Partai Solidaritas Indonesia (PSI) berharap agar para mahasiswa bertindak aktif mencegah penyebaran arus radikalisme di kampusnya. Mahasiswa juga diminta untuk tak tinggal diam apabila melihat aktivitas yang mencurigakan.
“Mahasiswa tidak bisa tinggal diam kalau menemukan adanya indikasi radikalisme di kampusnya. Mereka harus bertindak,” kata Dara A Kesuma Nasution, juru bicara PSI untuk masalah kepemudaan dan perempuan dalam keterangan tertulis, Selasa (5/6).
Menurut Dara, mahasiswa adalah pihak yang bisa melihat langsung seandainya ada teman-temannya yang sudah mulai terlihat terkena paham radikal. “Kalau seorang mahasiswa sudah mulai terlihat terpapar radikalisme, kawan-kawannya sebaiknya berusaha mendekati dan mengajak bicara temannya tersebut,” kata Dara.
“Mereka yang terkena terpaan radikalisme jangan justru dimusuhi dan dijauhi, karena kalau dibiarkan sendirian mereka justru akan semakin jauh terjebak dalam pusaran radikalisme tersebut.”
Dara yang merupakan lulusan FISIP UI terbaik tahun 2017 ini menanggapi data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang menunjukkan bahwa tujuh universitas negeri ternama telah terpapar radikalisme. Tujuh universitas ternama tersebut adalah: Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Airlangga, dan Universitas Brawijaya.
Dara khawatir pengaruh radikalisme itu sudah semakin meluas melampaui apa yang dinyatakan BNPT. “Sebagai contoh, di Universitas Riau, juga ditemukan ada markas gerakan teror oleh para mahasiswa dan alumni,” ujar Dara.
“Saya khawatir yang sudah terpapar radikalisme juga mencakup banyak perguruan tinggi, termasuk perguruan tinggi swasta, di daerah-daerah lain.”
Dara menyayangkan bahwa radikalisme bisa tumbuh di tempat yang seharusnya mengajarkan berpikir kritis. “Tampaknya memang ada pihak-pihak yang sengaja menyasar ke berbagai perguruan tinggi, mengingat itu adalah tempat yang akan melahirkan orang-orang yang nantinya duduk di posisi pengambilan keputusan,” kata perempuan yang juga caleg PSI dapil Sumut III itu.
Dia mendukung sikap pimpinan perguruan tinggi yang berusaha mengawasi gerakan radikalisme di kampusnya. Namun Dara percaya, pihak yang paling perlu aktif mencegah perkembangan radikalisme tersebut adalah para mahasiswa sendiri.
“Mahasiswa tidak bisa melemparkan saja tanggung jawab pada pimpinan perguruan tinggi atau aparat keamanan. Kalau radikalisme dibiarkan, semua mahasiswa akan menanggung akibatnya. Seluruh bangsa akan menanggung akibatnya,” ujarnya.
Dara menganjurkan program penanganan radikalisme di kampus itu melibatkan berbagai organisasi kemahasiswaan seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa, Komunitas Mahasiswa dan juga organisasi-organisasi keagamaan mahasiswa.
“Dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan positif yang ditujukan pada para mahasiswa yang berpotensi terpapar paham radikalisme, kita berharap gelombang radikalisme ini bisa dicegah,” ujarnya. [rzk]