Kenaikan harga tiket Borobudur menuai beragam komentar. Banyak pihak kaget, dan tidak jarang mencibir Menteri Luhut selaku inisiator yang mengumumkan rencana kebijakan tersebut melalui akun Instagramnya.
Saya pribadi, tak mau terburu-buru mengomentari dan menjadi begitu reaksioner. Sebab, dalam persoalan pariwisata seperti ini memiliki banyak pertimbangan. Apalagi, Pak Luhut sebagai Menteri yang juga mengurus persoalan Investasi, tentu memiliki pertimbangan tertentu terkait nilai investasi pula.
Bebas Masuk bagi Umat Buddha
Pada dasarnya, candi megah karya Gunadharma yang berdiri pada abad ke-8 tersebut merupakan candi Buddha. Oleh sebab itu, kami PSI memiliki pandangan, alangkah baiknya jika akses sekitar lokasi dan naik ke atasnya digratiskan bagi umat Buddha. Dengan ini, umat Buddha akan merasa lebih memiliki dan lebih dihargai atas warisan budaya bernilai sejarah yang diturunkan oleh leluhurnya, leluhur kita juga.
Selain rasa toleransi yang terbangun kelak di sekitar kita, juga akan menjadi kesan yang baik bagi wisatawan mancanegara. Sebab keluhan atas umat Buddha yang dikenai tarif, telah menjadi perbincangan hangat sejak lama di masyarakat: mengapa masuk tempat peribadatannya saja, mereka (umat Buddha) kok mesti bayar?
Harga Khusus bagi Pelajar Indonesia
Selain bebas akses bagi umat Buddha, kami PSI menilai pentingnya tarif khusus bagi pelajar kita. Alangkah baiknya, jika pelajar Indonesia kelak bisa mengakses tempat-tempat wisata mereka dengan uang jajan mereka sendiri. Alangkah indahnya, jika kelak pelajar kita memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya mengunjungi tempat-tempat wisata bersejarah yang sarat akan ilmu pengetahuan.
Jangan sampai, naiknya harga tiket yang begitu tinggi malah menjadi lahan eksploitasi bagi oknum-oknum sekolah yang mewajibkan para pelajar untuk study tour dengan biaya yang fantastis pula. Kami PSI, khawatir akan hal ini. Sebab, praktik semacam ini merupakan korupsi terselubung yang telah menjadi rahasia umum di masyarakat.
Registrasi Online untuk Solusi Pembatasan
Jika alasannya adalah pembatasan, alangkah efektifnya jika promosi melalui media sosial Candi Borobudur, Kemenparekraf, dan instansi terkait lebih ditingkatkan untuk mendorong pembelian tiket melalui online. Selain melalui laman resmi BorobudurPark.com yang dikelola PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan Ratu Boko, alangkah menariknya jika pemasarannya digenjot melalui kerjasama dengan perusahaan travel online yang dijangkau masyarakat luas pula.Kalaupun sudah dijalankan, mungkin bisa lebih ditingkatkan melalui iklan layanan masyarakat yang menarik, baik di televisi, YouTube dan media sosial terkait. Bisa pula dengan menggandeng influencer yang digandrungi oleh anak-anak muda untuk lebih mempromosikannya.
Begitulah kiranya beberapa solusi, yang kami PSI tawarkan. Kini, rencana kebijakan tersebut telah dipertimbangkan kembali melalui pengumuman Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Kita tentu berharap yang terbaik.