Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kalimantan Selatan, menargetkan meraih minimal 10 persen kursi di semua tingkatan legislatif pada Pemilihan Umum Legislatif 2019. Ketua Umum PSI KalSel Yogi Adhiatma, mengatakan target ini mengacu pemilih muda pada 2019 yang punya suara signifikan.
Yogi mengakui PSI membidik lumbung suara asal generasi muda. “Apalagi PSI mengidentikkan sebagai partai kalangan muda,” kata Yogi Adhiatma kepada wartawan, Senin (5/3/2018).
Menurut dia, PSI ingin mengubah wajah demokrasi Indonesia dengan cara rekrutmen caleg tanpa meminta mahar. Yogi siap menerima siapapun untuk menjadi caleg PSI tanpa dipungut biaya. Namun syaratnya, kata dia, caleg PSI berkomitmen tidak korupsi dan menolak intoleransi.
Melalui strategi ini, dia berharap dapat menekan kasus korupsi yang sedang marak terjadi di indonesia. PSI juga tidak memungut iuran terhadap kader nantinya terpilih. Untuk mendanai kegiatan partai, ia melanjutkan, PSI mengeluarkan Kartu SAKTI ( Solidaritas Anti Korupsi dan Intoleransi) untuk menggalang dana public alias crowfunding.
Publik bisa ikut menyumbang untuk PSI dengan membeli kartu Sakti dengan besaran yang beragam. Dengan menyumbang, para donatur punya hak ikut menentukan arah kebijakan partai dan mengawasi kader PSI yang duduk sebagai wakil rakyat.
Donasi publik penting demi menghindarkan penguasan partai atas sebuah orang atau kelompok, bahkan keluarga.
“Karena dia yang mendanai, dia yang mendirikan. Jadi wajar dong katanya yang punya dan mengatur semuanya, itu yang terjadi.,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Yogi memaparkan, PSI memiliki sistem pengawasan yang sedang dikembangkan melalui aplikasi. Dengan aplikasi tersebut memungkinkan bagi pemilih mengawasi dan mengevaluasi langsung anggota DPR yang dipilih.
“Kami menawarkan kalau kamu sudah tidak percaya dengan wakil rakyat, maka kamu pilih dari PSI, kami punya
sistem. Kalau dari PSI kamu bisa mengevaluasi wakil rakyat menggunakan aplikasi. Tidak ada partai lain yang menawarkan itu,” ungkapnya.
PSI melakukan cara kampanye baru dengan membangun relasi di media sosial. Kata dia, PSI menggunakan media sosial sebagai sarana kampanye yang menyuguhkan beragam konten kreatif. (Hafiz Ramadhani)