Sejumlah aktivis reformasi 1998 akan mengawal eksistensi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai peserta Pemilu 2019. Mereka pun sudah membentuk tim bernama Solidaritas Senyap (SoS) yang disebar di seluruh wilayah di Indonesia.
“Tim kami beranggotakan puluhan orang. Mereka disebar di semua wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Tugas kami mengawal dan menguatkan eksistensi, sosialisasi, dan koordinasi PSI di seluruh wilayah Indonesia,” kata Koordinator Tim SoS Indonesia, Muhammad Asep NK, saat ditemui dalam acara diskusi di salah satu rumah makan di Cianjur, Jumat (4/5/2018).
Koordinator lapangan 1 Forum Kota (Forkot) saat aksi reformasi 1998 itu menyebutkan dirinya mendapat tugas koordinasi di wilayah Jawa Barat. Ia harus berkeliling ke 27 kota dan kabupaten untuk menguatkan koordinasi dan sosialisasi.
“Dengan para pengurus PSI di setiap kota dan kabupaten juga sudah mulai dikuatkan koordinasinya,” tegas lelaki berpostur tinggi besar ini.
Alasan aktivis pelaku reformasi 1998 tersebut peduli dengan partai besutan Grace Natalie itu, kata Asep, didasari pertimbangan karena PSI diisi orang-orang muda yang visioner. Apalagi PSI hadir di tengah kegundahan masyarakat yang mengalami degradasi kepercayaan terhadap partai politik.
“PSI diisi orang-orang muda yang kreatif, progresif, revolusioner, jujur, dan bersih. Mereka belum punya dosa,” tegas dia berfilosofi.
Alasan lainnya, lanjut Asep, hadirnya tim SoS yang di dalamnya juga terdapat Ketua Liga Mahasiswa Demokrasi (LMD) maupun Presiden BM Trisakti, didasari kerisauan masih tersumbatnya cita-cita reformasi yang dulu digaungkan mereka. Saat ini jadi momentum yang pas karena menjelang 20 tahun peringatan reformasi.
“Kami ini pelaku reformasi 1998. Menjelang 20 tahun peringatan reformasi, kami kembali terusik dan ingin membangkitkan kembali cita-cita reformasi karena tersumbat. Sebagian elite-elite politik yang saat ini menikmati hasil reformasi, mereka dulu tak hadir membela rakyat dan mahasiswa. Karena itu kami harus hadir memberikan suasana baru untuk merebut kembali demokrasi tapi tentunya dengan situasi dan kondisi berbeda. Tak perlu harus turun ke jalan,” ungkapnya.
Asep menilai, PSI merupakan refleksi dari semangat mewujudkan cita-cita reformasi. Ia pun mengingatkan jika sejarah mencatat, sebuah perjuangan selalu diwarnai dengan hadirnya jiwa-jiwa muda.
“Nilai perjuangan dan semangat muda di PSI sangat menggelora. Kami berikan kesempatan kepada PSI untuk eksis dan tampil serta merebut kembali demokrasi. Namun kami di tim SoS tidak berada di internal PSI. Kami aktivis reformasi 1998 berada di eksternal. Intinya kami ingin membantu para kader PSI di seluruh Indonesia,” jelasnya.
Satu hal lain yang jadi acuan para mantan aktivis reformasi 1998 itu mendorong penuh PSI ialah memprioritaskan pemerintahan yang bersih. Dalam beberapa kali kesempatan, Ketua Umum PSI, Grace Natalie, menegaskan mendukung pemerintahan Joko Widodo karena rekam jejaknya sebagai figur yang bersih dan jujur.
“Selama figur itu bersih, PSI pasti akan selalu hadir mendukung. Termasuk juga dukungan kepada Ridwan Kamil, dan Risma ” tandasnya.*** (d_hen)