Pidato Politik Akhir Tahun 2018
Grace Natalie
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia
———–
Assalamualaikum, salam sejahtera, om swastiastu, namo budaye
Bro and Sis di Surabaya, Jawa Timur dan seluruh Indonesia. Salam solidaritas!
Izinkan saya menyampaikan pidato akhir tahun yang saya beri judul “Keadilan untuk Semua, Keadilan untuk Perempuan Indonesia”
Belum pernah dalam hidup, saya begitu tergetar mendengar lagu “Indonesia Raya”. Entah kenapa dua tahun terakhir, saya sering merasa terharu ketika mendengar atau menyanyikan Indonesia Raya. Ada perasaan cinta yang semakin besar, sekaligus rasa cemas melihat apa yang terjadi atas negeri ini.
Orang menyebut ini adalah abad ketersinggungan, sebuah abad yang penuh amarah. Masa ketika politik dipenuhi oleh prasangka yang tumbuh subur akibat meluasnya hasutan dan ujaran kebencian.
Penelitian Cherian George memperlihatkan, ketersinggungan ini adalah hasil REKAYASA para “ENTERPRENEUR KEBENCIAN” yang memproduksi hasutan dan menyebarkan syak wasangka untuk mendorong timbulnya PERASAAN PALSU seolah-olah kelompok dihina, seolah-olah ada serangan dari luar, yang pada gilirannya membangkitkan perasaan teraniaya, perasaan ketidakadilan, menciptakan suasana ketersinggungan dan amarah.
REKAYASA ketersinggungan yang sebetulnya tak lebih dari cara kotor untuk menyingkirkan lawan politik sambil menempatkan diri sebagai pahlawan pembela kelompok, yang pada akhirnya itu semua tak lebih dari sebuah cara kotor meraih kekuasaan.
Begitulah rasa ketersinggungan DIREKAYASA. Begitulah cara politik kebencian bekerja.
Hasutan kebencian ini tersebar melalui sosial media dalam bentuk HOAX. Informasi palsu yang sengaja dibuat menyerupai kebenaran.
Hoax yang merajalela akan menenggelamkan AKAL SEHAT. Memperkuat POLITIK IDENTITAS, POLITIK PERKAUMAN. Itulah ancaman terbesar bagi persatuan kita hari ini.
Bro and Sis yang saya hormati,
Perempuan seringkali menjadi target para “ENTERPRENEUR KEBENCIAN”.
Saya termasuk orang yang menjadi sasaran. Beberapa bulan lalu, sebuah akun Instagram menyebar fitnah keji yang mengatakan saya pernah melakukan hubungan terlarang dengan Ahok. Ia pikir saya akan mundur karena tekanan fitnah keji itu. Saya tantang ia memberikan bukti, dan hasilnya akun itu justru tutup!
Bulan lalu, setelah pidato politik saya yang menegaskan bahwa PSI tidak akan mendukung Perda berbasis Agama yang diskriminatif, para “Enterprenuer Kebencian” kembali menyerang.
Di grup Whatsapp dan sosial media, beredar foto saya yang telah DIEDIT dan DIPALSUKAN seolah-olah saya telanjang, sambil diberi komentar merendahkan. Wall saya dibanjiri komentar menyakitkan: “Grace itu aslinya perek yang terjun ke dunia politik. Politik kalau ditangani pelacur, habislah sudah!”. Masih ada ribuan serangan lain yang terlalu kasar dan kotor, sehingga tidak patut saya sampaikan di sini.
Pernahkah kalian bayangkan perasaan ibu saya, atau anak-anak saya, suami saya, jika komentar-komentar itu terbaca oleh mereka?
Apakah Bro dan Sis rela jika foto yang dimanipulasi dan diedarkan itu adalah ibu yang sangat Bro and Sis sayangi?
Apakah kalian akan diam jika foto itu adalah kakak atau adik perempuan yang sangat kalian cintai?
Tidak hanya saya, Caleg PSI dari Dapil Sumut III, Dara Adinda Nasution, beberapa waktu lalu menuliskan pelecehan yang ia alami melalui artikel di harian The Jakarta Post. Ia dihina sebagai pelacur, diminta melepaskan hijabnya karena dituduh sebagai kamuflase.
Kawan lainnya, Sis Susy Rizky, Caleg PSI dari Jabar VI , nomor teleponnya disebar di grup laki-laki iseng, sebagai perempuan bayaran. Setahun terakhir, Sis Susy memblokir ENAM RIBU nomor telpon yang mengganggu dirinya setiap malam.
Itulah resiko yang perempuan hadapi, ketika masuk ke politik, dan berani menyuarakan pendapat.
Untuk menanggapi serangan itu, kepada seluruh pengurus dan kader PSI saya instruksikan: jika lawan politik menyebar fitnah dan hoax, kita TIDAK BOLEH ikut-ikutan!
Ketika mereka memainkan POLITIK RENDAHAN, kader PSI justru harus meninggikan MUTU. Meningkatkan kualitas, belajar lebih banyak, perbaiki cara berargumen, turun ke basis-basis melanjutkan kerja perubahan, sambil terus berani mengatakan yang benar!
Apa yang kami alami ini tidak mudah, namun jauh lebih berat yang dialami para perempuan korban kekerasan.
Kita masih ingat Yuyun, gadis belia berumur 14 tahun yang tewas dibunuh secara keji setelah diperkosa oleh empatbelas pemuda.
Komnas Perempuan mencatat, setiap hari ada 35 perempuan mengalami kekerasan seksual. Setiap 2 jam, 3 perempuan diperkosa!
SATU dari TIGA PEREMPUAN Indonesia, pernah mengalami kekerasan. Dipukuli, diperkosa, atau disiksa oleh partner mereka.
Bro and Sis,
Kita tidak sedang menuntut agar perempuan diperlakukan lebih. Kita tidak ingin laki-laki lebih rendah dari perempuan. TIDAK!
Kita hanya ingin semua manusia diperlakukan sama.
Kita pasti tidak ingin ibu kita disakiti. Tidak ingin adik perempuan kita mendapat upah lebih rendah dari koleganya yang laki-laki. Kita pasti tidak rela kakak perempuan kita dilecehkan.
Kita percaya bahwa semua orang harus diperlakukan SETARA. Kita ingin laki-laki atau perempuan — ada kaitannya dengan kita atau tidak — SAMA-SAMA mendapatkan keadilan.
Bro and Sis yang sedang memperjuangkan keadilan,
Desember adalah bulan istimewa. Bulan yang baik untuk menyegarkan kembali komitmen kita kepada KEMANUSIAAN. 10 Desember adalah Peringatan Hari Hak Asasi Manusia. 22 Desember Peringatan Hari Ibu.
Izinkan saya mengutip kata-kata Raden Ajeng Kartini: “Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dunia nenek moyangnya”.
Kartini, remaja yang dibesarkan dalam lingkungan feodal lebih dari satu abad lalu, telah memulai perjuangan penting menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan.
Kini perempuan Indonesia mencatat sejumlah kemajuan. Perempuan Indonesia kini tampil memegang berbagai posisi terpenting di negeri ini.
Beruntung kita memiliki Presiden Jokowi yang memberi kepercayaan kepada perempuan.
Sri Mulyani dipercaya mengawal anggaran negara. Menteri Luar Negeri ditunjuk Ibu Retno Marsudi, Ibu Susi Pudjiastuti menjadi Menteri Kelautan, ada Ibu Rini Soemarno Menteri BUMN.
Di Surabaya, perempuan bernama Risma mempercantik kota. Dua pekan terakhir, “Sakura” Surabaya, bunga Tabebuya yang berwarna jambon, mekar dan berguguran, membuat kota ini begitu cantik. Membuat hati kita hangat dan bahagia.
Bro and Sis semua, begitulah seharusnya politik bekerja.
Tapi kita tidak boleh lupa,
Di tengah berbagai kemajuan, masih ada banyak perempuan mengalami KETIDAKADILAN.
Riset LBH APIK tentang poligami menyimpulkan bahwa pada umumnya, praktik poligami menyebabkan ketidakadilan: perempuan yang disakiti dan anak yang ditelantarkan.
Karena itu, PSI tidak akan pernah mendukung poligami. Tak akan ada kader, pengurus, dan anggota legislatif dari partai ini yang boleh mempraktikkan poligami.
Apakah kalian akan rela jika ibu kalian diduakan?
Apakah Bro and Sis rela jika kakak atau adik Bro and Sis dimadu?
Apakah Bro and Sis rela jika anak Bro and Sis menjadi istri kedua atau ketiga?
Tidak, kita pasti tidak rela!
PSI percaya, perjuangan keadilan, penghapusan diskriminasi harus dimulai dari keluarga, dari rumah.
Bro and Sis yang akan berjuang bersama PSI menegakkan keadilan,
PEREMPUAN — di PSI adalah INGRIDIENTS penting. Di tingkat pusat, 6 dari 9 Ketua Dewan Pimpinan Pusat, adalah perempuan.
Pada tingkat daerah, 42 persen pengurus PSI adalah perempuan. 45 persen Caleg DPR dan DPRD PSI adalah perempuan.
Penelitian di dunia memperlihatkan bahwa kehadiran perempuan di level pimpinan organisasi atau perusahaan, berkorelasi dengan produktivitas yang lebih tinggi. Bahwa salah satu alat ukur memprediksi kedamaian suatu negara tak cukup hanya dengan melihat kesejahteraan, demokrasi, atau keragaman etnis, tapi juga terkait tentang BAGAIMANA perempuan diperlakukan.
Lebih setengah penduduk Indonesia adalah perempuan. Dari total usia produktif, 55 persen perempuan, namun ironisnya hanya separuh yang bekerja. 36 juta perempuan memutuskan berhenti bekerja setelah menikah dan punya anak. Potensi inilah yang ingin PSI gali.
Partai ini akan berjuang membantu perempuan Indonesia untuk sekolah, bekerja, dan memaksimalkan potensi terbaik mereka.
Jika kelak lolos di parlemen, langkah yang akan kami lakukan adalah:
PERTAMA memperjuangkan diberlakukannya larangan poligami bagi PEJABAT PUBLIK di Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif, serta Aparatur Sipil Negara. Kami akan memperjuangkan revisi atas Undang-undang No.1 Tahun 1974, yang memperbolehkan poligami.
KEDUA, PSI akan memperjuangkan agar Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual — yang sudah dua tahun mandek di DPR — DISAHKAN menjadi sebuah payung hukum untuk melindungi dan memberikan bantuan ketika perempuan menjadi korban kekerasan.
Langkah KETIGA, kami akan mendukung kenaikan batas usia pernikahan menjadi 18 tahun. Agar tak ada lagi perempuan putus wajib belajar 12 tahun. Kami sadar, pendidikan yang rendah akan membuat perempuan sulit mendapat pekerjaan dan rentan jatuh ke jurang kemiskinan.
KEEMPAT, PSI ingin mendorong aturan yang memudahkan perempuan untuk bekerja, dengan mengalokasikan anggaran negara untuk mendirikan “tempat-tempat penitipan anak”. Perlu ada opsi pemberlakuan jam kerja fleksibel sesuai kebutuhan perempuan. Mendorong model “bekerja dari rumah” dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Tujuannya agar perempuan Indonesia tetap produktif.
KELIMA, kami ingin menyelenggarakan kursus dan menyiapkan inkubator bisnis kecil menengah untuk para ibu di setiap Kabupaten, agar skill mereka meningkat, dan kemudian mengintegrasikan potensi mereka ke e-commerce.
KEENAM, PSI ingin menyelenggarakan program nutrisi ibu hamil dan balita. “Smart Posyandu” untuk mendidik masyarakat soal kesehatan dan menjemput bola mendatangi warga yang tidak sempat ke Posyandu.
“Smart Puskesmas” menyediakan layanan pemeriksaan rutin sekaligus merangkap ambulan darurat. Untuk menekan angka kematian ibu melahirkan, akan disiapkan “Panic Button” agar petugas medis bisa segera datang ke lokasi jika diperlukan.
Bro and Sis teman seperjuangan,
Surabaya — Jawa Timur, bagi PSI adalah istimewa.
Dari Jawa Timur lahir tokoh bangsa, kampiun Islam moderat, seorang laki-laki monogami: Presiden Abdurrahman Wahid.
Dari tempat ini — selain Ibu Risma — lahir pemimpin daerah terbaik Indonesia.
Ibu Khofifah Indar Parawansa dan wakilnya, Emil Dardak — yang kami dukung — adalah pemimpin berkualitas.
Terpilihnya mereka, memperlihatkan atmosfer politik yang sehat, yang tidak dikotori kampanye kebencian suku dan agama.
Kita perlu memperluas POLITIK AKAL SEHAT ini agar menyebar ke seluruh Indonesia. Tidak hanya di Jawa Timur, tidak hanya di Surabaya!
Tahun ’45, Surabaya menjadi simbol perlawanan mempertahankan kemerdekaan Republik.
Kini, kota ini terasa semakin penting karena inilah BENTENG ISLAM MODERAT dan KAUM NASIONALIS. Inilah daerah di mana politik akal sehat mempunyai akar yang kuat.
Dari Surabaya, dari Jawa Timur, kita akan memulai perjuangan penting.
Mewujudkan Indonesia — menjadi tanah di mana perempuan diperlakukan setara.
Negeri di mana semua orang — tanpa memandang suku dan agama — bisa hidup berdampingan, bekerjasama membangun Indonesia menjadi negara yang modern dan kuat!
Tanah tempat keadilan berlaku untuk semua orang.
Ayo bergerak bersama PSI. Kita tegakkan keadilan! Keadilan untuk semua. Keadilan untuk perempuan Indonesia.
Wassalamualaikum