#NuhunKangEmil Inspirasi Baru Indonesia
Membaca surat RIdwan Kamil siang ini, seakan membaca Indonesia dari Bandung yang sejuk dan teduh. Dari sana juga Kang Emil menyelipkan sebuah cerita manis dalam Buku Politik Indonesia yang dipenuhi dengan cerita korupsi, arogansi, intoleransi dan kongsi untuk lolos dari jeratan hukum. Surat Kang Emil menceritakan mengapa dirinya mengurungkan niat untuk ikut serta dalam kontestasi Pilkada DKI 2017 yang akan datang.
Tentu Jakarta tidak sama dengan Kang Emil, demikian juga Bandung tidak sama dengan Jakarta. Ini semakin membuktikan betapa Indonesia begitu kaya dan luas, sehingga tentu tidak mungkin ditangani oleh satu type manusia saja. Setiap daerah melahirkan pemimpinnya sendiri. Kang Emil benar bahwa “Indonesia bukan hanya Jakarta.” Demokrasi dan ekonomi Indonesia hanya bisa lahir dengan menguatkan setiap daerah, dan kekuatan itu hanya bisa lahir dari tangan Pemimpin-pemimpin yang Arif dan Bijaksana. Bukan Pemimpin yang hanya melihat warganya tidak lebih sebagai angka statistik, jumlah suara yang dimasukkan dalam kotak saat Pilkada, bukan juga pemimpin yang karena kehabisan kreatifitas lalu sibuk menerbitkan Perda “larang ini – larang itu.”
Sungguh Indonesia bisa kita baca dari Surat Kang Emil. Seorang Pempimpin harus punya kualitas itu. Ketika mendapatkan kesempatan, yang harusnya tidak ada hal yang menghalangi untuk Kang Emil maju sebagai Gubernur DKI, seorang pemimpin sejati bisa berkata “TIDAK… saya disini aja.” Kata tidak yang diucapkan Kang Emil, bukanlah kata TIDAK yang diucapkan salah satu iklan Parpol, kata Tidak yang diucapkan ketika godaan belum datang. Kata Tidak dari Kang Emil adalah kata yang keluar bersamaan dengan datangnya tawaran dan kesempatan, disitulah seorang Pemimpin diuji. Benar kata Churchill “seorang pemimpin selalu merindukan puncak, tapi pemimpin sejati dibesarkan dari dalam lembah.”
PSI sebagai partai politik baru, tentu tidak ingin merusak dengan alasan mengambil kesempatan lalu memuji-muji Kang Emil. PSI justru menjadi lebih bersemangat untuk melahirkan kader-kader sekelas atau bahkan melebihi Kang Emil, melebihi Ahok, melebihi Yoyok di Batang, melebihi RIsma, melebihi Nurdin Abdullah. Bagi PSI membaca surat Kang Emil adalah sebuah inspirasi baru. Layaknya Presiden Jokowi yang sedang membangun Poros Maritimnya. Mawas diri, Integritas dan toleransi yang ditunjukkan oleh Kang Emil dan Ahok adalah inspirasi dan contoh kasus bagaimana POROS KEBAJIKAN sedang bergerak tumbuh. Demokrasi yang meski terseok-seok dan diragukamn banyak orang cocok dengan nilai bangsa kita. Pelan-pelan mulai melahirkan pemimpin-pemimpin baru, menuliskan cerita baru Bangsa Indonesia.
Nuhun Kang Emil, seperti surat Kang Emil, meski tidak ada hubungannya, mungkin PSI adalah parpol dengan pengurus Jomblo terbanyak, maka pesan terakhir dalam surat Kang Emil rasanya adalah himbauan kepada PSI untuk mempercepat segala hal yang dibutuhkan. Nuhun Kang telah menjadi inspirasi kami kaum muda, bahwa muda tidak selamanya dekat dengan ambisi kekuasaan. Bangun terus POROS KEBAJIKAN dan POROS TOLERANSI, Poros pertama JAKARTA – BANDUNG sudah terbentuk. Mari kita tunggu cerita baru lainnya.