“Kami hanya ingin orang bagus punya kesempatan jadi pemimpin,” kata Ketum PSI
Mantan presenter sebuah televisi swasta, Grace Natalie terjun ke dunia politik. Dia bersama beberapa anchor berita lain membentuk Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Tagline dari partai tersebut adalah kebajikan dan keragaman.
Saat ini Grace berjuang supaya partai dibentuknya itu lolos verifikasi Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia(Kemenkum HAM) serta Komisi Pemilihan Umum (KPU).
“Asal lolos verifikasi dua itu berati berhak ikut pemilu. Dengan aturan baru partai ikut pemilu boleh mencalonkan sendiri presidennya,” kata Grace saat bercincang dengan Money.id di kawasan Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Grace menegaskan, dengan membentuk PSI bukan berarti dia ingin maju jadi presiden, tetapi berniat memberikan kesempatan pada orang yang memiliki kemampuan dan integritas maju sebagai pemimpin bangsa.
Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (ADART) PSI, pengurus tidak boleh memiliki jabatan di pemerintahan maupun legislatif. Pengurus di partai itu juga dipilih yang usianya di bawah 45 tahun.
“Kami hanya ingin orang bagus punya kesempatan jadi pemimpin. Kami berusaha menjembatani orang Indonesia yang berpontensi supaya mempunyai kendaraan politik,” tuturnya.
Grace sadar, ketika hendak ingin maju sebagai pemimpin tidak cukup mengumpulkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di seluruh Indonesia. Sehingga keberadaan partai sangat vital bagi kendaraan politik. Tetapi di Indonesia banyak pemimpin muda berintegritas bukan dari kalangan partai.
“Memang secara konstitusi juga harus melalui partai,” ujarnya.
Banyak partai di Indonesia tidak melihat kemapuan dan integritas pemimpin yang diusung, namun lebih melihat pada kedekatan, silsilah keturunan dan sokongan dana.
Grace pun langsung mencontohkan beberapa orang dianggap sebagai pemimpin berkualitas dan memiliki integritas, tapi tidak dapat dukungan penuh dari partai. Antara lain, Tri Rismaharini, Basuki Tjahaja Purnama, dan Ridwan Kamil.
“Bu Risma dan Ridwan Kamil banyak pendukung tapi banyak juga rintangan. Ahok dibilang kutu loncat, padahal warga Jakarta tidak peduli dia dari partai mana dan masih banyak lagi,” ucap dia.