PSI Sebut Keterwakilan Perempuan di Legislatif Masih Minim

Memperingati Hari Perempuan Internasional, DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyelenggarakan diskusi bertajuk ‘Tawaran Program PSI untuk Perempuan Indonesia’ di Basecamp DPP PSI, Jakarta Pusat, kemarin (8/3).

Para pembicara diskusi itu antara lain entrepreneur dan bacaleg PSI Kokok Dirgantoro, demografer dan bacaleg PSI Dedek Prayudi, aktivis dan bacaleg PSI Susi Rizky, influencer media dan sosial bacaleg PSI Milly Ratudian, dan aktivis lingkungan dan bacaleg PSI Mikhael Gorbachev Dom. Acara diskusi dipandu Bendahara Umum DPP PSI, Suci Mayang Sari.

Menurut Mayang, masih minim keterwakilan perempuan di kursi legislatif. Padahal jumlah penduduk perempuan Indonesia mencapai 130 juta atau setara 49,75 persen dari total populasi yang mencapai 261 juta. Akibatnya partisipasi perempuan dalam berpolitik pun rendah.

“Soal keterwakilan perempuan dalam kepengurusan parpol peserta pemilu 2019, PSI adalah parpol peserta pemilu dengan keterwakilan perempuan tertinggi, yakni 66,66 persen,” ujar Mayang.

Dedek Prayudi bicara perempuan dalam perspektif kependudukan. Menurutnya, posisi perempuan sangat vital dalam upaya memetik bonus demografi. “Saya dan PSI akan memperjuangkan UU yang sensitif gender. Tidak ada waktu yang lebih tepat untuk berinvestasi memberdayakan perempuan selain saat ini. Bonus demografi kita menyatakan bahwa merekalah yang akan menjadi faktor penentu keberhasilan kita,” kata Dedek.

Sementara Kokok Dirgantoro peduli terhadap perempuan hamil dan nasib pekerja perempuan. Kantor yang dipimpinnya memberikan cuti 6 bulan untuk karyawan perempuan yang melahirkan. Semua perempuan yang hamil dan menyusui memiliki jatah istirahat tidur siang.

“Kemudian, kulkas kami kosongkan hanya untuk ASI, jika ada yang menyusui dan cuti hamil di perusahaan selama 6 bulan,” katanya.

Menurut Kokok, dia akan memperjuangkan ASI 6 bulan eksklusif karena mengurangi beban orang tua, mengurangi beban negara, dan meningkatkan kesehatan anak sehingga tumbuh dengan baik. Selain itu, tidak hanya cuti hamil, tapi juga berjuang untuk public service yang baik bagi ibu juga menjadi perjuangan. [eko]

Sumber

Recommended Posts