Kami Pro “Sawit Putih” dan Anti “Sawit Hitam”

Terkait polemik atas video “Gadget Murah Karena Sawit” beberapa hal yang ingin kami sampaikan atau klarifikasi:

  1. Inti video tersebut sejatinya, kami fokus pada salah satu upaya menstabilkan rupiah. Salah satu caranya dengan menggenjot ekspor. Ini semacam insentif agar defisit perdagangan kita kembali bisa diperkecil untuk memperkuat rupiah.

2.  Namun yang berkembang kemudian adalah tuduhan bahwa PSI mendukung industri sawit yang merusak     lingkungan. Sekali lagi, sebenarnya fokus dari argumen kami sebenarnya buka soal sawitnya. Itu sebabnya, kami sebut kebijakan ini hanya bersifat SEMENTARA.

 

  1. Seperti halnya bisnis di sektor lain, selalu ada “aspek hitam” dan “aspek putih.” Kami pada prinsipnya tidak menutup mata bahwa ada banyak masalah lingkungan dan hubungan industrial diseputar industri sawit. Mulai dari perambahan hutan, hilangnya keanekaragaman hayati, gangguan atas ekosistem, hilangnya keseimbangan alam, menurunnya kualitas tanah dan sebagainya. Kami tidak menutup mata dan masalah itu juga harus mendapat perhatian.

 

  1. Faktanya, di satu sisi kekuatan ekonomi kita masih bertumpuh kepada industri sawit. Industri ini pada tahun 2017 menyumbang devisa sebesar USD 23 miliar atau setara Rp 300 triliun. Dalam “era Pasca Migas”, industri sawit menjadi primadona disusul pariwisata. Kita tak bisa menampik kenyataan bahwa penyumbang pada penyehatan neraca perdagangan RI adalah sawit. Laporan BPS Januari 2018, total ekspor nasional tahun 2017 bernilai USD 168,7 miliar, yang terdiri atas ekspor Migas USD 15,3 miliar, dan ekspor non Migas (termasuk ekspor sawit) USD 152,9 miliar.

 

  1. Dari surplus neraca perdagangan Indonesia tahun 2017 yang totalnya sekitar USD 11,8 miliar, industri sawit menyumbang devisa sebesar USD 23 miliar. Jika pendapatan dari sawit dikeluarkan, maka neraca perdagangan kita pada 2017 akan mengalami defisit minus USD 11,2 miliar. Defisit di tengah pelemahan rupiah akan berpotensi menimbulkan krisis. Faktanya Indonesia memiliki lahan sawit dengan jumlah terluas di dunia dan menyerap sekitar 21 juta tenaga kerja.

 

  1. Sekali lagi kami tegaskan bahwa kami mendukung bisnis “sawit putih” dan menolak bisnis “sawit hitam”. Video kami sebenarnya fokus kepada kebutuhan peningkatan eksport untuk mengatasi pelemahan rupiah untuk jangka pendek.

 

  1. Kami menghormati semua pandangan dan keberatan yang masuk atas “kesan” yang terlanjur tercipta. Kami menyadari bahwa masing-masing pihak memiliki sudut pandang dan argumentasinya sendiri yang harus didengar dalam rangka mencari solusi atas permasalahan ini. Apqlagi isu sawit sejak lama telah menjadi arena perdebatan.

 

  1. Demikian penjelasan kami, semoga berkenan. Terima kasih atas saran, masukan dan kritik kepada kami.

 

Rizal Calvary Marimbo

Juru Bicara PSI Bidang Ekonomi, Industri, dan Bisnis

Recommended Posts