Politik Generasi Y

Rubrik Kebudayaan – Koran Solidaritas Edisi IV, Oktober 2015

Oleh: E.S Ito (Novelis dan Penulis Film)

Hingga satu dekade yang silam, anak muda dan politik berada dalam spektrum dan gelombang yang berbeda. Politik dengan segala imaji rakus dan kotornya tidak mendapat tempat di hati anak-anak muda. Demikian pula halnya dengan partai politik, hanya memberi sedikit tempat untuk anak-anak muda. Biasanya butuh perjalanan panjang bagi anak-anak muda untuk bisa merasakan kursi panas politisi. Ikut organisasi mahasiswa, organisasi kepemudaan, organisasi massa ditambah jilat sana-sini baru kursi panas politisi didapatkan. Aspirasi politik anak muda lebih banyak tersalurkan dalam kegiatan parlemen jalanan atau sebagian lainnya melalui lembaga swadaya masyarakat. Bahkan ketika gelombang demokrasi langsung mewarnai politik kita, anak-anak muda masih bersifat acuh tidak acuh.

Jika saat ini kita mendapati anak-anak muda mulai latah bicara politik, tentu bukan disebabkan oleh reformasi politik yang terjadi di negara ini. Anak-anak muda ini, Generasi Y atau Millenial Generation, dengan mudah terhubung satu sama lain. Dulu butuh beragam organisasi dengan hierarki peninggalan zaman baheula untuk membuat anak-anak muda terhubung satu sama lain. Sekarang mereka cukup duduk manis di depan komputer atau smartphone lewat beragam media sosial yang ada, mereka bebas bicara apa saja. Tambahan lagi, berita tidak lagi jadi monopoli media-media besar yang biasa terkait dengan kepentingan politik tertentu. Lewat dunia maya, berita bisa muncul dari mana saja : media sosial, blog atau citizen journalism. Untuk menyampaikan aspirasi pun tidak sulit, perang di media sosial atau membuat petisi online. Yang diperlukan oleh Gen-Y ini hanyalah duduk manis dan rajin mengikuti perkembangan yang terjadi di media sosial. Dan mereka pun berpolitik ala Generasi Y.

Pemilu 2014 menunjukkan bagaimana gaduhnya anak-anak muda di dunia maya. Ada yang terbelah dalam kubu-kubu berseberangan dan bahkan ada pula yang berinisiatif mengawal Pemilu melalui teknologi informasi. Kampanye di dunia maya mulai memberikan dampak yang nyata bagi partai politik untuk mendapatkan dukungan dari anak-anak muda. Sementara bagi Gen-Y sendiri, mereka mulai percaya diri bahwa mereka bisa melakukan perubahan lewat proses politik. Tokoh-tokoh muda yang inspiratif pun bermunculan dan ini semakin mendorong anak-anak muda untuk percaya bahwa perubahan itu tidak perlu menunggu pergantian dinasti politik. Perubahan itu tidak perlu dilakukan dengan cara berpanas-panasan, cukup duduk manis sambil cuci mata.

Partai politik tentu harus lebih responsif melihat perkembangan nyata anak-anak muda ini. Proses politik harus dilakukan lebih transparan dan terbuka sehingga suara-suara anak muda itu tidak hanya berakhir sebagai kicauan di dunia maya. Sementara bagi anak-anak muda sendiri, mereka tetap harus menjaga daya kritis dan skeptisnya. Walaupun pintu-pintu Partai Politik terbuka semakin lebar untuk mereka, sewaktu-waktu kegiatan ekstra parlemen tetap diperlukan. Tanpa perlu mengumpulkan massa, tidak perlu berpanas-panasan, tanpa rusuh tetapi cukup duduk manis membiarkan jemari menari di atas keyboard. Perubahan pun akan terjadi. 

Recommended Posts