Menjadi salah satu destinasi wisata andalan Indonesia, Bali selalu dirindukan untuk dikunjungi. Hal itu disampaikan Plt Ketua Umum DPP PSI, Giring Ganesha, dalam obrolan online “Kangen Bali” yang digelar DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
“Yang menarik dan bikin kangen dari Bali itu bukan cuma pantainya saja, tapi setiap sudutnya itu indah, karena budaya dari saudara-saudara kita di Bali memang memperlakukan alam dengan sangat baik. Kami bagi-bagi rice box sampai ke desa-desa, dan itu (desa-desa) gak ada yang jelek, semua bagus,” kata Giring, Jumat 24 September 2021.
Setelah satu bulan mendampingi Giring menemui dan menyerap aspirasi masyarakat Bali, sang istri Cynthia pun mengaku kangen untuk kembali ke Pulau Dewata. Yang paling berkesan, menurutnya, adalah keramahan orang Bali.
“Yang aku paling senang sih orang-orangnya, ya. Orang-orangnya ramah-ramah, banyak senyum, jadi kita merasa diterima. Jadi, senang aja sih sama orang-orang Bali yang sangat ramah,” sebutnya.
Giring melanjutkan, selain setiap jengkalnya banyak menawarkan keindahan, Bali menyimpan pengalaman personal tak terlupakan bagi dia dan sang istri. Namun kebijakan pemerintah yang menutup tempat-tempat wisata di Bali sebagai upaya penanggulangan pandemi membuat Pulau Seribu Pura itu menjadi sepi. Kondisi itu pula yang membuat Giring sedih.
“Ada satu momen yang bikin saya meneteskan air mata adalah kita napak tilas sama anak-anak, kita mau kasih tahu di sini mama dan ayah pertama kali ketemu, terus jatuh cinta. Tapi yang biasanya Legian, Seminyak itu ingar bingar, sekarang sepi banget, sedih sekali” ujar dia.
Kegelisahan yang sama, ujar Giring, turut dirasakan masyarakat dan pelaku industri pariwisata Bali. Umumnya mereka meminta pemerintah pusat dan daerah membuka kembali tempat-tempat wisata sebagai sumber ekonomi mereka.
Oleh karena itu, pada kesempatan bertemu dengan Presiden Jokowi awal September kemarin di Istana Negara, Giring secara khusus menyampaikan aspirasi tersebut.
Kepada Presiden Jokowi, Giring mengusulkan konsep Quarantine in Paradise yang memungkinkan para turis mancanegara melakukan karantina di daerah tujuan wisata, alih-alih diharuskan karantina terpusat di Jakarta.
Kendati demikian, imbuh Giring, konsep Quarantine in Paradise tetap memperhitungkan kelayakan fasilitas kesehatan yang mumpuni dan pengawasan yang ketat selama melakukan karantina.
“Waktu ketemu Pak Jokowi, saya langsung coba menyuarakan aspirasi masyarakat Bali soal satu, kapan Bali mulai dibuka lagi untuk wisatawan internasional, dan kedua kenapa turis-turis yang mau ke Bali harus karantina di Jakarta, kenapa karantinanya gak langsung saja ke Bali,” urai Giring.
Senada dengan Giring, vlogger dan presenter televisi, Aishah Gray yang turut memantik obrolan mengatakan, Bali memiliki pesona luar biasa yang membuat siapa pun yang pernah berkunjung ingin kembali lagi.
“Bali itu punya suasana yang magical banget, vibe-nya itu udah beda tiap kali kita ke Bali. Siapa pun yang pernah ke Bali sudah langsung bisa merasakan vibes yang cuma Bali yang punya,” ucap perempuan yang menggemari olahraga menyelam itu.
Lebih jauh Aishah menambahkan, di samping wisata alam, yang membuatnya kagum dan kangen Bali adalah tentang bagaimana masyarakat di sana begitu bangga dengan budaya dan tradisi. Sehingga membuat Bali punya daya pikat dan memberi energi positif.
Dia juga mendukung konsep Quarantine in Paradise yang sempat viral beberapa waktu lalu itu. Menurut Aishah, sudah seharusnya karantina bagi turis internasional yang ingin berkunjung ke daerah wisata di Indonesia dikemas dengan suasana berbeda tanpa mengabaikan prokes.
“Kebayang gak sih kalau kita misalkan bisa karantina di tempat yang asyik banget, kece banget, terus sirkulasi udaranya juga bagus, gitu kan, jadi walaupun karantina gak terlalu berasa karantina. Jadi aku sih setuju banget, ide yang bagus banget,” imbuh Aishah.
Obrolan yang dimoderatori Juru Bicara DPP PSI Dara Nasution itu, juga menghadirkan Ketua DPW PSI Bali, I Nengah Yasa Adi Susanto. Adi mengungkapkan data bahwa sebelum pandemi, pariwisata Bali menyumbang 30 % dari devisa pariwisata nasional, atau senilai Rp 75 triliun per tahun.
Mengingat kontribusi pariwisata Bali yang sangat besar selama ini, dia berharap pemerintah pusat memberi perhatian khusus kepada pelaku-pelaku industri pariwisata agar bisa bertahan di masa pandemi. Misalnya, sebut Adi, akses permodalan, insentif berupa keringanan pajak dan subsidi listrik, dsb.
Jika terobosan kebijakan itu tidak diambil pemerintah pusat, dia khawatir sektor pariwisata Bali akan kian kolaps. Pasalnya, dia memperkirakan ada potensi 70 % hotel-hotel kelas menengah dan bawah di Bali terancam dijual karena tidak mampu menutup biaya operasional akibat sepi pengunjung yang didominasi turis asing.
“Jadi sekarang harusnya in return, pemerintah pusat memberikan kontribusi juga. Kontribusinya dalam bentuk apa? Berikan pelaku pariwisata penyaluran modal melalui perbankan dan memberikan insentif juga berupa pemotongan bayar listrik, bayar pajak, dll,” kata dia.