Bandung – DPW PSI Jawa Barat menilai penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jawa Barat (tingkat provinsi) akan berhasil jika dibarengi dengan memaksimalkan tes massal polymerase chain reaction (PCR). Hal ini penting dilakukan agar pemetaan sebaran Covid-19 bisa lebih presisi.
“Jika ditemukan kasus positif (lagi) bisa segera diisolasi dan ditelusuri riwayat kontaknya. Sehingga bisa dilakukan upaya memutus mata rantai infeksi. Apalagi tidak sedikit pengorbanan rakyat dan tanggungan negara untuk menerapkan PSBB se-Jabar,” tutur Ketua DPW PSI Jawa Barat sekaligus Aktivis 98, Furqan AMC, di Bandung, Rabu, 6 Mei 2020.
PSI Jabar pun berharap dalam pelaksanaan PSBB Jawa Barat yang berlangsung selama 14 hari ini, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bisa menambah signifikan jumlah alat tes PCR untuk dibagikan ke seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat. Kenapa harus PCR? Karena dari hasil metode rapid diagnostic test (RDT) cepat sekitar 15-20 menit, tetapi sensitivitas dan spesifitasnya hanya 60 sampai 80% karena berbasiskan antibodi. Mengakibatkan mereka yang terdeteksi dengan RDT belum tentu positif Covid-19, bisa saja karena virus yang lain, dan masih perlu divalidasi lagi dengan (PCR) seminggu atau dua minggu kemudian. PSI setuju apabila tes massal Covid-19 lebih baik menggunakan PCR dibandingkan RDT. “Karena mereka yang tidak terdeteksi dengan RDT perlu tes ulang lagi seminggu atau dua minggu kemudian, dan perlu pengulangan tes,” kata dia.
Oleh sebab itu PSI Jawa Barat mendorong sekaligus mengapresiasi langkah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat yang akan mengalihkan tes massal Covid-19 dengan PCR. Meskipun sampai saat ini 40.000 tes PCR yang sudah disiapkan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat masih kurang atau hanya 0,08% jika dibandingkan dengan populasi Jawa Barat yang hampir 50 juta jiwa. “Artinya, hanya ada 800 pengetesan (Covid-19) dari 1 juta penduduk Jawa Barat,” jelas dia.
Memang, kalau dibandingkan dengan rata-rata nasional yang hanya 211 tes per 1 juta penduduk Jawa Barat masih baik. Tetapi kalau dibandingkan dengan Vietnam 2.188 tes per 1 juta penduduk, Thailand 2.043 tes per 1 juta penduduk, apalagi Malaysia 4.063 tes per 1 juta penduduk.
Sementara itu, sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sekaligus Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Berli Hamdani mengatakan, akan terus menambah pelaksanaan tes usap (swab) dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR), salah satunya yang sudah dilakukan adalah di KRL.
“Sementara untuk RDT, sampai saat ini Jabar melakukan hampir 100 ribu RDT dan dari total itu yang positif 237. Dari yang sudah dilakukan tersebut, ini upaya yang penting dalam pelaksanaan PSBB agar paling tidak bisa membatasi penularan terutama dari luar Jabar atau imported case. Secara umum PSBB mampu menekan penularan atau penyebaran Covid-19” tuturnya.
Menurut Berli, PSBB tingkat provinsi penting untuk menghentikan penularan Covid-19, terutama imported case alias penularan dari luar lokasi atau impor. Saat ini kasus yang ada sifatnya penularan lokal dan dari klaster yang dari awal sudah diidentifikasi, dan selama tes dilakukan belum ada klaster baru di Jawa Barat. “(PSBB Jabar) ini momen penting, di mana mudik sudah dilarang, kegiatan sudah berkurang, ditambah dengan situasi puasa (orang beribadah di rumah saja) semakin menyukseskan PSBB,” kata dia.