Ratu Isyana Bagoes Oka, adalah sosok perempuan jelita yang selama ini dikenal sebagai jurnalis televisi ternama. Ia lahir di Jakarta pada 13 September 1980.
Puteri dari I Gusti Benkel Bagoes dan Meike Bagoes Oka ini setidaknya 14 tahun malang melintang di berbagai stasiun televisi, baik sebagai reporter maupun sebagai presenter.
Pada Jum’at 20 Oktober yang lalu Ratu Isyana mengambil keputusan besar dalam hidupnya; yakni dengan kebulatan tekad mendaftarkan diri sebagai calon anggota DPR-RI dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Anti-Korupsi & Anti Intoleransi Tertanam Sejak Dini
Bagi Ratu Isyana, kebhinekaan suku, adat, ras, agama adalah anugeran Tuhan untuk NKRI. Kekayaan ini harus disyukuri dan terus dipertahankan.
Selain sikap anti intoleransi, nilai utama lain yang ditanamkan oleh orangtua Ratu Isyana sejak kecil adalah nilai-nilai anti korupsi. Sang Ayah yang bekerja di salah satu perusahaan minyak multinasional adalah seorang yang sangat lurus dan tidak kenal kompromi dengan segala usaha penyuapan.
Cerita menarik yang dari sang ayah terkait anti-korupsi adalah menolak uang tunai yang dibawa menggunakan koper oleh seorang kontraktor ke tempat tinggal keluarga Isyana. Kontraktor itu berharap ayah Ratu Isyana bersedia membantu memuluskan bisnisnya di perusahaan multi nasional tempat ayah Ratu Isyana bekerja. Namun ayahnya menolak dan mengembalikan uang itu. Ratu Isyana juga menyaksikan, bagaimana ibunya mendukung penuh keputusan ayahnya.
Sikap ayah dan ibu yang begitu kuat menolak korupsi membuat Ratu Isyana tumbuh dewasa dengan sikap yang sama.
Mahasiswa Berotak Encer
Saat tumbuh remaja, Ratu Isyana ingin mengikuti jejak sang ayah untuk bekerja di perusahaan minyak multinasional. Ia mengikuti proses dengan masuk SMA jurusan IPA, kursus bahasa Inggris, bahasa Prancis, dan bahasa Mandarin. Tapi di perguruan tinggi, ternyata Isyana malah diterima di jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia, jurusan bergengsi dengan passing grade yang tinggi. Saat itu, hanya 28 mahasiswa yang lolos jurusan tersebut.
Tapi di masa kuliah, Ratu Isyana mulai mengembangkan potensi lain yang ia miliki. Diawali dengan mengikuti Pemilihan Wajah Femina pada tahun 2000, Ratu Isyana akhirnya menjalani profesi sebagai seorang model. Ia berpose untuk majalah, menjadi bintang video klip, hingga berbagai jenis iklan. Ratu Isyana juga sempat menekuni dunia seni peran dengan terlibat dalam FTV. Semua itu dilakukan sambil menempuh kuliah dan menyelesaikan skripsi.
Karier sebagai model, otak yang moncer, dan kemampuan berbahasa asing membuat Ratu Isyana tak kesulitan memasuki dunia kerja. Beberapa bulan sebelum lulus, ia sudah diterima sebagai reporter di Trans TV. Ini menjadi titik balik pertama dalam kehidupan Ratu Isyana. Dari dunia model menjadi jurnalis televisi.
Jurnalis Televisi
Ratu Isyana memilih bekerja keras dan gigih membuktikan dirinya sebagai seorang jurnalis. Berbagai peristiwa diliput oleh Ratu Isyana saat menjadi reporter di Trans TV, mulai dari banjir, pengelolaan sampah di Bantar Gebang, berbagai peristiwa kriminal hingga peresmian penggunaan jalur Bus Trans Jakarta untuk pertama kalinya di awal tahun 2004. Sejak itu karier Ratu Isyana dalam dunia jurnalistik melesat.
Meski berpindah-pindah perusahaan, namun ia terus mendapat kepercayaan lebih, bahkan dipercaya menjadi news anchor. Tahun 2004 ia meliput tsunami di Aceh (di TV7, sekarang Trans7). Sejak itu ia mulai merasakan hatinya terpikat pada dunia ini. Tapi kasus Bom Bali II menyadarkan Ratu Isyana, jurnalistik lebih menancap di hatinya dibanding menjadi model. Ketika terjadi peristiwa, maka Ratu Isyana ingin berada di garis depan untuk melaporkan.
Selama menjadi wartawan, Ratu Isyana kerap mendapat liputan bergengsi. Banyak hal yang membanggakan, mulai dari menjadi wartawan istana, liputan ke berbagai negara, bahkan mendapat kesempatan bertanya saat Presiden AS George W. Bush saat ia berkunjung ke Indonesia.
Pada tahun 2007 Ratu Isyana bergabung dengan RCTI sebagai presenter Buletin Malam, Buletin Siang. Selain itu di RCTI ia berkesempatan mewawancara tokoh sepak bola bola ternama, seperti Pep Guardiola, terpilih meliput pilpres AS yang dimenangkan Obama, hingga mewawancara Hillary Clinton.
Terjun ke Politik Praktis
Menjalani peran sebagai jurnalis tak membuat Ratu Isyana merasa puas. Meski pekerjaan sebagai jurnalis membuatnya menjadi peka terhadap masalah sosial dan politik, tapi ia merasa belum bisa maksimal memberikan kontribusi pada publik. Ratu Isyana tahu, iklim politik di negara ini membuat publik tak percaya partai.
Terinspirasi oleh kepemimpinan bersih yang dijalankan oleh Jokowi, maka pada tahun 2014 Ratu Isyana bersama Grace Natalie, Raja Juli Antoni, Suci Mayang Sari, Danik Eka Rahmaningtiyas dan Satia Chandra Wiguna, tergerak untuk mendirikan partai baru, Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Anak-anak muda yang berani, cerdas, dan progresif ini sadar, peran partai yang baru, bersih, dan tidak terkontaminasi budaya partai politik lama sangat penting.
PSI memberlakukan dua syarat mutlak bagi pengurusnya, yakni batas usia maksimal 45 tahun pada saat bergabung dan tidak pernah menjadi pengurus harian aktif di partai politik manapun. Tujuannya adalah mencari kader-kader muda yang idealis, bersemangat dan tidak terkontaminasi budaya partai politik lama. Awalnya banyak pihak yang menganggap remeh dan memandang PSI sebelah mata. PSI dianggap sebagai partai anak-anak bau kencur yang tidak memiliki pengalaman politik. Namun hasil verifikasi Kementerian Hukum dan HAM pada tahun 2017 justru mengagetkan banyak pihak. PSI menjadi satu-satunya partai baru yang lolos verifikasi Kementerian Hukum dan HAM. Anak muda yang awalnya dianggap remeh justru menjadi kekuatan PSI, karena semangat, idealisme dan kerja kerasnya.
Nilai Kebaikan, Anti-Korupsi, dan Integritas Jadi Pegangan
Saat akan masuk ke dunia politik, ibu Ratu Isyana sempat menentangnya. Ibunda Isyana takut karena dunia politik yang kotor dan khawatir anaknya akan terjerumus saat melangkah. Namun Ratu Isyana meyakinkan, ia memiliki niat baik di dunia politik dan bahkan berjanji akan meninggalkan dunia politik jika mulai ada godaan untuk berbelok dari cita-cita awal.
Kesungguhan dan keteguhan hati Ratu Isyana meluluhkan hati ibunda, hingga restu dan dukungan diberikan. Ratu Isyana berjanji, pendidikan dasar tentang nilai-nilai kebaikan, anti-korupsi, dan integritas yang ditanamkan kedua orangtuanya akan menjadi pegangan. Sebab baginya, politik adalah ladang pengabdian.
Suami Ratu Isyana, G.A. Tulaar, juga memberikan restu dan dukungan penuh agar istrinya bisa terus berkontribusi dan terjun memperjuangkan politik kebaikan. Ratu Isyana yakin, politik bisa dilakukan dengan baik.
Pengalaman Melahirkan Menjadi Perjuangan
Tahun 2009, Ratu Isyana menikah dengan Tulaar. Dari pernikahan itu mereka memiliki seorang putra, Gyanendra F. Oka Tulaar. Gyan terlahir sehat, dan Ratu Isyana memutuskan memberi ASI. Pengalaman hamil, melahirkan, dan memberi ASI memberi Isyana pengetahuan baru, tentang pentingnya kesehatan ibu dan bayi. Sejak itu Ratu Isyana aktif mengkampanyekan pentingnya ASI untuk menghasilkan generasi bangsa berikutnya yang sehat dan cerdas. (*)