Partai Solidaritas Indonesia ( PSI) kembali kedatangan bakal calon legislatif dari kalangan perempuan.
Kali ini ada tiga perempuan berlatar belakang pengusaha hingga arsitek yang mendaftar di partai besutan Grace Natalie tersebut.
Ketiga bakal caleg tersebut yakni Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik, Susy Rizky, dan Milly Ratudian Purbasari.
Ketiganya hadir saat diumumkan sebagai bacaleg di gelombang kedua pendaftaran caleg dari PSI, di kantor DPP PSI, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (7/2/2018).
Ni Luh Djelantik mengatakan, dia terjun ke politik salah satunya untuk merubah birokrasi yang bobrok.
Desainer sepatu ternama asal Bali yang produknya sudah mendunia itu punya pengalamannya bagaimana sulitnya mengurus perizinan ketika mengawali usahanya.
Dia mengatakan, izin usahanya sulit keluar karena dia menerapkan prinsip antisuap. Untuk mengubah prosedur perizinan usaha yang sulit itu dia terjun menjadi caleg lewat PSI.
Ni Luh ingin duduk di Komisi VI DPR yang punya ruang lingkup; kerja industri, investasi, dan persaingan usaha.
Dengan begitu dia merasa bisa terlibat dalam mengambil keputusan, yang bermanfaat khususnya menyangkut pelaku usaha kecil menengah (UKM).
“Kalau kita bisa di dalam sistem, kita bisa mengecek apa sih yang membuat susah (perizinan). Kita enggak bisa ubah kalau kita enggak di dalamnya,” kata Ni Luh, di kantor PSI, Jakarta, Senin siang.
Sementara Susy Rizky, pebisnis di bidang mebel, mengatakan alasannya terjun ke politik di antaranya karena ingin memperjuangkan hak perempuan.
Dia melihat Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) yang sedang dibahas DPR dan Pemerintah tidak berpihak pada kaum hawa.
“Banyak pasal yang merugikan perempuan,” ujar Susy.
Selain itu, lanjut Susy, para wakil rakyat yang duduk di Senayan tidak banyak dari perempuan. Sehingga keterwakilan perempuan di parlemen menurutnya masih kurang.
“Saya gabung di PSI untuk imbangi suara bapak-bapak (anggota DPR pria) itu,” ujar Susy.
Sementara itu, Milly Ratudian, yang berlatar belakang arsitek itu ingin jadi caleg agar bisa berkontribusi memajukan pendidikan. Dia juga ingin menghapus sikap intoleransi yang belakangan muncul.
Ibu muda yang sempat skeptis dengan dunia politik itu amat membenci korupsi. Saat bekerja jadi arsitek, dia mengetahui bagaimana sulitnya pengembang mendapatkan izin bangunan.
Untuk bisa mendapatkan izin ujung-ujungnya perlu ada amplop sebagai pelincin. “Dari situ saya benci yang namanya korupsi,” ujar Milly.
Ketiganya mengaku PSI punya misi yang sama dengan mereka yakni anti terhadap korupsi. Mereka juga terinspirasi dari sosok-sosok yang dianggap berintegritas dan pemimpin yang baik untuk bangsa seperti Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama.
Ketua Umum DPP PSI Grace Natalie mengapresiasi bergabungnya tiga perempuan yang dinilainya sebagai sosok hebat tersebut.
Indonesia menurut dia butuh banyak sosok politisi perempuan. Dari 560 anggota DPR, lanjut dia, hanya 17,32 persen atau sekitar 97 saja perempuan yang ada di parlemen.
Dia ingin dengan banyaknya wakil rakyat dari kalangan perempuan kebijakan-kebijakannya akan mengakomodasi kaum perempuan.
“Dari semua anggota dewan sekarang, yang perempuan itu hanya 17,32 persen. Ini memperihatinkan,” kata mantan jurnalis TV itu.