Isyana Bagoes Oka dan Andy Budiman, Dua Mantan Jurnalis Jadi Caleg PSI

Dua mantan jurnalis, Ratu Isyana Bagoes Oka dan Andy Budiman, hari ini (20/10), mendaftarkan diri sebagai calon anggota legislatif (caleg) Partai Solidaritas Indonesia untuk Pemilu 2019. Kehadiran Isyana dan Andy dengan latar belakang jurnalis di PSI semakin memperkuat karakter keterbukaan partai muda ini. Sebelumnya, mantan atlet bulutangkis Hariyanto Arbi dan pelaku industri kreatif Giring ‘Nidji’ juga telah memutuskan untuk melaju ke Senayan melalui PSI.

Isyana telah malang-melintang di dunia jurnalistik televisi. Ia sempat menjadi presenter berita di Trans TV, TV7, RCTI, dan Metro TV.  Beberapa tokoh dunia, seperti Sekjen PBB Kofi Annan dan Hillary Clinton pernah ia wawancarai. Lahir di Jakarta, 13 September 1980, Isyana tumbuh dalam keluarga berlatar belakang agama dan etnik yang beragam. Neneknya, Gedong Bagoes Oka, merupakan tokoh pejuang kerukunan antar umat beragama.

Sedangkan Andy Budiman dikenal sebagai jurnalis sekaligus aktivis pejuang kebebasan berekspresi. Saat menjadi redaktur Deutsche Welle, lembaga berita publik Jerman, ia sempat memperoleh penghargaan sebagai salah satu karyawan terbaik di tahun 2012. Lahir di Bandar Lampung, 25 Juli 1973, Andy sempat aktif sebagai Pengurus Pusat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) selama dua periode. Ia juga tercatat mendirikan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK), sebuah organisasi yang memberikan pelatihan dan penghargaan pada wartawan yang pro-toleransi.

Dalam acara jumpa pers di Kantor DPP PSI, 20 Oktober 2017, Isyana dan Andy mengemukakan alasan mengapa akhirnya berani melangkah ke jalur politik. Bagi Isyana, keresahan akan maraknya korupsi dan intoleransi mendasari niatnya terjun ke dunia politik praktis.  Ia merasa sudah saatnya anak-anak muda berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan.

“Pada awalnya, ada begitu banyak orang yang mencemooh, menertawakan, bahkan memandang sebelah mata apa yang kami lakukan. Tapi ternyata, pada saat verifikasi Kementerian Hukum dan HAM, anak-anak muda dari seluruh Indonesia yang tergabung dalam Partai Solidaritas Indonesia membuktikan bahwa PSI menjadi satu-satunya partai yang bisa lolos verifikasi,” tutur Isyana.

Senada dengan hal itu, Andy juga merasa bahwa bahwa sudah saatnya kaum profesional masuk ke politik untuk memperbaiki keadaan. “Para profesional harusnya masuk ke dunia politik untuk memperbaiki keadaan karena merekalah orang yang paling punya kompetensi dan mengerti persoalan dan bisa mengatasi tugas-tugas mereka secara profesional. Saya ingin menjadikan politik sebagai sebuah tugas profesional,” kata jurnalis yang pernah meraih Jefferson Fellowship ini.

Sebelum mendeklarasikan diri sebagai calon anggota legislatif PSI, Isyana sudah lebih dulu tercatat sebagai Ketua DPP PSI. Saat itulah, ia melihat ada begitu banyak anak-anak muda yang tergerak mendaftar sebagai anggota untuk memerangi korupsi dan intoleransi. Isyana menyatakan, “Melihat semangat-semangat mereka, saya pun merasa harus ikut berjuang bersama mereka, merubah wajah DPR dengan menjadi calon anggota legislatif dari Partai Solidaritas Indonesia.”

Sementara itu, kesamaan ideologi dengan PSI merupakan hal utama yang membuat Andy mantap menjatuhkan pilihan pada PSI sebagai kendaraan politik. Andy merasa ideologi PSI yang memperjuangkan kebebasan, toleransi, dan pluralisme sangat sesuai dengan dirinya. “PSI adalah partai yang bisa kita harapkan untuk membersikan Indonesia dari praktik korupsi dan juga memperbaiki Indonesia sehingga lebih toleran,” kata Andy.

Dari kedekatannya dengan para pengurus PSI, Andy juga memperoleh gambaran tentang pengurus PSI yang berpikiran kreatif dan visioner. Kata Andy, “PSI diisi oleh anak-anak muda yang mempunyai pandangan yang jelas tentang Indonesia di masa depan. Indonesia yang kreatif, terbuka, dan penuh gagasan dari kaum muda  yang dinamis.”

Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia, Grace Natalie, mengaku bangga dan sepenuhnya mendukung langkah Isyana dan Andy. Menurut Grace yang telah mengenal keduanya saat masih menjadi jurnalis televisi, jurnalis memiliki banyak modal untuk berkontribusi besar sebagai wakil rakyat. Ke depannya, Grace berharap ada lebih banyak jurnalis yang mengikuti jejak Isyana dan Andy untuk masuk ke dunia politik.

“Karena sebagai wartawan, kami ditempa untuk terbiasa bersikap kritis, punya daya juang di lapangan, adaptif dengan keadaan, dan ditempa untuk punya wawasan yang luas karena liputan yang selalu berbeda-beda,” ujar Grace. Selain itu, kemampuan berbicara dengan seluruh lapisan masyarakat yang dimiliki jurnalis akan menjadi modal besar untuk lebih sensitif dalam mendengarkan aspirasi konstituen.

Sekretaris Jenderal DPP PSI Raja Juli Antoni menyambut gembira bergabungnya Isyana dan Andy sebagai caleg PSI. “Kehadiran Bro Andy dan Sis Isyana akan menambah warna dalam perjuangan anak-anak muda di PSI. Sudah saatnya para mantan jurnalis terlibat langsung di dunia politik praktis. Tidak hanya meliput, mengkritisi, tetapi langsung melakukan perubahan dengan tangan kita sendiri,” tandas Toni.

Beberapa tokoh hadir mengantar Andy dan Isyana mendaftar caleg, antara lain Budayawan Goenawan Mohammad, presenter Chantal Della Concetta, Cheryl Tanzil, Tengku Fiola, dan Saidiman Ahmad selaku perwakilan SEJUK.

Salah satu mentor Andy Budiman, Goenawan Mohammad, mengaku optimis dengan pendaftaran Andy sebagai caleg. “Saya sudah mengenal Andy cukup lama. Andy ini anak muda yang berkomitmen untuk bekerja bagi perbaikan.  Jarang ada orang seperti itu. Mudah-mudahan partai ini juga menjadi alternatif yang baik dengan adanya anak-anak muda,” tutur GM.

Melalui video testimoni, Direktur Institute for Interfaith Dialogue in Indonesia (Interfidei), Elga Sarapung, turut menyampaikan harapannya bagi Isyana. Ia menyatakan, “Kesediaan Isyana untuk menjadi salah sorang calon wakil rakyat bukan hanya membanggakan bagi saya. Saya juga percaya generasi muda seperti Isyana mampu memelihara komitmen untuk memperbaiki Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai negara dan bangsa yang beradab yang patut dihargai.”

Recommended Posts