Tsamara Amany: Millenial yang Terjun ke Politik
Terjun ke dunia politik mungkin bukan menjadi sebuah pilihan utama bagi mayoritas generasi millenial. Namun, hal ini tampaknya tak berlaku bagi Tsamara Amany Alatas. Bagi perempuan kelahiran 24 Juni 1996 ini, politik merupakan sebuah panggilan sekaligus tantangan. Politik juga merupakan cara untuk membuat perubahan bagi masyarakat.
Meski mengaku sudah tertarik dengan politik sejak masih duduk di bangku sekolah menengah, Tsamara tak langsung terjun ke politik praktis. Ia memutuskan terlibat aktif dalam politik ketika Joko Widodo terpilih menjadi Presiden pada tahun 2014. Maklum, mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi di Universitas Paramadina ini sangat mengagumi sosok Jokowi.
“Dari dulu memang tertarik sama politik, saya suka dengan peristiwa politik.
Tapi tidak ada keinginan terjun. Baru ada keinginan terjun di politik sejak Jokowi menjadi Presiden,” ujarnya kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (25/4).
“Saya sudah sejak lama memang kagum sama Pak Jokowi. Saat itu, ketika baru terpilih, banyak pihak yang mengkritik Pak Jokowi melalui media sosial dengan tidak beradab. Sejak itulah saya mau terlibat langsung,” lanjutnya.
Keterlibatannya saat itu juga hanya dengan aktif menulis berbagai artikel politik.
Tsamara rajin menuangkan buah pemikirannya melalui berbagai tulisan melalui blog atau sejumlah portal online. Melalui tulisan-tulisannya, Tsamara membela Jokowi dan mengutarakan sikap politiknya terhadap sejumlah isu yang tengah panas di tanah air. Sejak 2014 hingga 2015, puteri pasangan Muhammad Abdurachman dan Nabila Zen ini aktif ‘berpolitik’ di dunia maya.
Pada tahun 2015, karena tulisan-tulisannya, ia diundang oleh Presiden Jokowi ke Istana bersama sejumlah blogger lainnya.
Namun, saat itu, ia belum tertarik untuk terlibat di dalam politik praktis. Keterlibatannya hanya sebatas menjadi saksi dalam sidang uji materi persyaratan calon independen di pilkada yang diajukan oleh Gerakan Nasional Calon Independen (GNCI) di Mahkamah Konstitusi. Uji materi ini berbuah hasil dengan pengurangan syarat presentase minimum pengumpulan KTP untuk calon independen.
“Saat itu jujur, aku masih apatis. Artinya belum kepikiran untuk terjun secara full di politik. Kalau lihat jawabanku di sesi tanya jawab saat sidang di MK, aku terlihat masih apatis,” ujarnya.
Terjun ke Politik Praktis
Kesadaran untuk sepenuhnya membaktikan diri di politik Indonesia diraih Tsamara ketika menjadi staf magang untuk Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota DKI. Magang sejak Januari-April 2016, Tsamara bertugas untuk membantu Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Tugas utamanya, melakukan penyederhanaan perizinan untuk memulai usaha (starting business).
Keseharian menjalani tugas di Balai Kota memantapkan pilihan Tsamara. Ia sadar perubahan bagi masyarakat tidak akan pernah terlaksana jika ia tak masuk di pemerintahan. Tsamara menyadari berteriak melalui tulisannya akan percuma selama ia tak bisa mempengaruhi pembuatan kebijakan.
“Kita bisa berkontribusi lebih dan tidak hanya teriak-teriak. Ketika masuk ke pemerintah, kita bisa mengubah,” ujarnya.
Magang selama empat bulan di Balai Kota juga lebih menumbuhkan kekaguman pada Ahok. Kekaguman ini, kata Tsamara, dilandasi oleh sikap Ahok yang bersih, tegas, dan berani melakukan perubahan serta terobosan di Ibu Kota. Sebelum magang, Tsamara mengaku sering mengikuti acara yang digelar oleh Teman Ahok.
Saat Ahok memutuskan untuk ikut Pilgub DKI Jakarta 2017, Tsamara kemudian ikut berkampanye. Kampanye dilakukan melalui media sosial dan melalui jaringan yang ia miliki.
“Memang tidak seaktif teman-teman relawan dan partai lain. Saya berkampanye untuk Ahok dengan cara saya sendiri. Saya suka menulis dan melalui tulisan-tulisan saya, saya harapkan masyarakat tergerak,” ujarnya.
Mendirikan LSM Perempuan Politik
Saat masa magangnya berakhir di Balai Kota pada April 2016, Tsamara memutuskan untuk mendirikan LSM Perempuan Politik. Langkah ini bertujuan untuk menyebarkan pentingnya kesadaran berpolitik bagi perempuan dan generasi millenial di Indonesia.
Kesadaran untuk mengubah masyakarat dengan masuk ke pemerintah juga ditumbuhkan melalui LSM tersebut.
“Saya hanya ingin mengedukasi perempuan muda agar mau terjun di politik. Politik toh bisa dilakukan dengan cara-cara yang fun. Akhirnya kita launching LSM Perempuan politik ini pada 17 Januari 2017,” tuturnya. Perempuan Politik menarget perempuan di usia SMP dan SMA agar memiliki kesadaran berpolitik. Tsamara mengatakan pada bulan Juli mendatang Perempuan Politik akan menerjunkan 15 orang ke sejumlah daerah di Indonesia untuk memberikan pendidikan politik bagi perempuan di beberapa SMP dan SMA.
Makin cepat kesadaran politik dibentuk, kata dia, maka makin cepat perubahan itu terbentuk. Selain mendirikan LSM, Tsamara juga meluncurkan buku berjudul, ‘Curhat Perempuan. Buku ini adalah kumpulan dari berbagai tulisannya mengenai politik sejak tahun 2014. Ia ingin mengabadikan seluruh buah pemikirannya agar bisa menjadi inspirasi bagi perempuan muda Indonesia.
“Curhat Perempuan itu kumpulan artikel aku selama tiga tahun terakhir. Isinya general, tidak hanya soal Jokowi atau Ahok,” tuturnya.
Masuk ke Partai Politik
Ke depan, demi membangun karier politiknya, Tsamara tentunya berencana masuk ke partai. Tsamara mengaku memiliki kriteria tersendiri untuk parpol yang kelak dipilihnya.
“Tentunya aku mau masuk parpol yang baru, bersih, banyak anak mudanya, punya jiwa dan semangat muda dan tidak punya beban masa lalu. Saya tertarik masuk ke partai baru karena kalau menang kan pasti bikin sejarah,” ujarnya.
Selain itu, Tsamara tak hanya ingin masuk partai dengan nilai-nilai konvensional yang tidak mentoleransi perubahan dan pembaharuan. “Yang mau aku tanamkan adalah nilai-nilai pembaharuan. Kalau sudah tercemar susah. Ada wadah baru, ada semangat baru khususnya untuk melawan korupsi,” ujarnya.
Sayangnya ia masih bungkam soal partai yang akan menjadi ‘rumahnya’ kelak.
sumber: kumparan.com
Kolom Wawancara