Minimnya perhatian pemerintah terhadap rempah dalam negeri dapat merugikan petani dan juga membuat negara kehilangan potensi ekonomi yang berkelanjutan.
Hal ini muncul dalam diskusi online yang diselenggarakan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dengan tema “Mengembalikan Kejayaan Rempah Indonesia.” Jumat 5 Maret 2021 malam.
Diskusi tersebut menghadirkan pembicara Komang Armada (petani cengkeh di Bali), Petani Rasional (petani vanili di Temanggung), dan Vivi Widyana (Billiton Spice). Koordinator Juru Bicara PSI, Kokok Dirgantoro bertindak sebagai moderator.
“Terungkap dalam diskusi bahwa rempah Indonesia secara kualitas maupun kuantitas memiliki potensi besar di pasar dunia,” ujar Kokok.
Potensi itu belum tergali maksimal karena minimnya dukungan pemerintah pusat, kementerian, dan pemerintah daerah. Beberapa hal yang ditabulasi PSI terkait tiga jenis rempah yang menjadi bahan diskusi antara lain:
Lada
– Untuk komoditas lada Bangka Belitung (Babel) perlu dukungan infrastruktur pelabuhan agar bisa melakukan ekspor langsung dari Babel ke negara tujuan.
– Memperkuat lobi dagang internasional ke negara konsumen lada. Ekspor lada RI terbesar adalah ke Vietnam. Padahal Vietnam adalah penghasil lada terbesar sekaligus eksporter lada terbanyak di dunia. Patut diduga ekspor lada Indonesia harus melalui Vietnam.
– Membantu mengkampanyekan di dalam dan luar negeri bahwa Lada kualitas terbaik adalah hasil dari Indonesia terutama Lada putih Muntok dan Lada Hitam Lampung.
Vanili
– Pemerintah pusat dan daerah perlu mendata petani vanili, luas lahannya, perkiraan panen hingga memberikan semacam surat dan atau sertifikasi bahwa petani tersebut sah menjual vanili.
– Musuh terbesar Vanili bukanlah hama tapi kriminalitas yaitu pencurian. Hal ini terjadi karena harga vanili yang tinggi dan pembeli tidak pernah melacak asal vanili.
– Perlu edukasi teknis dan pengetahuan petani terutama agar vanili tidak petik muda dan memanen dalam satu tanda karena dampaknya sangat buruk terhadap kualitas dan harga Vanili.
– Kementerian terkait perlu membantu akses pasar global untuk petani Vanili
– Perlunya upaya khusus untuk menarik investor pengolahan (industri hilir) untuk produk vanili
Cengkeh
– Perlu dukungan Pemerintah Pusat dan daerah agar wilayah penghasil Cengkeh dalam jumlah besar dibangunkan infrastruktur jalan dan pelabuhan terutama di daerah-daerah di luar Jawa, misalnya Sulawesi Utara, Maluku, dan Aceh.
– Perlu keseriusan pemerintah mencari pasar alternatif untuk cengkeh selain untuk konsumsi pabrik rokok.
– Edukasi petani mengenai perawatan tanaman Cengkeh, penyimpanan dan akses pasar.
“Banyak rempah Indonesia menduduki peringkat atas di dunia sebagai negara penghasil. Lada peringkat 2, Cengkeh peringkat 1, Vanili peringkat 2, ada juga Kayu Manis, Kapulaga, dan masih banyak lagi. Rata-rata kebun rempah di Indonesia adalah perkebunan rakyat yang langsung dimiliki petani. Berpihak kepada rempah, otomatis memberikan dukungan langsung kepada petani,” jelas Kokok.
Oleh sebab itu, PSI akan terus mendorong kebutuhan-kebutuhan petani dan pedagang rempah nasional dipenuhi oleh pemerintah.
“PSI akan terus menjalin komunikasi dengan jaringan petani dan pedagang rempah untuk terus menyuarakan kebutuhan mereka. Kami juga akan melibatkan kader PSI yang ingin ikut serta dalam produksi maupun perdagangan rempah,” kata Kokok.