Direktur Pariwisata DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Aishah Gray, memperkirakan ada beberapa tren di industri pariwisata di hari-hari mendatang. Demikian disampaikannya dalam diskusi online “Imajinasi Bisnis Pariwisata Masa Depan” yang diselenggarakan DPP PSI, Jumat 1 Oktober 2021.
“Pertama, travelling jarak jauh akan berkurang. Makan waktu lama, harga tiket mahal, wajib karantina, tes berulang-ulang. Orang akan tertarik untuk jalan ke tempat yang dekat-dekat saja,” kata Aishah.
Maka, kecenderungannya adalah wisata di dalam negeri. Aishah menegaskan, ini potensi besar yang seharusnya dimanfaatkan pihak-pihak terkait di Tanah Air.
“Kedua, akan lebih suka berwisata sendiri, bersama keluarga, atau bareng kelompok teman aja. Beberapa teman sudah melakukan itu. Walaupun tujuannya masih untuk kerja dari Bali atau Yogya. Ini lebih aman karena pandemi mungkin masih akan lama,” lanjut Aishah.
Ketiga, perjalanan darat sepertinya akan jauh lebih meningkat. Pada gilirannya, kecenderungan berwisata menggunakan van bisa meningkat.
“Dengan van, hanya melibatkan satu grup kecil, mereka merasa aman, jauh dari kerumunan. Jalan darat, begitu ada tempat bagus, tinggal berhenti,” kata Aishah.
Nah, untuk mengantisipasi tren ini, harus dibangun tempat-tempat khusus untuk menginap. Di sana ada tempat makan, mandi, isi air bersih, jualan oleh-oleh. Ini bakal membangkitkan ekonomi lokal.
Terakhir, traveller akan lebih suka melakukan wisata alam. Persis di sinilah kelebihan Indonesia.
“Apa yang Indonesia gak punya? Soal bahari, jelas indonesia negara kepulauan terebesar. Bawah lautnya luar biasa. Soal pantai, mau warna pasir apa pun ada di Indonesia, “ kata mantan TV presenter ini.
Menanggapi paparan Aishah, pelaku industri wisata, Johnnie Sugiarto, menyatakan sependapat.
“Pak Jokowi telah membangun banyak jalan tol. Untuk perjalanan darat, tinggal bagaimana tempat peristirahatan diperbanyak di jalan tol. Fasilitas dibangun lengkap. Restoran, gerai UMKM untuk membeli oleh-oleh, kalau perlu ada panggung pertunjukan,” kata pendiri El John Group tersebut.
Johnnie mengatakan, untuk urusan pariwisata, alam kita luar biasa. Spektakuler. Susah dicari tandingannya di dunia.
“Problemnya destinasi-destinasi itu belum dikelola secara profesional. Dibutuhkan elemen-elemen lain untuk bisa menjadikannya layak jual. Dibutuhkan infrastruktur. Juga sumber daya manusia yang mumpuni,” katanya.
Bayangkan misalnya ada destinasi wisata yang begitu bagus, tapi tidak ada air di kamar kecilnya. Apalagi kalau banyak lalat, kotor, dan jorok.
Selanjutnya, ujar Johnnie, tiap pemerintah daerah harus memetakan destinasi yang mau mereka tawarkan. Harus ada prioritas. Misalnya satu provinsi punya 30 destinasi wisata. Sementara hanya ada Rp 30 miliar per tahun. Masing-masing dikucuri Rp 1 miliar dan hasilnya nihil.
“Kalau punya Rp 30 miliiar, fokuskan saja untuk satu destinasi. Tahun berikutnya untuk destinasi lain. Terus begitu, bergantian. Pada akhirnya, secara bertahap, ada banyak destinasi yang layak dijual,” ujar Johnnie.
Dalam pengantar diskusi, Plt Ketua Umum DPP PSI Giring Ganesha, juga menyebut soal infrastruktur di sejumlah destinasi yang masih harus ditingkatkan.
“Ini cerita sebelum pandemi ya. Saya menemukan ada tempat yang instagramable. Tetapi, kita mau ganti baju sehabis berenang saja susah. Lalu, di sekitar banyak sampah. Ini akan membuat wisatawan kecewa,” katanya.
Juga warga sekitar yang harus pandai menjaga wilayahnya. Kalau tidak pintar, wisatawan tidak akan mau datang lagi.
Sementara, di masa pandemi ini, dibutuhkan kolaborasi dan solidaritas untuk membangkitkan pariwisata yang terpuruk.
“Kita yakin pariwisata akan menghasilkan banyak devisa jika dikelola dengan benar. Untuk itu dibutuhkan ide-ide segar, juga studi-studi kasus dari luar negeri,” kata Giring.