Balinetizen.com, Denpasar – Saat ini di tengah pandemi Covid-19, Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar Emiliana Sri Wahjuni mengharapkan ada budaya baru yakni bercocok tanam di rumah dan lingkungan keluarga dengan menanam tanaman pangan demi menjaga ketahanan pangan.
“Saya mengajak masyarakat lebih kreatif saat di rumah dan selama pandemi Covid-19. Agar masyarakat bisa memanfaatkan lahan yang minimal dengan maksimal untuk menanam tanaman pangan demi menjaga ketahanan pangan,” kata Emiliana Sri Wahjuni, Sabtu (30/5/2020).
Hal ini disampaikan saat Anggota DPRD Denpasar Dapil Denpasar Selatan dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini mengunjungi kediaman warga yang membudidayakan sayuran dengan pola tanam hidroponik di kawasan Kerta Lestari Sanur, Denpasar.
Dalam kesempatan ini, Srikandi DPRD Denpasar yang dikenal kreatif juga konsern dengan isu-isu ketahanan pangan ini sengaja ingin belajar bagaimana menanam sayuran di lahan sempit seperti di perkotaan salah satunya dengan pola hidroponik.
Pertanian hidroponik merupakan budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman.
Hidroponik menjadi salah satu solusi bercocok tanam di lahan sempit dan terbatas seperti di perkotaan yang bisa dilakukan di pekarangan yang sempit sekalipun. Kebutuhan air pada hidroponik juga lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah.
Emiliana Sri Wahjuni pun menggugah kesadaran masyarakat kota menggalakkan gerakan menanam bahan pangan untuk menjaga ketahanan pangan. Sebab bisa dilakukan di lahan terbatas dengan menanam di dalam pot, polybag maupun dengan menerapkan pola tanam hidroponik.
Untuk itu Sekretaris Fraksi NasDem-PSI DPRD Kota Denpasar ini mengajak masyarakat perkotaan di Denpasar menjalankan gerakan dan progam dapur hidup di pekarangan masing-masing.
Gerakan dan progam dapur hidup merupakan gerakan untuk menanam beragam jenis sayuran dengan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai media tanam. Tujuannya ialah untuk mengurangi pengeluaran belanja kebutuhan dapur dan mencukupi nutrisi keluarga.
Dengan berjalannya gerakan dapur hidup ini, warga tak perlu repot-repot ke pasar bila ingin memasak sayur seperti bayam, terong dan timun termasuk bahan bumbu dapur seperti cabai dan tomat sebab sudah tersedia di pekarangan rumah.
Jadi selain pemenuhan kebutuhan pangan dan dapur jadi lebih murah, juga dengan menanam dan memetik sendiri di pekarangan, tentunya bisa mendapatkan sayuran dan bahan bumbu dapur yang lebih fresh atau segar dan sehat. Apalagi jika pola tanamnya secara organik.
“Caranya bisa dengan mengganti pohon atau tanaman hias di pekarangan kita dengan tanaman pangan yang lebih bermanfaat seperti sayuran atau cabai. Ini penting sebab bisa membantu ibu-ibu lebih irit uang belanjanya, apalagi saat krisis seperti saat ini,” kata Emiliana Sri Wahjuni.
Selain sayuran, Emiliana Sri Wahjuni juga mengajak warga Denpasar menggalakkan menanam tanaman apotek hidup yang merupakan tanaman obat. Contohnya kunyit, jahe, binahong hingga bunga rosella yang kaya manfaat dan bisa dikonsumsi dalam bentuk teh rosella.
“Mari mulai menanam tanaman apotek hidup yang mudah tumbuh seperti sereh, jahe, kunyit dan lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bumbu masak juga untuk obat,” ajak ibu dari dua orang putri ini.
Pihaknya pun mendukung jika ada inisiatif bantuan bibit tanaman kepada masyarakat baik dari pemerintah, pihak swasta maupun BUMN untuk bersama-sama ikut dalam gerakan menjaga ketahanan pangan.
“Kita juga bisa edukasi anak-anak kita, para siswa sekolah untuk belajar dan cinta bercocok tanam di pekarangan rumah. Ini juga bagus agar mereka tidak bosan di rumah saja. Dengan itu, kita juga ajarkan anak kita kreatif hadapi situasi saat ini,” tandas Emiliana Sri Wahjuni.