Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menerima pendaftaran tiga tokoh perempuan yang akan menjadi bakal calon legislatif (bacaleg) PSI pada pemilu 2019. Ketiga perempuan profesional itu adalah Niluh Djelantik, Susy Rizky, dan Milly Ratudian Purbasari.
Pendaftaran bacaleg PSI gelombang kedua ditutup pada 28 Februari 2018. Pendaftar yang lolos seleksi administratif akan menjalani tes wawancara dengan Tim Panelis Independen. Tim ini diisi mantan Ketua MK Mahfud MD, mantan komisioner KPK Bibit Samad Rianto, mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, aktivis perempuan Natalia Soebagjo, dan sejumlah nama kredibel lain.
Niluh berprofesi sebagai desainer dan pengusaha sepatu wanita ternama. Suzy seorang pengusaha mebel. Milly Ratudian Purbasari adalah seorang arsitek.
Niluh menuturkan alasannya mendaftar sebagai calon legislatif dari PSI. Menurutnya, saat ini waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat dengan ruang lingkup lebih besar sebagai politisi. Dengan menjadi politisi, saat ikut terlibat dalam pengambilann keputusan, manfaat yang ditebarkan akan jauh lebih luas, bisa mencakup seluruh Indonesia.
“Kalau menjadi pengusaha, ruang lingkupnya lebih kecil, hanya terkait dengan para pegawai,” kata Niluh dalam keterangan pers, kemarin (8/2).
Dia mengaku terjun ke politik untuk menepis stigma bahwa politisi itu korup, malas, kotor, dan tidak bekerja. Dirinya ingin menghapus stigma tersebut dan membuktikan bahwa politisi bisa sangat berguna untuk masyarakat.
Niluh menuturkan alasannya menggunakan kendaraan politik PSI. “Ini partai yang didirikan anak muda yang punya integritas, prinsip, harga diri, dan kejujuran. Semua itu sama dengan prinsip hidup yang saya jalani,” ungkapnya.
Sementara itu, Susy Rizky mengaku ingin terjun ke politik karena sejumlah keinginan. Antara lain ingin mengembangkan lebih banyak daerah pariwisata baru yang selama ini belum tereksplorasi seperti di Indonesia Timur.
“Dalam soal pendidikan, saya akan memperjuangkan agar anak-anak bisa melek teknologi dan itu masuk dalam kurikulum,” kata Susy.
Menurut dia, pengenalan teknologi informasi sejak dini bisa mendorong anak-anak kreatif, menciptakan peluang bisnis baru, dan membuat mereka mandiri. Tidak tergantung pada kesempatan kerja yang semakin sedikit.
Susy menaruh harapan pada PSI. “Ini partai baru yang diisi orang-orang yang memiliki visi kuat tentang kebangsaan. Partai yang akan menyokong pemimpin-pemimpin berintegritas, yang satu antara kata dan perbuatan,” tutur ibu satu anak ini.
Calon ketiga, Milly Ratudian Purbasari berpandangan inilah saatnya masuk ke dalam sistem. Dia ingin berkontribusi untuk memperbaiki pendidikan.
“Bukan hanya pendidikan formal, tapi juga pendidikan keluarga. Dan juga bagaimana meningkatkan kualitas para guru, ungkap Milly.
Dia memilih PSI karena kesamaan visi dan misi. Dia melihat semangat PSI dalam melawan perilaku korup.
“Saya sangat antikorupsi. PSI jelas mengemban misi itu. Saya juga melihat PSI membawa cara baru dalam berpolitik. Buat saya, ini bisa membawa perubahan di perpolitikan Indonesia,” kata arsitek kelahiran Bandung ini.
Ketua Umum DPP PSI Grace Natalie mengaku sangat senang dengan terlibatnya tiga perempuan profesional ini. “Momen semacam inilah yang kami tunggu, ketika sejumlah perempuan menyatakan diri akan terjun berpolitik,” kata Grace.
Menurutnya, politik Indonesia membutuhkan banyak politisi perempuan. Sehingga kebijakan-kebijakan yang dihasilkan juga mengakomodasi kepentingan kaum perempuan.
“Di DPR sekarang, hanya ada sekitar 17 persen perempuan. Ini memprihatinkan,” ujarnya.
PSI mendorong lebih banyak perempuan terlibat dalam politik, mendaftar sebagai bakal caleg di PSI. Ini sebagai salah satu langkah memperbaiki negeri. [noe]