Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meragukan kemampuan Prabowo-Sandi untuk menawarkan solusi bagi tantangan-tantangan ekonomi Indonesia lima tahun ke depan. Pasalnya, pernyataan Prabowo dan juru bicaranya sering tak masuk akal.
“Dalam pidato, Prabowo janji tak impor BBM misalnya. Gimana caranya dalam lima tahun Indonesia swasembada energi? Kita impor BBM 700 ribu barel per hari loh,” ujar Yurgen Alifia Sutarno, Juru Bicara PSI dan Caleg DPR RI Dapil Jawa Barat VI (Depok-Bekasi), dalam keterangan pers, Rabu 7 November 2018.
Yurgen menegaskan ada dua opsi untuk merealisasikan skenario Prabowo. Pertama, Pertamina harus menaikkan lifting minyak bumi. Sejak 2010, lifting minyak terus turun dari 945 ribu barel per hari menjadi 750 ribu barel per hari. Padahal kebutuhan dalam negeri mencapai sekitar 1,3 juta barel per hari.
“Ini dikarenakan kapasitas sumur yang sudah tua. Eksplorasi juga mahal, butuh waktu lama dan banyak tantangan teknis. Tidak mudah dilakukan hanya dalam rentang lima tahun,” ujar Yurgen.
Opsi kedua, menurutnya, lebih sulit lagi yaitu mendorong masyarakat menggunakan kendaraan listrik untuk menekan konsumsi BBM.
“Apa iya dalam lima tahun bisa mengkonversi puluhan juta kendaraan berbahan bakar minyak ke gas atau listrik misalnya? Atau apa sebenarnya solusinya? Coba realistis sedikitlah,” kata peraih Master of Public Policy, University of Oxford, ini.
Yurgen juga mengaku kecewa dengan pernyataan-pernyataan yang dilontarkan sejumlah jubir Prabowo-Sandi terkait isu ekonomi.
“Ada yang bilang inflasi rendah karena daya beli rendah, ada yang bilang infrastruktur tak mampu membuka lapangan kerja. Saya heran ini timnya pak Prabowo sebenarnya mengerti ekonomi apa enggak? Ini kayaknya asal-asalan aja. Cuma ingin menyerang pemerintah tapi miskin data,” tutupnya.
Sebelumnya, Calon Presiden Prabowo Subianto berjanji tidak akan impor barang atau kebutuhan apapun dari luar negeri apabila terpilih menjadi presiden pada Pemilu 2019 mendatang.