Baru-baru ini warga Yogyakarta dihebohkan dengan kasus siswi baru SMAN 1 Banguntapan dipaksa pakai jilbab. Peristiwa tersebut menuai berbagai sorotan termasuk oleh Juru Bicara PSI DIY, Risa Karmida.
Pihaknya menyayangkan momen saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) berlangsung tersebut justru menjadi hari yang menakutkan bagi salah satu siswi baru SMAN 1 Banguntapan.
“Seharusnya MPLS menjadi ajang untuk mengenalkan lingkungan sekolah baru yang aman dan nyaman bagi siswa-siswi untuk menjalani kegiatan belajar mengajar, bukan malah menghadirkan ketakutan untuk pelajar baru,” kata Risa pada Sabtu (30/07/2022).
Sebagaimana ramai dikabarkan, kejadian siswi baru SMAN 1 Banguntapan, Bantul, Yogyakarta itu terjadi saat MPLS. Salah satu siswa sempat dipanggil oleh guru BK kemudian ditanyai perihal alasan tak mengenakan jilbab. Bahkan oknum guru itu disebut-sebut juga memakaikan jilbab kepada siswa itu.
Usai dipakaikan jilbab, siswa itu pamit untuk pergi ke toilet. Di situlah siswi itu menangis selama satu jam.
Risa berujar bahwa kasus pemaksaan itu tidak menghargai aturan yang dibuat oleh pemerintah pusat mengenai seragam dan atribut bagi peserta didik dan tenaga pendidikan di sekolah negeri.
“Kalau sekolah swasta boleh saja punya aturan sendiri, tapi ini kejadiannya di sekolah negeri yang seharusnya mengakomodasi keberagaman. Bahkan fenomena ini bisa membuat anak beragama lain bisa takut masuk sekolah negeri,” tambahnya.
Ia pun menyayangkan tindakan pihak sekolah yang justru menimpakan kesalahan pada siswi itu dan menyebut depresi yang dialami bukan karena pemaksaan pakai jilbab. Pihaknya mendorong masalah ini ditindaklanjuti oleh dinas terkait.
“Tentu kasus ini harus ditindaklanjuti; bisa jadi kasus ini hanya gunung es. Kami dari PSI DIY meminta Dinas terkait melakukan pemantauan terhadap sekolah negeri se-DIY mengenai aturan seragam ini karena sudah ada aturannya,” tegasnya.
Sumber: https://bernasnews.com/siswi-baru-sman-1-banguntapan-dipaksa-pakai-jilbab-psi-diy-harus-ditindaklanjuti/
