Umurnya baru 21 tahun, tetapi sekarang dirinya sudah menjadi Ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Dialah Tsamara Amany, seorang politikus yang masih menjadi mahasiswa di Universitas Paramadina.
Usianya yang tergolong muda untuk seorang politikus, tidak membuat Tsamara gentar tampil dalam politik Indonesia. Bahkan dirinya sempat terlibat adu argumen dengan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah.
“Kami percaya kalau orang-orang baik dan idealis bisa tampil dalam pemerintahan. Saya harap PSI dapat menjadi pemantik hal tersebut di Indonesia,” ujar Tsamara kepada TribunJabar.co.id pada Rabu (4/10/2017) di Hotel Topas Galleria, Bandung.
Lalu bagaimana mengubah hal tersebut? Tsamara berpendapat hal utama dalam pemerintahan yang baik adalah gencarnya pemerintahan yang anti korupsi. Karena itulah slogan anti korupsi adalah slogan utama dari PSI, partai yang menaunginya.
Karena itu pula Tsamara selalu vokal dengan penentangan pelemahan KPK dan adanya Pansus Hak Angket KPK yang dilakukan oleh DPR RI.
“Saya dan PSI ingin mengubah budaya politik di Indonesia. Budaya-budaya mahar politik, kalau mau jadi caleg atau cagub harus dekat dengan ketua dan lain-lainnya. Hal-hal seperti itulah yang nantinya akan menjurus kepada korupsi,” tambah Tsamara.
Karena itu pula, dirinya sebagai ketua mengubah sistem pendanaan partai tidak melalui sumbangan kader tetapi melalui crowd funding dari masyarakat.
Untuk saat Pilkada DKI misalnya, dirinya dan rekan-rekan dari PSI mengamen selama beberapa hari dan terkumpul uang yang tidak sedikit dari masyarakat, yaktu sekitar Rp 30 juta.
Hal-hal seperti itulah yang dijadikan idealisme politik dari PSI dan Tsamara sendiri. Harapannya dengan idealismenya ini, Tsama bersama partainya dapat membawa perubahan kepada Indonesia.
Sekarang, Tsamara dan PSI sedang sibuk dalam proses verifikasi partai untuk pemilihan legislatif. Rencananya pekan ini akan diberikan berkas-berkas persyarakan agar dapat lolos ke pemilu 2019 nanti.
