PSI Ingatkan Gatot: Masjid harus Bebas dari Kepentingan Politik Sempit

Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia Tsamara Amany mengkritik ucapan Panglima TNI Gatot Nurmantyo soal pelarangan penggunaan masjid untuk politik yang membuatnya sakit hati. Gatot mencontohkan Rasulullah yang bicara politik pemerintahan saat di Masjid Nabawi.

Menurut Tsamara, sebagai mantan pimpinan TNI, Gatot harus sadar ada perbedaan antara membicarakan politik kebangsaan dan politik praktis. “Saya yakin sebagai mantan pimpinan dari TNI yang melahirkan para pejuang penjaga NKRI, Pak Gatot sadar betul bahwa yang dilarang adalah bicara politik praktis yang pasti bersifat partisan. Jadi tidak perlu sampai sakit hati,” ujarnya melalui siaran pers di Jakarta, Minggu (6/5).

Selain membedakan antara politik kebangsaan dan politik praktis, Tsamara juga meminta Gatot Nurmantyo tidak selalu mengaitkan segala hal dengan politik.

“Ada wilayah masyarakat sipil yang di atas politik seperti tempat ibadah. Jangan dilihat semuanya harus dikaitkan pada politik praktis. Masjid itu milik semua, apapun pilihan politiknya. Ini tempat suci yang tak boleh direndahkan hanya sebatas politik partisan,” cetusnya.

Tsamara menegaskan, masjid dan tempat ibadah lainnya tetap steril dari politik. Menurutnya, tempat ibadah adalah tempat merajut kebersamaan dan harmoni. “Bayangkan jika politik praktis masuk ke sana. Ini akan membawa disharmoni bagi masyarakat kita yang memiliki beragam pilihan politik. Apakah kita mau seperti itu? Toh ada banyak tempat lain untuk berbicara politik praktis,” tegasnya.

Pada tahun politik ini, Tsamara juga meminta agar elite politik mampu menahan diri untuk mengeluarkan statement yang tidak perlu. “Kita harus tunjukkan dewasa berpolitik. Fokus pada pertarungan ide dan gagasan. Jangan justru berbicara hal-hal yang memanaskan suasana,” tutup bakal caleg DPR dari PSI ini.

Sebelumnya, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menyatakan tidak setuju bila ada pelarangan berbicara politik di masjid. Menurutnya, berbicara politik di masjid adalah hal yang biasa dan pernah dicontohkan Rasul.

“Rasul itu berbicara tentang pemerintah atau tentang politik di Masjid Nabawi, kok dilarang itu bagaimana,” kata Gatot kepada wartawan sesuai menjadi pembicara dialog kebangsaan di Masjid Kampus UGM, Sleman, Jumat (4/5).

Gatot melanjutkan, sebenarnya aktivitas yang harus dilarang di dalam masjid adalah kegiatan yang menjurus adu domba. Bukan justru melarang berbicara politik. “Politik itu tujuannya mulia lho. Iya kan, politik itu mulia. Hanya disalahartikan saja, begitu. Nanti kalau itu terjadi (berbicara politik di masjid dilarang) orang akan takut ke masjid,” jelasnya. [bal]

Sumber

Recommended Posts