Curhat Generasi Langgas
Inspirasi Kolom

Curhat Generasi Langgas

JAKARTA, KOMPAS – Generasi langgas merupakan calon pemimpin muda bangsa. Mereka memerlukan kemampuan membaca dan membuat argumen yang kokoh dalam melihat kehdupan berbangsa dan bernegara. Hal ini bisa dilakukan dengan meluaskan wawasan, termasuk dari sisi yang bertentangan dengan ideologi masing-masing agar mereka memiliki pemahaan mendalam terhadap suatu permasalahan.

“Dalam banjir informasi di media arus utama dan media sosial, orang lebih senang memilih hal-hal yang sesuai dengan pemikirian mereka. Akibatnya, wawasan justru menyempit,” kata hali sosial-politik Indonesia dari Universitas Nasional Australia, Marcuz Mietzner, di Jakarta, Senin (17/4).

Ia hadir sebagai salah satu penanggap dalam acara bedah buku Curhat Perempuan karya Tsamara Amany, mahasiswa semester VI program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina, Jakarta, yang dikenal kritis dan memiliki banyak pengikuti di media sosial. Acara diadakan oleh Institut Indonesia- Pusat Penelitian Kebijakan Publik.

Buku tersebut menuturkan pandangan Tsamara sebagai anggota generasi langgas dalam melihat perkembangan sosial dan politik di Tanah Air. Dia mengkritisi pemerintah yang dinilai tidak tegas menindak kelompok-kelompok ekstrem yang mengancam persatuan bangsa.

Ia juga membahas keterlibatan generasi muda dalam politik praktis yang lebih mengedepankan aksi massa dibandingkan melakukan kontribusi yang berarti seperti membuat gerakan untuk memberdayakan masyarakat sekitar.

“Dalam mmebuat kritik tidak hanya bisa berkomentar, tetapi juga harus disertai bukti-bukti sejarah yang kuat sehingga terbangun argeumen yang baik,” ujar Tsamara sesusai bedah buku.

Narasumber lain, Komisarits PT Balai Pustaka Hamid Basyaib, mengatakan, sebagai wahana pendidikan masyarakat, terutama generasi muda, media arus utama berkewajiban menampilkan pemberitaan yang berbobot dan mendudukkan masalah. “Partisan tidak apa-apa, tetapi harus dengan alasan jelas, rasional, dan memiliki rujukan resmi sehingga pembaca muda juga bisa menganalisis dengan prespektif masing-masing,” katanya.

Penulis Ayu Utami berpendapat, buku Curhat Perempuan mendobrak anggapan generasi tua bahwa generasi langgas tidak kritis. “Justru mereka (generasi langgas) menggunakan berbagai bentuk media untuk mengekspresikan pemikirannya, ” ujarnya (DNE)
Sumber: Kompas, Selasa, 18 April 2017

Dukungan PSI kepada Jokowi pada Pilpres 2019 Dinilai Tepat
Liputan Liputan Nasional Sikap PSI

Dukungan PSI kepada Jokowi pada Pilpres 2019 Dinilai Tepat

Dukungan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) terhadap Presiden Jokowi pada Pemilu 2019 dinilai sebagai langkah yang tepat. Sebab, cepat atau lambat partai tersebut pasti akan mendukung Jokowi untuk kembali melanjutkan kepemimpinannya hingga 2024.

“Jadi ini hanya masalah keberpihakan mereka terhadap figur Jokowi yang mereka anggap baik dan merakyat,” ujar Direktur Program SMRC, Sirajuddin Abbas, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (12/4/2017). Menurut Sirajuddin, dukungan PSI bisa membawa berkah positif bila kinerja Jokowi dalam memimpin Indonesia dinilai masyarakat positif.

Hal ini bisa dilihat dari elektabilitas Partai Golkar yang cenderung meningkat setelah memberikan dukungan kepada Jokowi untuk kembali maju pada tahun 2019.

“Jadi image positif yang dibawa Jokowi akan berpengaruh terhadap siapapun yang mendukungnya termasuk PSI,” kata dia. Dukungan PSI yang dilakukan sejak awal, kata Sirajuddin juga semakin baik bagi partai tersebut karena masyarakat sedari awal sudah bisa mengetahui agenda ke depan partai yang digaungi anak-anak muda itu.

Namun demikian, Sirajuddin menyarankan kepada PSI untuk memulai membangun kredibilitas partai di tingkat daerah agar mereka layak dipilih. Caranya dengan mencari Calon anggota legislatif (caleg) yang harus bersih dan berintegritas tinggi. Pasalnya, sebagai partai yang menyasar pemilih muda biasanya mempunyai karakteristik yang kritis dan menginginkan pemimpin yang mempunyai kredibilitas dan kapabilitas yang baik.

“Juga jujur dan berintegritas baik sehingga diterima oleh semua kalangan,” kata dia. Walhasil, kata Sirajuddin bila semua hal di atas dilakukan PSI pada Pemilu 2019, maka partai tersebut akan mendapat simpati lebih dari masyarakat. Sebab, pemilih Indonesia cenderung cair dan tidak terlalu loyal dengan partai yang ada. Cara itu, kata dia juga pernah dilakukan oleh Partai Nasdem pada tahun 2014, Gerindra pada tahun 2009 dan Partai Demokrat tahun 2004.

“Jadi PSI sangat terbuka untuk mendapat simpati lebih dari masyarakat,” pungkasnya.

Sumber Tribunnews.com

PSI Calonkan Jokowi untuk Pemilihan Presiden 2019
Liputan Liputan Nasional

PSI Calonkan Jokowi untuk Pemilihan Presiden 2019

Presiden Joko Widodo, hari Selasa (11/04/2017) pagi, menerima Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia (DPP PSI) di Istana Merdeka. Pertemuan berlangsung hangat, penuh canda tawa, tanpa kehilangan substansi membahas berbagai persoalan.

Dalam pertemuan, Ketua Umum PSI Grace Natalie mengatakan: ”Bagi PSI, Presiden Jokowi adalah inspirasi bagi anak-anak muda untuk terlibat politik. Presiden Jokowi adalah buah nyata dari demokrasi dimana seorang warga biasa bisa menjadi presiden”.
Apalagi dua setengah tahun menjabat, Presiden Jokowi berhasil mengimplementasikan janji-janji politiknya. Pembangunan infrasruktur yang selama ini terbengkalai mulai dikejar, dan pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan menjadi program prioritas.
“Atas dasar itulah, PSI siap mendukung pak Jokowi sebagai calon presiden 2019,” kata Grace Natalie.
Menanggapi pernyataan itu, Jokowi mengucapkan terima kasih dan berpesan agar sebagai partai baru, PSI tampil berbeda. “Harus ada diferensiasi, kalian harus membangun kredibilitas dan integritas, ciptakan cara komunikasi yang baru, dan turun berkomunikasi langsung dengan rakyat”, kata Jokowi.
Dalam kesempatan itu, presiden membagi pengalamannya, yang “nyaris tanpa modal” ketika memenangkan Pilkada di Solo, dan Jakarta. “Kalian harus berani berbeda, jangan tiru model-model kampanye lama,” pesan Jokowi.
Percakapan juga masuk ke soal sosial media yang digandrungi terutama oleh anak muda. PSI sebagaimana Jokowi melihat medium baru ini penting, terutama sebagai alat untuk menyampaikan pesan politik. Jokowi sempat menceritakan kisah-kisah jenaka di belakang layar, terkait dengan v-log dengan Raja Salman dan kelahiran anak kambingnya.
Grace Natalie
Ketua Umum PSI
Menghargai Proses, Melawan Isu SARA dan Berharap pada Anak Muda
Diary PSI Liputan Daerah

Menghargai Proses, Melawan Isu SARA dan Berharap pada Anak Muda

Oleh :Ramlan Gumilar, Sekretaris DPD PSI Kabupaten Garut

Merekrut anggota untuk sebuah partai politik tidak semudah kedengarannya. Apalagi untuk parpol seperti PSI, dimana pengurusnya adalah anak-anak muda yang tampak belum berpengalaman dan membuat orang lain ragu untuk bergabung. Namun itu tidak menyurutkan semangat kami di DPD PSI Garut. Bagi kami, inilah saatnya kita mendobrak tradisi politik yang memandang anak muda dengan sebelah mata.

Proses perekrutan yang kami jalani sangat menguras pikiran dan tenaga. Kami mengatur strategi dengan memfokuskan perekrutan anggota di DPC-DPC yang sudah benar-benar solid tatanan pengurusnya dan didukung oleh elemen lain seperti simpatisan dan relawan. Contohnya DPC PSI Cibiuk. Kecamatn Cibiuk kala itu hendak melaksanakan turnamen bola voli tingkat kecamatan. Kegiatan tersebut kami nilai positif untuk anak muda di Kecamatan Cibiuk dan kamipun memutuskan untuk berkolaborasi dan mendukung turnamen tersebut.

Anak-anak muda di Kecamatan Cibiuk sangat antusias dengan turnamen tersebut karena kegiatan positif ini memang telah lama mereka tunggu, namun belum ada inisator yang  melaksanakannya. Bekerja-sama dengan panitia dan pemuda setempat, kamipun setuju bahwa akan ada perekrutan anggota PSI pada hari turnamen ini dilaksanakan yaitu pada 12 Februari 2017. Menjelang hari H kami menyempurnakan semua persiapan dan sangat berharap semuanya berjalan lancar.

Namun di hari H ternyata banyak sekali rintangan yang membuat saya dan rekan-rekan DPC harus bolak-balik ke polsek setempat. Tampaknya ada pihak-pihak yang merasa kegiatan ini sebagai sebuah intimidasi. Padahal kegiatan yang kami laksanakan adalah kegiatan olahraga yang memberi dampak positif pada pemuda. Perekrutan anggota yang kami lakukanpun tanpa paksaan sama sekali. Kami hanya membuka pendaftaran dan tidak memaksa siapapun untuk harus ikut.

Kami dituduh dengan isu-isu yang sama sekali tidak masuk akal. Ada yang menuduh kami mengumpulkan KTP untuk membangun gereja. Padahal, membangun rumah ibadah apapun, tidak diperlukan KTP. Ada juga yang menuduh kami adalah partai non-muslim. Kami mencoba meluruskan bahwa Partai Solidaritas Indonesia adalah partai yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebhinekaan dan keragaman. Kami tidak memandang dari sudut agama ataupun ras, kami hanya ingin berkontribusi untuk Indonesia.

Akhirnya kami memutuskan untuk sedikit mengalah agar suasana tidak semakin panas. Kami tidak memasang atribut PSI dan juga tidak menyetel lagi mars dan jingle PSI. Tapi pada akhirnya kami bisa bernafas lega karena event berjalan dengan lancar tanpa ada intimidasi lagi. Para peserta turnamenpun bertanding dengan sportifitas dan fair play.

Dan hingga kini kami sudah berhasil melampaui target anggota dan mengumpulkan nyaris 1.000 anggota. Kami percaya pemuda bisa menilai dan memilih. Kamipun tidak lelah-lelahnya untuk memfasilitasi anak muda untuk melaksanakan kegiatan positif yang dapat menjadi ajang penyaluran bakat mereka. Jika dikelilingi dengan kegiatan positif, kami yakin pemuda akan menemukan jalan untuk menunjukkan prestasi dan terhindar dari hal negatif.

Perjuangan terus kami lanjutkan dan kami yakin, Tuhan beserta anak-anak muda yang sungguh-sungguh dalam bekerja. Semoga semangat yang sama juga ada di diri Bro dan Sis para pengurus PSI di seluruh Indonesia.

Salam solidaritas,

Ramlan Gumilar, Sekretaris DPD PSI Kabupaten Garut