Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyesalkan film-film buatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih mengutamakan mencari keuntungan ketimbang mendidik masyarakat. Penyesalan ini diungkapkan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI Bidang Kepemudaan dan Daya Kreatif, Rony Imannuel, Sabtu (4/2/2023).
Rony yang akrab dengan nama panggung ‘Mongol Stres’ ini mencontohkan Perum Produksi Film Negara (FPN) yang memilih membiayai film-film bergenre horor. “Kami paham, film bergenre horor memang laris dan digemari masyarakat, tapi seharusnya BUMN nggak gitu-gitu amat mencari keuntungan. Ada tugas negara untuk mendidik masyarakat,” tegasnya.
Mongol mengungkapkan masih kurangnya film anak-anak yang mendidik di Indonesia. Sebelumnya pada acara Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) PSI, Selasa (31/1/2023), Mongol menyampaikan hal yang sama di hadapan Presiden Jokowi. “Saya berharap Pak Presiden menginformasikan kepada Menteri BUMN, kalau boleh ayok kita bikin film anak kecil, Pak. Indonesia kekurangan film anak kecil yang mendidik, Pak,” ujar Mongol yang disambut anggukan oleh presiden.
Mongol menyesalkan PFN justru mengeluarkan film horor yang hanya untuk hiburan semata dan tidak memiliki unsur pendidikan. “Akan jauh lebih baik kalau PFN mengeluarkan film anak-anak yang berisi moral dan etika,” kata Mongol.
Masih menurut Mongol, keuntungan dan idealisme dalam membuat film sebenarnya tidak perlu dipertentangkan. “Kita melihat film anak-anak yang berkualitas dan disambut oleh masyarakat seperti ‘Petualangan Sherina’ dan ‘Laskar Pelangi’,” ujarnya.
Dua film ini disebut Mongol sebagai contoh film anak-anak Indonesia yang baik. “Film anak-anak seharusnya pemeran utamanya juga anak-anak dan ada pesan moral di situ, seperti Petualangan Sherina mengajarkan persahabatan dan Laskar Pelangi yang mengajarkan persatuan dan optimisme dalam hidup anak-anak yang tidak selalu mudah,” tutup Mongol.