Toleransi Agama Pada Kebudayaan – Giring Ganesha


Agama-agama di Indonesia masuk ke Indonesia melalui penyebaran kebudayaan dan perdagangan. Kalaupun pecah peperangan, itu lebih dikarenakan faktor politik kekuasaan. Kebudayaan dan perdagangan adalah dua hal, yang tak bisa dilepaskan dalam keseharian kita. Kebudayaan mengisi rohani dan jiwa kita. Perdagangan menunjang kebutuhan sehari-hari kita. 

Namun, sangat disayangkan, hari-hari ini cukup terasa ajaran sebagian pemuka agama yang anti pada budaya. Bahkan, tidak tanggung-tanggung, mereka menyerukan untuk memusnahkannya. Ini tentu menyakiti perasaan mereka yang melestarikannya.

Janganlah Berdalih Internal (Lagi)!

Ceramah yang bersifat kontroversial seringkali berujung pada klarifikasi: Ceramah tersebut bersifat internal, dan mohon memakluminya. Ini tentu pembelaan yang kurang tepat dan sadar akan zaman. Sebab, di era digitalisasi dan serba online ini, apa saja yang dianggap privat dan internal bisa tersebar dengan cepat. 

Terlepas dari konteks yang bersifat ditujukan internal (orang-orang yang sepaham), pesan-pesan yang disampaikan oleh tiap penceramah kiranya dapat menggambarkan pola pikirnya. Apakah dia toleran atau tidak, pada kebudayaan dan kemajemukan bangsa.

Pandangan haram dan dilarang, mungkin dapat ditolerir jika itu bersifat privat dan internal. Namun, anjuran memusnahkan? Betapa menyakitkan. Padahal ada alternatif saran kebijakan lain, seperti menghibahkannya pada pelaku kebudayaan. Atau dijual, dan hasil penjualannya disumbangkan bagi fakir miskin dan yatim-piatu.

Agama Tak Bisa Lepas Dari Kebudayaan

Pengalaman berkunjung ke seluruh pelosok Indonesia, dari ujung Sabang sampai Merauke, membuat saya menyaksikan sendiri bahwa tiap agama tak bisa lepas dari kebudayaan. Keduanya saling mengisi dan mewarnai kehidupan berbangsa.

Sibuk menyerang hal-hal yang dalam tata cara agama diharamkan, namun menutup mata pada produk-produk budaya yang tetap mereka gunakan. Apakah tidak terbayangkan, bagaimana jika hal itu terjadi sebaliknya? Tentu akan sama menyakitkannya.

Kami PSI, berdiri meneguhkan diri sebagai partai anti intoleransi. Kami akan terus merawat keragaman dengan mendukung penuh pelestarian kebudayaan, karena hal itulah yang akan terus memajukan bangsa dan negara kita.

Sebab agama, bangsa, dan peradaban, pada dasarnya tak akan pernah bisa lepas dari napas kebudayaan.





Sumber

Recommended Posts