Peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-77 tahun ini terasa begitu luar biasa. Perhelatan tahunan yang digelar di Istana Merdeka itu, yang biasanya terasa begitu khidmat dan penuh haru, kini dihiasi oleh joget bareng penuh sukacita. Ini semua karena tampilnya bakat baru kebanggaan kita, Farel Prayoga. Seorang pelajar Sekolah Dasar kelahiran 8 Agustus 2010 asal Banyuwangi. Membanggakan, karena Farel tampil dengan luwes layaknya seorang maestro!
Demam Farel si Penggoyang Istana, masih saja berlangsung hingga tulisan ini dibuat. Farel, menambah daftar penyanyi lagu Jawa (campursari dan dangdut koplo), setelah berpulangnya sang maestro Didi Kempot dan Manthous. Ia berjejer bersama para seniornya, yang juga masih terhitung muda, seperti Denny Caknan, Ndarboy Genk, Via Vallen, Nella Kharisma, dll.
Energi Positif adalah Kunci
Yang pantas dikenang sebagai momentum bersejarah, adalah saat para pejabat negara ikut berjoget bersama, mengapresiasi performa seorang Farel Prayoga. Sebagai seorang yang pernah menggeluti dunia musik, saya amat memahami bahwa peristiwa tersebut betul-betul natural dan penuh kejujuran. Dari bahasa tubuh Farel, hingga spontanitas hadirin; baik para pejabat hingga teman-teman public figure yang ikut turun ke lapangan.
Peristiwa ‘Farel Menggoyang Istana’ tersebut adalah fenomena yang mesti kita jadikan pelajaran. Bahwa sebuah kesungguhan, kejujuran, dan ketenangan dalam berkarya dan bekerja, di bidang apapun, akan menghadirkan energi yang positif di sekitarnya. Namun, seperti kita tahu, naiknya ketenaran berbanding lurus dengan naiknya ketidaksenangan terhadap diri kita. Di situlah, pribadi kita betul-betul diuji sebagai apa dan bagaimana sosok kita ingin dikenang.
Saya pribadi, sangat mendukung dan mengapresiasi sepenuh hati bagi Farel dan juga bakat-bakat muda yang berprestasi di bidang mereka masing-masing. Sebab, energi positif dari kita adalah kunci bagi kita bersama dan para penerus bangsa.
Bakat Juga Perlu Dirayakan
Banyak saya temui, baik dari lingkungan terdekat hingga kawan-kawan yang lebih muda, yang memiliki bakat terpendam namun kesulitan untuk mengembangkannya. Dari kebanyakan itu, kalau kita mau pahami lebih dalam, selain faktor ketimpangan sosial dan ekonomi, terjadi juga akibat persaingan yang kurang sehat.
Prestasi besar yang pernah diraih oleh bangsa kita dari masa lalu hingga masa kini, diraih bukan hanya karena faktor kuatnya persaingan. Tetapi begitu besarnya bidang tersebut dirayakan bersama. Mulai dari olahraga, seni dan budaya, hingga teknologi seperti E-sport, yang di setiap gang-gang di perkampungan hingga di lingkungan kota-kota besar, kita bisa menemukan perayaan itu: dari tarkam, badmintonan, pagelaran, hingga mabar.
Mari, bersama-sama bersolidaritas kita rayakan bakat kita dan para penerus!
Salam Solidaritas!