Dua aktivis pemberdayaan masyarakat, Ilma Sovri Yanti dan Slamet Abidin, bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan akan menjadi caleg di Pemilu 2024.
“Saya berkiprah 25 tahun di dunia aktivis kemanusiaan, dialog antar-iman, pemerhati hak anak, dan mengawal isu disabilitas. Dari semua aktivitas tersebut, banyak tugas yang tak selesai akibat kebijakan yang tidak berpihak. Untuk itu saya mencoba untuk memasuki dunia kebijakan, penganggaran, dan pengawasan melalui jalur politik dan saya memilih PSI,” kata Ilma dalam prosesi penerimaan di Basecamp DPP PSI, Kamis 13 April 2023.
Ia memilih PSI karena sepakat dengan toleransi dan anti-korupsi yang menjadi DNA partai tersebut.
“Saya memilih PSI yang ingin mengembalikan politik kepada nilainya yang luhur atas kepentingan yang lebih besar untuk bangsa dan negara Indonesia, bukan sekadar kepentingan politik jangka pendek,” lanjut Ilma.
Di PSI, Ilma ingin melanjutkan perjuangan untuk mengadvokasi hak-hak anak. Khususnya, memperjuangkan agar postur anggaran lebih berpihak ke kepentingan anak.
“Meningkatkan anggaran rehabilitasi perlindungan khusus anak, mungkin solusi tepat saat ini. Belajar dari negara maju, anggaran perlindungan khusus anak menjadi hal yang penting untuk menyelamatkan generasi bangsa,” kata Ilma.
Pada kesempatan yang sama, Slamet menegaskan, kalau mau mengubah sistem, harus masuk sistem dan kendaraannya adalah partai politik.
“Kalau hanya koar-koar di luar, paling cuma didengar orang saja, tapi tidak akan mengubah keadaan,” ujar Slamet.
Ia memilih PSI sebagai rumah perjuangan karena terpukau dengan gerakan anak-anak muda yang lantang bersuara dalam isu pemberantasan korupsi, kemanusiaan, dan pembelaan pada kelompok minoritas dan termarginalkan.
“Partai ini benar-benar bersih. Oleh karena itu, saya akan berjuang bersama PSI agar lolos ke Senayan dan mengawal gerakan melawan korupsi seperti dilakukan Pak Mahfud MD terus terpelihara,” ucapnya.
Bersama PSI, ia juga ingin memperjuangkan kepentingan kelompok disabilitas. Salah satunya tentang pemenuhan hak untuk menikmati fasilitas publik yang ramah disabilitas.
Aktivis NU itu melihat, selama ini kelompok disabilitas masih mengalami diskriminasi dalam mengakses fasilitas publik.
Selain itu, ia juga ingin menggagas program bagi generasi muda untuk mencintai dan membela Tanah Air agar tidak terjebak dalam narasi kelompok-kelompok intoleran yang merongrong kedaulatan NKRI.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum DPP PSI, Andy Budiman, menyambut gembira bergabungnya dua aktivis ini.
“Sis Ilma dan Bro Slamet adalah dua aktivis dengan integritas yang tak perlu diragukan lagi. Kini mereka menggeser medan perjuangan mereka ke ranah politik kepartaian. Kami sangat senang karena mendapat energi baru yang luar biasa. Kita akan sama-sama berjuang, berjuang dengan hati,” kata Andy.
Ilma besar di lingkungan Muhammadiyah. Ibunya pernah menjadi Ketua Aisyiyah dan ayahnya aktivis Muhammadiyah non-struktural di kampung halamannya di Sumatera Barat.
Di kampus, Ilma Juga pernah berorganisasi di IMM UIN Imam Bonjol Padang kemudian sempat mengikuti LK I HMI walau selanjutnya memutuskan lepas dari pengkaderan untuk menjadi independen dalam menjangkau kerja-kerja kemanusiaan.
Di dunia aktivisme, dalam 25 tahun terakhir, terutama dalam dunia pendampingan lapangan, nama Ilma tidak asing lagi. Ia terlibat dalam berbagai advokasi, pendampingan, dan kerelawanan, dalam berbagai isu dan kasus kebencanaan. Komitmen Ilma dalam mendorong penegakan HAM, perlindungan terhadap kelompok minoritas dan terpinggirkan, serta kebencanaan, diwujudkan dalam berbagai agenda dan aktivitas.
lma juga merupakan aktivis kemanusiaan yang bergerak di berbagai isu dialog antar-iman, yang
membuatnya kental dengan lembaga dan tokoh agama serta gerakan solidaritas kemanusiaan.
Selain itu, Ilma aktif di isu perlindungan anak dan disabilitas. Ilma banyak menginisiasi gerakan untuk kampanye Hak Anak dan Hak Disabilitas serta membangun kerja sama dengan kementerian, lembaga negara, BUMN, lembaga keagamaan, ormas dan civil society. Pada waktu bersamaan dia juga ikut menggawangi gerakan kebinnekaan dengan terlibat aktif membangun forum Komunitas Bela Indonesia (KBI) pada 2018-2019 dan membuat pelatihan 1000 Juru Bicara Pancasila di 25 provinsi.
Ketika Indonesia dan dunia diserang Covid-19, bersama sejumlah teman, Ilma membuat Gerakan Bantu Keluarga (GBK) yang membantu puluhan anak yang kehilangan orang tua dan keluarga akibat Covid-19. Ia juga melakukan gerakan vaksin untuk anak-anak yang tidak memiliki NIK.
Slamet Abidin pun bukan sosok asing dalam dunia aktivisme politik. Ia merupakan salah satu sosok aktivis 98 di Surakarta.
Ia pernah mengisi sejumlah posisi penting organisasi, antara lain, Ketua BEM Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Kota Surakarta, Sekretaris Asosiasi PKL Kota Surakarta, Ketua PKL Kota Surakarta, Ketua Komisariat PMII Kota Surakarta, Wakil Sekretaris PC PMII Kota Surakarta dan Ketua Lajnah Ta’lif wan Naser LTN NU PC NU Kota Surakarta.
Di partai politik, ia tercatat pernah menjabat Sekretaris DPC PKB Gus Dur, Sekretaris DPC PKBN (Partai Kebangkitan Bangsa Nusantara) Kota Surakarta dan Sekretaris DPC PKBIB (Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru) Kota Surakarta.