Andy Budiman: Karakter PSI

Salam Perspektif Baru,

Tamu kita hari ini adalah Andy Budiman, Ketua Tim Kampanye Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Sekarang PSI sudah disahkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan sudah mulai berkampanye, maka Andy Budiman adalah orang yang incharge.

Andy Budiman mengatakan publik mungkin hanya selintas mendengar bahwa PSI hanya untuk anak muda, tetapi informasi lengkapnya belum mereka peroleh bahwa sebetulnya ini tersedia untuk semua orang. Ini kendaraan milik masyarakat Indonesia dan tidak mengenal usia. Jadi kalau mau menjadi Caleg boleh, tetapi untuk menjadi pengurus memang kita ada pembatasan.

Ibaratnya, PSI adalah kendaraan. Sopir dari kendaraan ini adalah anak-anak muda karena kami ingin supaya ada sesuatu yang lebih segar yang bisa mengarahkan kendaraan ini menuju Indonesia yang lebih baik dengan cara yang lebih baru, dan mempunyai ide-ide yang lebih segar tentang menyelesaikan persoalan dengan kreatif. Kita tahu di dunia ini banyak yang berubah, tapi ini tentu merupakan kendaraan bagi semua orang dan bukan hanya anak muda.

Menurut Andy, siapa pun boleh masuk PSI. Dari perempuan, laki-laki, orang muda, dan orang tua boleh masuk asalkan syaratnya dua, yaitu kompeten dan mempunyai integritas untuk membawa mereka menduduki jabatan-jabatan publik, baik di parlemen maupun eksekutif, baik di tingkat lokal maupun nasional. Yang jelas, bila dibandingkan dengan partai yang lain, kami tidak ada mahar sama sekali.

Berikut wawancara Perspektif Baru dengan Wimar Witoelar sebagai pewawancara dengan narasumber Andy Budiman.

Belum lama ini saya menerima video dan teks di dalam whatsapp dan sudah saya edarkan ke banyak orang, itu adalah keterangan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie mengenai sikap politiknya. Apa perbedaan pesan politik Grace Natalie dengan pesan politik ketua partai yang biasa?

Ini dalam perspektif saya sebagai orang PSI. Ketika berada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) saat pengundian nomor urut partai politik (Parpol) peserta Pemilu 2019, saya melihat Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar datang bersama pengurus PKB dengan menggunakan topi Papua. Bagi saya agak terlihat kurang otentik.

Kemudian saya melihat partai baru tapi lama, ada Tommy Soeharto di sana sebagai ketua umum. Ada juga Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra berpidato tentang demokrasi. Ada Megawati yang di awal pidatonya langsung mengatakan bahwa saya adalah ketua umum partai paling lama di sini. Jadi bagi saya ketika melihat itu semua sudah sangat jelas bahwa politik Indonesia butuh penyegaran dan itu adalah PSI.

Itu dibawakan dengan baik oleh Grace Natalie. Apakah dia mewakili banyak orang di PSI? Misalnya, saya melihat pada foto yang banyak beredar mengenai pengurus PSI bahwa semuanya adalah perempuan. Apa jabatan mereka di partai?

Pengurus pusat PSI cuma ada sembilan. PSI adalah partai paling ramping dengan mayoritas pengurusnya, 66,66% adalah perempuan. Jadi ada enam dari sembilan pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI adalah perempuan, yaitu ada bendahara umum, wakil bendahara umum, wakil sekretaris jenderal (Wasekjen), ketua untuk bidang luar negeri. Ada juga orang seperti Tsamara Amani yang sangat muda dan juga menjadi salah satu ketua di DPP PSI. Jadi mereka bukan main-main, dan bukan pajangan tetapi ini posisi yang serius.

Sekjen di PSI adalah laki-laki yaitu Raja Juli Antoni yang pengalaman organisasinya sangat matang. Bagaimana pengalaman organisasi dari yang lainnya?

Background-nya macam-macam. Ada yang wartawan, ada aktivis seperti Raja Juli Antoni yang dulu merupakan golden boy di Muhammadiyah dan murid Buya Syafi’i Maarif. Ada juga Sumardi yang menjadi Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) PSI dan memiliki background marketing, jadi dia memang bisa disebut seorang ahli branding, ada juga background yang lain.

Memang bagi banyak orang ini kelihatan belum mempunyai rekam jejak yang panjang di partai politik, tetapi justru menurut saya itu adalah salah satu hal yang menarik dari PSI karena syarat untuk menjadi pengurus adalah harus berusia di bawah 45 tahun dan belum pernah terlibat aktif sebagai pengurus partai lain sebelumnya.

Mengapa orang yang berusia di atas 45 tahun tidak bisa menjadi pengurus? Apakah mereka tidak bisa menyumbangkan saran dan pendapat untuk partai?

Tentu saja boleh menyumbangkan saran, tetapi untuk menjadi pengurus tidak bisa karena memang salah satu yang menjadi dasar partai bahwa orang yang bersangkutan harus “segar” dan juga belum pernah terkontaminasi oleh gaya berpolitik lama. Namun untuk menjadi calon anggota legislatif (Caleg) atau menduduki posisi jabatan publik, PSI tentu saja membuka kesempatan kepada para senior untuk duduk di jabatan tersebut. Bahkan orang yang kami dukung, misalnya di Sulawesi Selatan, sebagai calon gubernur adalah Nurdin Abdullah yang usianya jelas di atas 45 tahun, tapi kami pelajari dulu rekam jejaknya, kompetensi, dan sebagainya. Kami sepenuhnya mendukung Nurdin Abdullah untuk menjadi calon gubernur Sulawesi Selatan.

Bagaimana cara orang untuk menjadi calon legislatif (Caleg) PSI karena pasti banyak yang berminat dan ingin tahu. Apakah Anda merekrut atau orangnya yang melamar, dan darimana pembiayaannya?

Secara sederhana, kami membuka pendaftaran secara online dan secara langsung. Ada beberapa orang yang kami approach dan kami anggap potensial. Silakan berkunjung di situs kami psi.id, di sana ada informasi yang lengkap mengenai pendaftaran. Yang jelas, bila dibandingkan dengan partai yang lain, kami tidak ada mahar sama sekali.

Misalnya, saya mendengar baru-baru ini ada seorang teman yang akhirnya memutuskan untuk masuk PSI karena saat dia ke salah satu partai lama mengembalikan formulir pencalegan harus membayar Rp 25 juta. Padahal saat itu belum bisa dipastikan bahwa dia akan lolos sebagai Caleg. Di PSI tidak ada mahar sama sekali. Kita juga akan menggunakan cara-cara baru dalam berkampanye yang seharusnya bisa lebih murah dibandingkan dengan partai sebelumnya.

Pertama, berdasarkan survei. Kita ingin memberikan informasi mengenai kekuatan elektoral kepada Caleg sehingga mereka bisa menjalankan kampanye secara lebih efektif. Kemudian menggunakan teknologi media sosial seperti whatsapp, dan lain-lain. Ini adalah cara yang kami tempuh untuk menekan biaya politik agar menjadi lebih masuk akal bagi orang-orang muda atau kandidat yang ingin terjun ke politik.

Jadi itu antara lain yang kami lakukan, selain tentu saja kami menggalang dana publik melalui “kartu sakti” dengan tujuan agar kelak dana ini bisa dipergunakan untuk membantu para kandidat kami dalam bertarung di Pemilu.

Bagaimana biaya-biaya kampanye itu di atasi tanpa terkena risiko kekurangan uang?

Pertama, salah satu hal yang membuat kami berdiri adalah para tokoh seperti Jokowi dan Ahok. Mereka menggunakan cara-cara baru dalam berkampanye. Misalnya, Ahok bercerita bahwa ketika di Pilkada Belitung dia berkampanye dengan biaya yang sangat rendah karena memang komitmennya besar. Jadi dia menemui begitu banyak orang, door to door,dan memang selama ini kami juga mempelajari bahwa salah satu cara paling efektif adalah blusukan seperti yang dilakukan oleh Jokowi.

Kemudian perhitungan mengenai “kartu sakti” itu kurang lebih kita mempunyai kekuatan kelas menengah yang cukup besar. Kalau kita hitung, satu orang menyumbangkan 100.000 selama satu tahun, dikali 1.000 orang dari kelas menengah, maka kita akan bisa mengumpulkan dana yang lebih dari cukup untuk menjalankan kampanye secara lebih efektif, dan ada keuntungan lain. Ini memang sebuah tradisi baru.

Kalau di Amerika Serikat (AS), Anda pasti jauh lebih tahu, bahwa ini sudah biasa yaitu orang menyumbangkan uang – . Misalnya, 100.000 dibagi selama satu tahun maka kurang lebih Rp 8.000 per bulan. Mungkin teman-teman atau simpatisan kami bersedia mengurangi jatah minum kopinya untuk memberikan kontribusi karena bagaimanapun kami ingin partai ini dimiliki oleh publik. Jadi tidak dikuasai oleh satu atau dua orang pemilik partai, sebagaimana yang terjadi di partai-partai lain.

Tapi di AS atau dimanapun selain crowdsourcing (mengumpulkan uang dari mana-mana), ada juga sponsor intinya yang menjaga supaya uangnya tidak habis. Itu kita tidak bisa ingkari dan di dalam kepanasan kampanye keluar juga nama-nama itu. Kalau PSI suatu saat memang harus sangat transparan dalam menyatakan sumbernya. Apakah sudah siap untuk mengeluarkan keterangan itu karena dengan segala itikad baik belum tentu crowdsourcing itu berhasil.

Tentu kami sangat siap dan semua laporan keuangan kami akan diaudit oleh auditor independen serta dilaporkan kepada KPU. Sebetulnya kita juga harus melihat politik dengan cara yang baru karena sekarang banyak dari kalangan pengusaha yang melihat politik juga dengan cara berbeda dibandingkan sebelumnya.

Sebagian besar bisnis kita sekarang berasal dari orang-orang yang tidak ada kaitannya dengan proyek pemerintah. Jadi sebagian besar dunia usaha kita bergerak dalam bidang perdagangan atau jasa yang justru merasa dirugikan dengan praktek korupsi yang merajalela. Mereka diperas oleh berbagai aturan, berbagai pejabat yang korup. Mereka sebetulnya berkepentingan untuk melihat Indonesia menjadi negara yang lebih bersih dan transparan.

Jangan lupa bahwa dunia usaha juga belakangan ini sangat cemas melihat perkembangan terakhir merebaknya isu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Bagaimanapun ini mengancam bisnis mereka ke depan. Kita tidak hanya bicara dari kalangan pengusaha, misalnya keturunan Tionghoa, tetapi juga pengusaha pada umumnya. Mereka akan sangat terpukul kalau ada konflik sektarian terjadi.

Dalam berbagai pelajaran yang kita lihat di dunia, akibat konflik sektarian itu pasti yang paling terpukul pertama adalah dunia bisnis atau usaha. Jadi mereka sebetulnya berkepentingan untuk “berinvestasi” menciptakan politik yang lebih stabil dan lebih bersih. Kita cukup yakin bahwa kita akan bisa menjalankan cara berpolitik baru ini.

Sampaimanakah risikonya bahwa uang itu tidak terkumpul melalui cara-cara yang inkonvensional dan kita harus kembali mencari dana secara konvensional? Apabila itu terjadi, darimana dananya?

Tentu di luar dana-dana yang menggunakan crowdsourcing, kita juga mencoba menjalin komunikasi dengan kalangan dunia bisnis yang memang mempunyai komitmen yang sama.

Jadi Anda tidak menutup jalan dengan kalangan bisnis, asal tidak korup.Betul. Tema kampanye dalam PSI adalah anti korupsi dan intoleransi. Apakah Anda tidak takut bahwa isu itu tidak dipercaya orang karena terlalu ideal?

Bagaimanapun memang harus dan memang itu persoalan utama yang kami rasa harus menjadi prioritas Indonesia. Jadi tidak mungkin kita tidak bicara mengenai perbaikan Indonesia tanpa membicarakan kedua hal tersebut. Sebetulnya ini memang agenda masyarakat dan tidak main-main.

Apakah tidak juga akan pudar dalam perjalanan, dan apakah tidak akan digantikan oleh sesuatu yang lebih pragmatis sebab sekarang daya tariknya ada di situ. Memang banyak yang ragu, tetapi banyak yang tertarik oleh itu dan kita tidak mempersoalkan orang yang ragu dulu?

Semoga tidak.

Kemudian segi lain yang menarik dari karakter PSI adalah keberpihakannya kepada usia muda. Apakah tidak takut ada pemikiran bahwa usia muda diagung-agungkan, sedangkan usia tua merasa tidak punya tempat. Padahal pada zaman Soeharto, banyak usia tua yang belum mempunyai peranan politik dan itu sebetulnya bisa dimobilisasi?

Sebetulnya kami bukan partai yang anti orang tua, justru kami ingin menempatkan sebanyak mungkin para orang tua ke dalam politik asal syaratnya kompeten dan mempunyai integritas. Ibaratnya, PSI ini adalah kendaraan, siapa pun boleh naik. Dari perempuan, laki-laki, orang muda, dan orang tua boleh masuk asalkan syaratnya dua, yaitu kompeten dan mempunyai integritas untuk membawa mereka menduduki jabatan-jabatan publik, baik di parlemen maupun eksekutif, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Sopir dari kendaraan ini adalah anak-anak muda karena kami ingin supaya ada sesuatu yang lebih segar yang bisa mengarahkan kendaraan ini menuju Indonesia yang lebih baik dengan cara yang lebih baru, dan mempunyai ide-ide yang lebih segar tentang menyelesaikan persoalan dengan kreatif. Kita tahu di dunia ini banyak yang berubah, tapi ini tentu merupakan kendaraan bagi semua orang dan bukan hanya anak muda.

Kapan Anda akan reveal menunjukkan bahwa Anda bukan partai hobi anak muda, tetapi partai semua orang yang inti pekerjanya adalah anak muda? Apakah ada strategi kampanye untuk menunjukkan identitas yang lebih serius itu?

Sebetulnya sudah dimulai ketika kami menyatakan dukungan kepada Jokowi, dia tentu lebih senior dari segi usia. Kemudian kami mendukung Nurdin Abdullah di Sulawesi Selatan yang merupakan kandidat dari segi umur tidak muda lagi. Beberapa kali juga ada kandidat Caleg yang usianya sudah 50 tahun lebih.

Memang ini mengenai waktu bahwa publik mungkin hanya selintas mendengar bahwa PSI hanya untuk anak muda, tetapi informasi lengkapnya belum mereka peroleh bahwa sebetulnya ini tersedia untuk semua orang. Ini kendaraan milik masyarakat Indonesia dan tidak mengenal usia. Jadi kalau mau menjadi Caleg boleh, tetapi untuk menjadi pengurus memang kita ada pembatasan.

Brand PSI itu kuat terutama pada dua karakteristik yaitu usia muda dan gender yaitu wanita yang berani, pintar, dan sebagainya. Pada saat ini tentu harus diimbangi jangan sampai kekuatannya hanya dari brand image yang tidak begitu tasted di politik. Bagaimana proses atau tahapan kampanye. Selain Pemilu 2019, apakah tidak terlibat pada Pilkada 2018?

Beberapa kami terlibat, misalnya di Sulawesi Selatan. Biasanya kita memilih daerah yang kita anggap pertarungannya strategis antara kekuatan lama dengan kekuatan baru. Di Sulawesi Selatan yang bertarung ada Nurdin Abdullah – Andi Sudirman Sulaiman (Prof Andalan), Nurhadin Halid – Azis Qohhar Mudzakkar, Ichsan Yasin Limpo – Andi Mudzakkar, dan Agus Arifin Nu’mang – Tanribali Lamo. Ini adalah pertarungan untuk calon Gubernur Sulawesi Selatan.

Jadi kita memilih pertarungan yang kita anggap sebagai sesuatu yang penting untuk dimenangkan. Jadi tidak semuanya karena terus terang kita juga harus melihat situasi di lapangan. Kalau memang kandidatnya kurang ideal, maka Dewan Pimpinan Pusat (DPP) akan mengambil sikap untuk tidak memberikan dukungan. Misalnya, teman-teman di beberapa daerah mengambil inisiatif untuk membantu, maka kami membukanya sejauh kandidat tersebut tidak mempunyai masalah. Tapi kalau untuk DPP, kami memilih pertarungan yang memang kami anggap penting untuk dimenangkan.

Jadi sorotan Anda sangat terfokus pada 2019, pilihan untuk presiden dan pilihan untuk partai atau anggota DPR.

Betul.

Apakah cukup anggota Caleg PSI untuk mengisi kursi tersebut?

Masih jauh, kita membutuhkan 20.000 kandidat baik dari tingkat lokal DPRD tingkat II, I, hingga tingkat pusat. Kami masih membuka pendaftaran sebanyak mungkin kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Apakah ada prioritas antara pusat dan tingkat I atau II?

Kita terutama ingin pusat karena kita ingin perubahan itu terjadi dengan lebih cepat.

Apakah pengurus PSI terbuka untuk menjadi Caleg?

Bisa.

Edisi 1144 | 05 Mar 2018

Sumber

Recommended Posts