Partai Solidaritas Indonesia mengharap agar penyesuaian (kenaikan) harga beli BBM oleh golongan konsumen tidak mampu ini bisa diimbangi dengan penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang memang tepat sasaran.
“Masyarakat mesti diberi pemahaman bahwa subsidi BBM itu pada kenyataannya banyak dinikmati oleh kaum yang mampu, sedangkan kalau kompensasi dalam bentuk BLT bisa tepat sasaran maka yang menikmati adalah golongan yang memang layak untuk menerima bantuan atau kompensasi itu,” ujar juru bicara PSI bidang ekonomi Andre Vincent Wenas pada Rabu (31/08/2022).
Masyarakat luas perlu dapat informasi yang lengkap, bahwa saat ini pemerintah masih menyubsidi Solar sebesar Rp 500 per liternya plus kompensasi sebesar Rp 8.300 per liter. Sehingga totalnya Rp 8.800 yang ditanggung pemerintah.
Faktanya harga keekonomian Solar yang seharusnya Rp 13.950 per liter itu bisa diperoleh oleh golongan penerima BLT dengan harga Rp 5.150 per liternya. Selisih Rp 8.800 nya ditanggung pemerintah dalam bentuk subsidi Rp 500 per liter dan Rp 8.300 per liter dalam bentuk BLT.
Sedangkan untuk jenis Pertalite yang keekonomiannya adalah Rp 14.450 per liter, untuk golongan penerima BLT diberi kompensasi dana BLT sebesar Rp 6.800 per liter. Sehingga para penerima BLT ini sesungguhnya bisa memperoleh Pertalite seharga Rp 7.650 per liter.
Sedangkan untuk LPG 3 kg tetap disubsidi oleh pemerintah sebesar Rp 14.250 per liter atau sekitar 77% dari harga keekonomiannya. Lantaran harga jual LPG 3 kg ini cuma Rp 4.250 per kg, padahal harga keekonomiannya berada pada kisaran Rp 18.500 per kg.
“Semua dana subsidi itu dari APBN, dari uang rakyat. Maka demi administrasi keadilan sosial yang lebih terdistribusi secara tepat sasaran, maka BLT itu mesti dipastikan diperoleh oleh golongan yang tidak mampu. Tidak seperti selama ini dimana seluruhnya dalam bentuk subsidi BBM yang pada kenyataannya banyak dinikmati oleh golongan yang mampu.” Ujar Andre lebih lanjut.
Akhirnya PSI berharap, “Agar semua pihak tidak memolitisasi isu penyesuaian harga beli BBM ini demi kepentingan sempit tertentu. Semua mesti realistis, dan tetap optimis bahwa perekomian kita tetap survive di tengah krisis global gegara pandemi dan perang yang bergejolak saat ini.”
“Kita mesti terus mengritisi pola penyaluran BLT ini agar tepat sasaran dan tidak ada penyimpangan. Begitu cara kita membantu pemerintah.” Tutup Andre mengakhiri keterangannya.