Merebut Kembali Politik

Curhat Tsamara, Koran Solidaritas Edisi 11, 2017

“Jika kita frustasi melihat begitu banyak masalah di negeri ini, maka solusinya bukan berdiam diri sambil berharap seseorang akan menyelesaikannya”

Tsamara Amany

Tiga tahun lalu, saya memutuskan diri untuk sangat peduli tentang politik. Banyak tulisan saya yang tersebar di berbagai portal online. Selalu ada pro dan kontra terhadap setiap tulisan-tulisan saya. Hal itu wajar dalam demokrasi. Namun sering sekali kekesalan muncul ketika seseorang memberi saran kepada saya: “Jangan masuk politik! Politik itu kotor!”.

Saya percaya orang-orang yang menyatakan demikian adalah bagian dari orang-orang yang frustasi melihat kondisi perpolitikan Indonesia saat ini. Oligarki, korupsi, money politics, isu rasial, agama, fitnah dan hoax digaungkan ketika kampanye. Siapa yang tidak frustasi?

Tapi saya lebih frustasi melihat itu semua tanpa mampu berbuat apapun. Yang bisa saya lakukan adalah menulisnya dengan harapan banyak orang sadar dan tergerak. Tidak ada keputusan apapun yang bisa saya ambil karena saya bukan bagian dari sistem politik. Saya hanyalah warga negara biasa yang ingin membantu menyelesaikan masalah, namun tak memiliki kekuasaan untuk melakukannya.

Lalu ketika oligarki masih begitu langgeng, korupsi makin merajalela, dan kampanye menjadi ajang tebar kebencian, apakah kita justru menjauh dari politik dengan dalih bahwa ini adalah tempat yang kotor? Lagipula, benarkah politik adalah tempat yang kotor?

Jika kita frustasi melihat begitu banyak masalah di negeri ini, maka solusinya bukan berdiam diri sambil berharap seseorang akan menyelesaikannya. Ini sama saja seperti kita melihat sampah di depan mata kita kemudian ngomel-ngomel, tapi tidak mau membersihkannya karena kita merasa itu bukan tanggung jawab kita. Tidak bisa begitu! Masalah negeri ini tidak akan selesai jika semua warga negara tidak merasa bahwa ini tanggung jawab kita bersama sebagai bangsa.

Politik bukanlah tempat yang harus dijauhi. Sebaliknya, kita harus mendekatkan diri pada politik. Karena, untuk menyelesaikan berbagai persoalan bangsa yang kompleks, terjun dalam politik adalah cara yang paling masuk akal. Setiap keputusan yang ada di negara ini adalah keputusan politik. Mulai dari harga sembako hingga setiap barang yang kita pakai berasal dari keputusan politik. Politik adalah faktor penentu. Dan saya sendiri menolak untuk menjauh dari faktor yang menentukan bangsa ini ke depan.

Politik hakikatnya adalah tempat yang mulia. Bagi saya, definisi politik adalah kekuasaan untuk melayani rakyat. Bahkan saya berani mengatakan bahwa profesi paling mulia adalah politisi. Hanya dengan menjadi politisi, kita bisa membantu rakyat miskin, memberikan mereka akses pendidikan, kesehatan, dan pemakaman gratis, menentukan upah yang layak bagi buruh, memberi subsidi bagi petani,  membangun kultur birokrat yang melayani, membenahi ketertinggalan infrastruktur daerah-daerah pinggiran, serta menjamin bahwa hak-hak warga negara tidak terabaikan. Kita bisa melakukan semua ini tanpa mengeluarkan sepeser pun dari kantong pribadi. Yang kita lakukan adalah mengembalikan uang rakyat untuk kepentingan rakyat.

Menjadi politisi memberi akses kepada kita untuk mewujudkan sila kelima Pancasila, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Memang semua ini tidak mudah karena harus melalui pertarungan keras dalam politik. Akan ada oknum-oknum yang mencoba menghambat niat luhur tersebut. Tapi ini bukan berarti politiknya yang kotor. Yang kotor hanyalah unsur-unsur tertentu. Bersih atau kotornya politik tergantung siapa yang berada di dalamnya.

Kalau kita memiliki niat baik untuk menolong hajat hidup orang banyak, maka politik akan menjadi tempat yang mulia. Sebaliknya, jika kita justru memiliki niat buruk untuk mengambil keuntungan pribadi, maka politik akan menjadi tempat yang kotor.

Tentu caranya haruslah terjun ke politik praktis. Agar dapat berkuasa untuk menolong banyak orang, kita harus menjadi bagian dari partai politik. Suka atau tidak suka, partai politik adalah instrumen penting yang ada dalam demokrasi. Kita tidak dapat menafikan peran partai politik dalam proses pengambilan keputusan di era demokrasi.

Memang sepertinya partai politik menjadi salah satu alasan mengapa politik saat ini dipandang kotor. Banyak kader-kader partai politik yang dijebloskan ke penjara karena korupsi. Rakyat pun mulai tidak percaya lagi terhadap partai politik. Survei SMRC Januari 2016 menunjukkan bahwa partai politik menduduki posisi terendah (52,9%) dalam survei tingkat kepercayaan publik terhadap lembaga negara (https://www.google.com/amp/nasional.kompas.com/amp/read/2016/01/12/22100771/Survei.Tingkat.Kepercayaan.Pada.TNI.Paling.Tinggi.Parpol.Terendah)

Itulah mengapa partai politik yang terkesan kotor dan terlalu maskulin perlu disuntik nilai-nilai yang mengandung kebaruan. Perlu ada partai politik yang tidak menyandarkan badannya kepada tokoh-tokoh lama. Perlu ada regenerasi dalam partai politik Indonesia di mana anak-anak muda menduduki posisi penting.

Kita membutuhkan partai politik yang banyak memiliki kader-kader anak muda bersemangat, berkualitas, dan memiliki tujuan mulia yang jelas sebagai politisi. Anak-anak muda yang tau apa yang akan mereka lakukan jika terpilih menjadi anggota DPR, walikota, gubernur, dan mungkin di masa depan menjadi presiden.

Kita membutuhkan partai politik yang memiliki banyak kader-kader perempuan cerdas yang siap menduduki posisi penting di pemerintahan dan memenuhi parlemen agar hak-hak perempuan yang masih kurang diperhatikan dapat dicarikan solusinya dengan sungguh-sungguh.

Saya melihat nilai-nilai itu ada di PSI. Jika tiga tahun lalu saya memutuskan untuk peduli tentang politik, kali ini saya memutuskan untuk terlibat langsung dalam politik.

Meski suara-suara sumbang sudah mulai terdengar di seberang sana yang menyanyangkan saya harus terjun ke politik praktis dan berpartai, saya tidak akan mengubah keputusan ini. Saya tidak ingin sejarah mencatat nama saya sebagai seorang anak muda yang memilih berdiam diri. Saya ingin sejarah mencatat nama saya sebagai seorang anak muda yang berani berpolitik praktis untuk membawa perubahan bagi negerinya.

Ayo jadi bagian dari sejarah. Rebut kembali politik dan jadikanlah tempat yang bersih!

Tsamara Amany
Ketua Bidang Eksternal Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia

 

Recommended Posts