Muhammad Rizky dan Yurgen Alifia punya latar belakang serupa: jurnalis televisi. Kini, keduanya sama-sama berusaha menjadi anggota DPR RI dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Rizky dari Dapil Sumatra Selatan I (I (Kab Musi Rawas, Kab musi Banyuasin, Kab Banyuasin, Kota Palembang, Kab Musi Rawas Utara, Kota Lubuk Linggau), sementara Yurgen dari Dapil Jawa Barat VI (Kota Depok dan Kota Bekasi).
Rizky mengatakan, terjun je politik adalah bentuk tanggung jawabnya untuk mengurus negara ini agar terus semakin baik dan bukan memburuk.
“Dengan berpolitik, kita bisa berperan aktif dan langsung dalam membuat kebijakan dan peraturan. Sebagai jurnalis, selama ini peran saya adalah menyampaikan fakta dan melakukan kontrol sosial atau sebagai watch dog. Itu semua membuat saya terus terpacu dan terdorong untuk memperbaiki bangsa ini,” kata ayah tiga anak ini di DPP PSI, Selasa 29 Agustus 2018, saat diperkenalkan ke para jurnalis.
Perihal pilihan jatuh ke PSI, Rizky menyatakan, dirinya saya sama sekali tidak pernah membayangkan ada partai yang benar-benar orisinil, bukan partai daur ulang. PSI adalah partai yang orisinal.
“Kedua, saya yakin betul dengan partai ini karena dipimpin anak muda dan tanpa meminta syarat apa-apa jika ada warga yang ingin maju sebagai caleg. Kemudian, langkah-langkah konkret yang dilakukan PSI seperti menggugat UU MD3 adalah hal yang luar biasa,” kata Abang Jakarta 2002 ini.
Terakhir, menurut Rizky, PSI adalah partai yang murni mengedepankan keberagaman dan bekerja berdasarkan kompetensi.
Sementara itu, perjalanan sebagai jurnalis dan pendidikan master di Oxford University (Inggris) membuat Yurgen sadar ada yang tidak beres dengan Indonesia.
“Dalam pengalaman jurnalistik, saya banyak ditugaskan meliput di DPR RI. Saya melihat sendiri rendahnya komitmen banyak anggota DPR, bahkan untuk hal-hal kecil seperti datang rapat kerja maupun sidang paripurna,” kata Yurgen.
Lalu, sebagai mahasiswa di Oxford, dia belajar banyak tentang perumusan kebijakan publik. Ia mengaku gusar dan marah dengan proses perumusan peraturan perundang-undangan di Indonesia yang kerap mengesampingkan sains dan data sehingga merugikan banyak orang.
“Itu membuat saya terjun ke politik di usia muda. Kemudian, saya mengetahui tentang PSI. Kesamaan visi untuk mereformasi partai politik, melawan korupsi, mencegah intoleransi, serta menciptakan Indonesia yang adil dan makmur membuat saya memutuskan untuk menjadikannya sebagai kendaraan politik,” ujar pria yang lulus S-1 dari jurusan Ilmu Komunikasi UI dengan predikat cum laude ini.
Ketua Umum PSI Grace Natalie menyatakan amat senang dengan kehadiran dua mantan jurnalis ini. “Saya senang dan salut dengan keberanian mereka berdua yang mau menyeberang dan melakukan sesuatu yang konkret dengan menjadi politisi,” kata Grace.
Aset paling berharga dari seorang wartawan, kata Grace, adalah jaringan. Ini juga yang akan menjadi modal Rizky dan Yurgen untuk menjadi anggota legislatif.
“Kelebihan lain adalah para wartawan sudah pernah melihat langsung kondisi DPR. Jadi mereka bisa lebih cepat dan taktis bergerak, serta punya bekal pengetahuan lebih baik ketimbang kandidat lain,” pungkas Grace.
PSI memiliki sejumlah calon legislatif yang berlatang belakang jurnalis. Sebut saja Andy Budiman (caleg DPR RI dari Dapil Jawa Timur I), Isyana Bagoes Oka (caleg DPR dari Dapil Banten III), dan Suci Mayang Sari (caleg DPR RI dari Dapil Jabar III). Grace Natalie yang maju dari Dapil DKI III juga pernah lama jadi jurnalis TV.