Oleh: Grace Natalie
Sejumlah akun bertanya mengapa saya harus menanggapi serius akun abal-abal macam almarhum Hulk. Bukankah saya ketua umum partai yang harusnya elegan dan kalem? Tidak sedikit pula yang menilai ini peristiwa politik belaka yang harus saya “telan” sebagai konsekuensi terjun dalam politik praktis.
Saya ngga habis pikir. Sejak kapan fitnah dinaturalisasi sebagai elemen yang wajar dalam politik? Fitnah itu harus dilawan! Kebohongan yang dikampanyekan terus menerus dan sistematis akan berubah menjadi (seolah-olah) kenyataan.
Begitu kata doktrin Joseph Goebbels yang paling tersohor. Nampaknya kini doktrin Goebbels dipraktikkan oleh akun-akun penebar fitnah yang banyak bergentayangan di semua platform media sosial. Saking banyaknya hoaks, masyarakat jadi sulit membedakan mana fakta mana hoax.
Yang buat tambah miris, banyak kelompok masyarakat terdidik yang juga begitu mudah percaya pada sebuah informasi yang tidak jelas validitasnya
Modus Operandi
Fitnah kepada saya dimulai ketika akun Instagram @Prof.Djohkhowie mengunggah kolase foto saya dan diberi judul Grace Natalie Ozawa. Di dalamnya ada sejumlah foto saya yang semuanya berpakaian sopan.
Yang jadi masalah, tidak semua foto dalam kolase itu merupakan foto saya. Ada pula sejumlah foto lain yaitu foto Maria Ozawa, foto kawan presenter di salah satu televisi swasta, dan foto editan yang menyambungkan kepala saya dengan tubuh orang lain berpakaian tak senonoh tanpa celana.
Foto itu diberi caption, Partai Selangkangan Indonesia. Awalnya saya masih menertawakan foto-foto tersebut bersama suami. Ada-ada saja “kreativitas” orang. Namun ternyata itu baru pemanasan.
Sehari setelah itu, umpan yang sudah dilambungkan Prof.Djohkhowie disundul oleh akun Hulk. Di Instagram nama akunnya @Hulk.Idn sementara di Twiter nama akunnya @Hulk_Idn. Keduanya mengunggah materi yang sama, bahwa saya dan pak Ahok memiliki hubungan asmara. Hubungan itu berlanjut sampai ke hubungan suami istri, dan ia mengeklaim memiliki videonya. Hulk mengatakan belum akan merilis video tersebut karena ingin membuat saya panas dingin terlebih dahulu.
Cuitan Hulk langsung disambar oleh ratusan cyber army yang mem-bully saya via Instagram dan Twitter. Para cyber army ini saling meresponi ucapan satu dengan lain, membuat percakapan di antara mereka sendiri di timeline akun saya. Dalam waktu singkat akun saya penuh dengan komen busuk mereka. Ucapan-ucapan yang mereka gunakan kurang lebih berbunyi:
“Ditunggu video panasnya…”
“Pantas Pak Ahok cerai dengan Bu Vero, ternyata ini penyebabnya….”
“Yang kaya gini mau jadi wakil rakyat?”
Dan seterusnya.
Saya sempat memeriksa akun-akun tersebut. Banyak sekali akun tidak jelas. Identitasnya tidak jelas, postingannya bukan real picture, dan jumlah postingannya nol atau kalaupun ada hanya sedikit sekali. Ciri khas akun ternakan!
Banjirnya komentar negatif di akun saya sedikit banyak membuat orang percaya bahwa isu itu benar.
Tidak sampai seminggu, mulai banyak kawan yang kasak kusuk. Saya sempat berpikir untuk mendiamkan. Menunggu kebenaran itu muncul sendiri bagai pagi menyapu malam. Tapi lho kok semakin banyak orang yang termakan isu tersebut.
Saya baru paham kemudian, strategi para akun fitnah ini saat beraksi. Ternyata kolase foto berjudul Grace Natalie Ozawa yang diunggah sebelum narasi difitnah dimulai berfungsi membentuk citra diri saya yang ingin dipersepsikan ke publik. Dalam kasus ini, persepsi atas diri saya yang mau mereka bangun adalah cabul dan dekat dengan pornografi.
Jadi, ketika narasi Hulk keluar, foto tersebut berfungsi sebagai alat konfirmasi. Publik yang masih bimbang apakah benar saya mempunyai hubungan terlarang, menjadi agak yakin setelah melihat foto tersebut.
Luar biasa, ternyata di balik kebohongan yang sukses ada sebuah tim yang bekerja secara sistematis!
Diam Bukan Emas
Saya akui, saya marah. Bukan sekadar karena nama baik saya dirusak. Namun pelecehan seksual yang dilakukan Hulk dan komplotannya merupakan serangan terhadap upaya saya dan teman-teman di PSI untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik.
– Grace Natalie
Dalam kultur masyarakat Indonesia, posisi perempuan yang tersangkut isu asusila sangatlah hina, lebih menjijikkan dan lebih rendah daripada korupsi. Kalau fitnah dinaturalisasi sebagai elemen yang wajar dalam proses politik, mana mau perempuan-perempuan berkualitas turun dan berlaga dalam politik?
Perasaan inilah yang menjadi bahan bakar bagi saya untuk melancarkan serangan balik kepada Hulk. Saya terkejut dan haru ketika respons masyarakat sangat positif.
Banyak yang memberi dukungan, menyemangati, dan bahkan balik mem-bully si tukang bully. Ada pula sejumlah rekan advokat yang ingin mendampingi jika dibutuhkan. Kepada semua bro n sis, sungguh saya sangat berterima kasih dari hati yang terdalam.
Seorang kawan perempuan dari Jawa Tengah mengirim pesan via japri bahwa ia mengalami kasus serupa. Hanya selisih beberapa hari dari kasus yang saya alami. Namun ia tidak berani melakukan perlawanan balik.
Bro dan sis, khususnya kawan-kawan perempuan, jangan pernah pasrah ketika difitnah. Kebenaran harus ditegakkan. Jika perlu tempuh jalur hukum. Kita berani karena benar!