Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah dan perempuan politikus muda yang menjadi Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany, sempat “adu mulut” di media sosial Twitter, sejak Kamis malam hingga Jumat (6-7/7/2017).
“Twit War” atau “perang” di media sosial tersebut bermula ketika Tsamara mengunggah sejumlah tulisan yang menggugat pola pikir Fahri terkait wacana pembubaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Saya bingung belakangan ini Wakil Ketua DPR @FahriHamzah makin getol menyerang dan bahkan ingin membubarkan KPK,” tulis Tsamaradi akun pribadinya, @TsmaraDKI.
“Bagi saya, ini menyakitkan! Apa yang dilakukan KPK itu menyelamatkan uang pajak saya dan jutaan rakyat Indonesia lainnya,” sambungnya.
Dalam “kicauannya”, Tsamara hendak menggugat pernyataan Fahri di akun @FahriHamzah bahwa 15 tahun sejak KPK didirikan, korupsi bukannya semakin sedikit malah terus bertambah banyak.
Tsamara tak setuju pada logika Fahri. Ia membeberkan, sejak KPK didirikan, 124 anggota DPR, 17 gubernur, 58 wali kota dan bupati dibekuk karena korupsi.
Politikus muda itu justru meminta Fahri “ngaca” karena DPR yang dipimpin politikus PKS tersebut selalu menunjukkan kinerja buruk.
“Tahun 2015, ada 39 RUU (rancangan undang-undang) prioritas, hanya 3 yang selesai. Tahun 2016, ada 50 RUU Prolegnas yang jadi prioritas DPR, hanya selesai 9. Dari sekian banyak UU yang jadi prioritas, hanya sedikit yang terselesaikan. Bisa dilihat pada tahun 2015 dan 2016 ini.”
Karenanya, Tsamara meminta Fahri tak heran kalau survei SMRC menyebut hanya 6,1 peersen rakyat yang tetap memercayai DPR. Sementara tingkat kepercayaan warga kepada KPK mencapai 64,4 persen.
Fahri lantas menjawab rentetan tulisan Tsamara tersebut. Ia kali petama membalas pernyataan Tsamara bahwa KPK justru terbilang sukses sejak didirikan 15 tahun silam.
“Kalau menurut saya, sukses artinya ya koruptor habis, masalah selesai, negara maju dan rakyat sejahtera,” balas Fahri.
Tsamara langsung membalas jawaban Fahri tersebut. “Memang Pak. Tapi bagaimana mau habis kalau tak ditangkapi? Bukankah menangkapi koruptor itu upaya menghabisi korupsi?”
Fahri lantas menjawab pertanyaan Tsamara bahwa dirinya semakin getol mengkritik KPK. Fahri meminta Tsamara datang ke ruangannya di DPR. “Saya tunggu di DPR buat saya bilangin..detil…”
Tsamara ternyata enggan memenuhi permintaan Fahri. “Yang perlu bukan hanya saya, tapi publik. Semua bingung kenapa wakil rakyat kami mau bubarkan lembaga yang sangat dipercaya rakyat?”
Fahri lantas meladeni seorang warganet bernama Muhammad Guntur Romli, yang mengatakan tengah menyimak Tsmara memberikan pelajaran politik dan anti-korupsi untuk dirinya.
“Maklum partai baru. Kita didik saja. Tapi semua ini pendukung agar korupsi di DKI ditutup KPK,” tulis Fahri menjawab Guntur sembari menyindir partai Tsamara yang terbilang baru didirikan.
Disindir seperti itu, Tsamara lantas menjawab: ”Iya Pak. Memang partai baru, saya juga anak baru. Tidak apa-apa, yang penting perjuangan kami untuk memberantas korupsi tak setengah-setengah.”
Tak mau kalah, Fahri lalu mengatakan masyarakat kekinian memunyai persepsi berbeda-beda mengenai KPK, ada yang mendukung dan tidak.
”Rakyat tak seragam mbak. Ada lebih banyak yang cerdas.”
Tsamara tampaknya tak menyukai pernyataan Fahri tersebut. ”Rakyat yang cerdas dan tak cerdas itu apa sih? Kalau tak dukung KPK baru bisa dikategorikan cerdas begitu?”
Ia lalu menuliskan kekecewaannya sebagai rakyat yang merasa tak diwakili oleh Fahri di parlemen. ”Pak @Fahrihamzah, bapak itu wakil rakyat kami. Kenapa Bapak bersikap seolah tak mewakili kami?”
”Cuitan” kekecewaan Tsamara itu ternyata turut ditanggapi oleh akun milik Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, Mustofa B Nahrawardaya. ”Beda dapil (daerah pemilihan) mbak,” tukasnya.
Fahri lantas menjawab pernyataan akun Mustofa untuk kembali menyindir Tsamara dan PSI.
”Ini partai baru, belum tahu dapil. Jangan pilih, dari awal sudah pencitraan saja kerjaannya,” tutur Fahri sembari memberikan gambar senyum.
Namun, Tsamara memunyai jawaban pamungkas untuk sindiran Fahri tersebut.
”Kalau beda dapil kenapa Pak? Tak boleh mengkritik/kasih saran? Wah kok pimpinan DPR kayak begini. Tak mau berdialog, asal bilang jangan pilih saja,” sembari membubuhi gambar tertawa.