku-buku pendiri bangsa Indonesia. Sukarno yang paling memikat saya.

Saya juga mencoba menuliskan pandangan saya di media sosial. Mendengarkan perdebatan seputar politik. Memahami cara kerja politisi-politisi berprestasi seperti Jokowi, Ahok, Risma, Nurdin Abdullah, dan lain-lain. Mencoba mengenal banyak orang dan mengajak mereka berdiskusi soal politik.

Pelajaran paling berharga yang saya dapatkan pada usia 19 tahun adalah magang di Balaikota DKI Jakarta. Saya betul-betul memelajari cara birokrasi bekerja. Saya mendapat mentor yang tepat dalam urusan kebijakan publik. Ahok dan seorang birokrat berprestasi di Pemprov DKI.

Dari situ saya mulai terlibat dalam Pilkada DKI, salah satu berkah terbaikyang saya dapatkan dalam proses ini adalah bertemu dengan teman-teman PSI. Saya mengenal mereka dan tau bagaimana idealisme mereka. Saya tau mungkin banyak orang yang menyatakan ini omong kosong, tapi saya tau PSI diisi orang-orang idealis karena saya merasakannya sendiri.

Sejak masuk PSI, saya sudah mengalami banyak hal. Mulai dari direndahkan karena masih muda, dilecehkan secara seksual, diolok soal kehidupan pribadi, hingga diancam dibunuh. Semuanya sudah pernah saya alami. Tapi apakah itu semua membuat saya menyesal berpolitik dan masuk ke PSI?

Sama sekali tidak. Bergabung dengan PSI adalah keberkahan bagi saya. Saya bahagia di PSI karena partai ini tak pernah membuat saya melakukan hal-hal yang tak sesuai nurani saya. Kami melakukan banyak hal yang selama ini kami kritik kepada partai pada umumnya. Kami membuat seleksi caleg terbuka, penggalangan dana publik, sistem pengawasan caleg, kami selalu bereksperimen demi politik Indonesia yang lebih baik. So, it’s all worth it!

Belakangan ini banyak yang meledek saya karena elektabilitas PSI yang masih rendah. Ada yang bilang ‘udah, pindah partai aja!”. Saya tegaskan ke mereka: lebih baik saya kalah bersama PSI dibanding menang dengan partai lain. Saya akan berjuang sekuat tenaga untuk partai ini.

Saya tak mau masuk ke DPR tapi tak mampu berbuat sesuatu. Saya ingin masuk ke sana dan memperjuangkan UU E-Budgeting, undang-undang yang saya percaya akan mampu membantu pencegahan korupsi di negeri. Saya hanya bisa melakukan itu semua bersama PSI, partai yang diisi orang-orang yang memiliki komitmen anti korupsi.

Pada 2019 nanti, saya percaya kami semua di PSI akan membuktikan bahwa anak muda mampu masuk ke DPR & mampu bawa perubahan. Karena itu, di hari ulang tahun ini, saya hanya memohon doa itu saja kepada Bro & Sis semua. Restui perjuangan kami untuk Indonesia lebih baik.

#TsamaraAmany #PSI #PSINomor11 #PSI11

Sumber

Recommended Posts