Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengapresiasi kerja keras pemerintahan Joko Widodo-JK dalam mengendalikan harga pangan selama Ramadhan 2018 dan beberapa tahun terakhir. Alasannya karena sejauh bulan suci Ramadan dinilai tidak terjadi gejolak harga pangan (volatile food).
Juru Bicara PSI Bidang Ekonomi, Industri, dan Bisnis Rizal Calvary Marimbo mengatakan, setiap memasuki bulan puasa dan Lebaran, harga komoditas pangan akan merayap naik sehingga mendorong laju inflasi. Tradisi ini menjadi langganan tahunan dan merambah seluruh bahan pangan pokok masyarakat sehari-hari.
“Biasanya komoditas pangan merangkak naik seketika mendekati Lebaran. Sejauh pemantauan PSI, harga-harga komoditas terkendali,” kata Rizal dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 12 Mei 2018.
Dia mengungkapkan, tradisi gejolak harga pangan menjelang Lebaran telah berhasil diakhiri pemerintahan Jokowi sejak beberapa tahun terakhir. Sehingga masyarakat dapat menjalankan ibadah puasa dan Idul Fitri dengan tenang.
Rizal menambahkan, terkendalinya harga pangan tersebut tak hanya disebabkan oleh cukupnya pasokan ke pasar, namun juga pemerintahan Jokowi-JK mampu menghentikan penimbunan dan adanya perbaikan infrastruktur secara sistematis.
“Ada faktor penegakan hukum. Tidak ada oknum yang berani menimbun bahan pangan. Juga jalur logistik berjalan lancar sebab infrastruktur semakin baik dan meluas. Biaya logistik ikut menurun,” jelasnya.
Dia mengatakan, bila pun terjadi kenaikan harga namun masih dalam batas normal.
“Kenaikan saya kira tak akan mencapai 20%. Bahkan mungkin di bawah 15%. Ini masih normal. Malah ada komoditas yang menurun harganya. Yang berbahaya seperti dulu-dulunya bisa sampai 50 persen. Jadi secara persentase kenaikan year on year justru terjadi penurunan,” Rizal menandaskan.