Tsamara PSI: Solidaritas Menemukan Makna Penting di Tengah Pandemi

 Jakarta-Pandemi Covid-19 telah membuat kata solidaritas menemukan makna pentingnya. Demikian disampaikan oleh Ketua DPP PSI, Tsamara Amany, dalam diskusi online bertema “Pahlawan di Sekitar Kita” yang digelar DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

“Mungkin sebelumnya kita menganggap solidaritas itu satu kata yang gak jelas artinya, apa sih konkretnya, tapi sekarang kata solidaritas menemukan makna yang sangat penting di tengah pandemi,” kata Tsamara, Senin 16 Agustus 2021, melansir situs PSI.

Tsamara melanjutkan, makna solidaritas itu tampak dalam aksi membantu sesama, terutama menolong masyarakat akar rumput yang paling merasakan dampak dari PPKM. Aksi saling bantu oleh masyarakat ini, menurutnya, penting karena kemampuan pemerintah terbatas.

“Kita tidak bisa selalu mengharapkan resources hadir dari pemerintah, tapi kita mengharapkan dari kita yang memiliki keistimewaan kepada warga akar rumput yang kesulitan, dan juga untuk pasien Covid-19 dan nakes yang kesulitan di masa pandemi ini,” lanjut mahasiswi S2 Public Policy and Media Studies di New York University itu.

PSI pun, imbuh Tsamara, sudah ikut ambil bagian membantu sesama sejak pandemi terjadi. Misalnya, saat ini PSI tengah menggalang donasi dari ribuan donatur untuk mengalokasikan 1 juta rice box yang akan dibagikan kepada rakyat terdampak pandemi di seluruh Indonesia.

Sampai sekarang, donasi yang terkumpul mencapai Rp 3 miliar lebih dan selalu dilaporkan kepada publik soal penggunaan dana donasi tersebut.

“Saya sendiri juga kemarin menggalang dana di kitabisa.com, alhamdulillah sudah terkumpul hampir Rp 70 juta, jadi sembako bisa dibagi untuk sekitar 300 KK. Jadi kita lakukan apa yang bisa kita lakukan, memang terbatas, pasti bergantung pada publik luas, tapi yang saya salut adalah publik tidak berhenti berdonasi. Kita optimis bahwa di Indonesia masih banyak orang yang peduli dengan sesama,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Yayasan Aksi Indonesia, Susy Rizky yang juga menjadi narasumber menceritakan hal ihwal dia mulai aktif menyalurkan donasi. Susy mengaku, keterlibatannya menyalurkan donasi yang sebagian besar datang dari teman-temannya di Facebook bermula dari peristiwa sengketa Pilpres 2019 dan berlanjut di masa pandemi ini.

“Jadi sebetulnya, yang saya kerjakan itu titipan dari teman-teman di friend list Facebook. Mulainya itu waktu sidang (hasil Pilpres) MK tahun 2019, kan Brimob dan TNI banyak yang diturunkan di Jakarta, nah sudah mulai itu teman-teman berdonasi. Kita kirim air mineral, makanan, dan buah-buahan, lalu dilanjutkan lagi ketika pandemi,” kata dia.

Dari sekian banyak donasi yang dia salurkan, ada kejadian yang membuatnya terenyuh, yaitu ketika menyalurkan peti-peti mati ke RSDC Wisma Atlet. Ketika itu, lanjut Susy, stok peti jenazah di RSDC Wisma Atlet hampir habis di saat jumlah korban meninggal dunia akibat Covid-19 terus melonjak. Sementara banyak jenazah tanpa keluarga yang harus segera dimakamkan.

“Saya ngomong di grup WA, saya cuma minta satu-dua peti saja, gak tahunya satu orang ngasih 25 peti, ada yang ngasih 65 peti, kenapa itu bermakna? Karena banyak yang meninggal itu terkadang anak kos, keluarganya jauh, ada juga yang perantauan gak punya keluarga di sini, belum lagi orang yang gak mampu,” imbuhnya.

Senada dengan Tsamara, dalam diskusi yang dimoderatori Juru Bicara DPP PSI Mikhail Gorbachev Dom itu, Susy pun salut dengan kedermawanan masyarakat.

“Saya salut sama teman-teman netizen, saya kan gak open donasi sebetulnya, itu inisiatif teman-teman, jadi gak pajang nomor rekening. Mereka yang sumbang, terserah mau dibelikan apa, kebetulan saya di lapangan ngerti apa yang dibutuhkan para nakes, petugas ambulans,” tambah Susy.

Terkait solidaritas yang kian menguat di masa sulit, Susy juga merasakannya sendiri. Menurutnya, perbedaan pandangan politik yang selama ini membuat masyarakat tersekat-sekat mulai memudar dan digantikan dengan kekompakan untuk saling bantu.

“Yang tadi Bro Gorba bilang bahwa solidaritas kita itu makin kuat, itu saya rasakan sekali. Teman-teman di friend list yang berlawanan pandangan politik, dalam hal ini kita sudah saling mendoakan, ikut donasi, jadi suasana itu -minimal di friend list saya- sudah agak cair, dan itu memberi harapan sendiri buat saya pribadi, oh ternyata teman-teman bisa kompak untuk tujuan begini,” lanjut Susy.

Melengkapi diskusi sekaligus menanggapi pertanyaan moderator tentang menguatnya gerakan filantropi kolektif membantu sesama yang belakangan muncul, Sarwono Kusumaatmadja berpesan agar hal itu harus terus dipelihara dan dipraktikkan dalam aspek-aspek lainnya, dan tidak hanya dalam masa pandemi saja.

“Iya memang ada bakat itu. Ini kan kayak kontaminasi, perbuatan baik itu menular, ya. Cuma saya mau kasih wanti-wanti, tren (kebaikan) ini harus dipelihara dan diperbesar, jangan kita lengah atau menyangka ini sebuah gejala permanen. Harus dipelihara dan dikembangkan dalam bentuk yang macam-macam, diaplikasikan di bisnis, di pendidikan, dll. Kalau tidak diteruskan, nanti ada bandulan sebaliknya (kejahatan/keburukan) dari luar,” pungkas tokoh senior yang pernah menjadi Menteri Eksplorasi Kelautan itu.

Sumber : https://www.industry.co.id/read/91528/tsamara-psi-solidaritas-menemukan-makna-penting-di-tengah-pandemi

Recommended Posts