Pengurus dan kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menggelar nonton bareng film “Bumi Manusia.”
Usai acara nobar, Ketua Umum PSI Grace Natalie mengatakan bahwa pesan dalam film “Bumi Manusia” itu tepat menggambarkan permasalahan yang terjadi di Indonesia, baik pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan hari ini, yaitu intoleransi dan diskriminasi.
“Jujur fimnya bagus banget. Yang terpenting message-nya adalah tadi ya, merasakan gak enak banget kalau kita diperlakukan berbeda. Itu kan setting masih berhadapan dengan Belanda. Tapi ternyata 74 tahun kita merayakan kemerdekaan, problem diskriminasi, ketidakadilan, dan perlakuan yang tidak sama pada setiap orang masih kita lihat sampai hari ini,” kata Grace di Djakarta Theater XXI, Jl. M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis malam (22/08/2019).
Ia mencontohkan insiden pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya yang terjadi sehari menjelang Hari Kemerdekan RI. Di dalam insiden tersebut, oknum aparat keamanan dan organisasi masyarakat diduga meneriakkan kata-kata rasis ke arah mahasiswa Papua yang tertahan di dalam asrama.
“Baru beberapa hari lalu di Surabaya, dalam sebuah insiden itu kita mendengar ada kata-kata yang tidak pantas diucapkan kepada bagian dari Indonesia juga. Ini PR yang belum selesai, menjadi pengingat, ini menjadi tantangan yang harus kita atasi sama-sama,” imbuhnya.
Pelajaran lain dalam film besutan Hanung Bramantyo yang diangkat dari tetralogi buku karya Pramoedya Ananta Toer yang ditulis tahun 1980 itu, selain permasalahan diskriminasi, Grace menekankan ada peran perempuan yang sangat fundamental dan bersejarah dalam mengubah tatanan masyarakat Indonesia, seperti yang dikisahkan tokoh Annelies terhadap kehidupan Minke.
“Jadi ada peran perempuan yang begitu kuat di kehidupan Minke, dan ini pesan juga bagaimana peran perempuan itu sangat penting di dalam masyarakat,” pungkasnya.
Usai pemutaran, digelar dialog dengan Hanung Bramantyo, dua pemeran di film, yaitu Mawar Eva de Jongh dan Bryan Domani.