Beredar berita melalui media massa dan media sosial mengenai kericuhan di Tanjung Balai, Sumatera Utara.
Penyebab kericuhan ini masih simpang-siur, namun tampaknya alasan SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) sangat mengemuka terutama melihat target fasilitas yang menjadi target kericuhan.
Sambil mencermati dan mengamati dengan lebih dekat perkembangan kejadian ini, Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia (DPP PSI) melalui Ketua Umum DPP PSI Grace Natalie, Sabtu (30/7/2016), menyatakan dan mendesakkan lima sikap berikut ini :
1. PSI meminta semua pihak menahan diri dan terap berkepala dingin. Perlu diingat, rajutan kebangsaan kita merupakan tenunan dari benang-benang kebinekaan.
“Tenunan kebangsaan ini perlu dijaga dan diperkokoh oleh semua warga negara. Menghormati perbedaan adalah bagian dari cara kita merawat republik yang kita cintai,” kata Grace.
2. Mendesak Menkopolhukam dan Kapolri agar segera mengusut tuntas kasus ini, menyelesaikan akar permasalahan dan menegakkan tertib sosial.
3. Mendesak aparat keamanan memonitor, menangkal dan melokalisir segala upaya untuk mempolitisasi kasus ini sehingga tidak menyebarkan kebencian ras dan agama yang lebih buruk lagi.
4. Meminta seluruh warga negara Indonesia agar berhati-hati dan bersikap bijak dalam menyebarkan informasi terkait kasus ini di media sosial.
“Dalam kondisi seperti ini diperlukan kedewasaan untuk berfikir dan bertindak sebelum “memencet tombol share” di media sosial sehingga tidak menimbulkan provokasi yang potensial memperburuk situasi,” kata Grace.
5. Mendesak media cetak dan online untuk megedepankan spirit “jurnalisme damai” dan mempraktikan kode etik jurnalistik dalam meliput kejadian ini.
“Peran media sangat krusial dalam menyelesaikan permasalahan ini,” kata Grace.