Membanggakan tapi sekaligus juga jadi tantangan bahwa, “Indonesia dianggap masuk sebagai salah satu keajaiban ekonomi dunia bersama Vietnam, India, Yunani, Portugis, Saudi Arabia dan Jepang.” Begitu ujar Andre Vincent Wenas, juru bicara Partai Solidaritas Indonesia bidang ekonomi (27/09/2022).
Ketujuh negara ini dianggap sebagai survivor dari krisis global lantaran Covid-19 serta dampak konflik di Eropa Timur. Begitu seperti disampaikan Ruchir Sharma, Ketua dari Rockefeller International dalam tulisannya yang berjudul, “The Seven Economic Wonders of a Worried World”, dimuat harian bergengsi Financial Times (FT) edisi Senin, 26 September 2022.
Kemampuan ketujuh negara ini untuk tetap kuat menjaga pertumbuhan ekonomi, sambil sanggup mengendalikan inflasi walau moderat, serta menjaga kegairahan pasar telah menjadi faktor penting. Sementara banyak negara lain limbung menghadapinya.
Apa sebab Indonesia bisa kuat menghadapi krisis global itu? “Kekuatan sumber-daya (alam dan manusia) yang berhasil dikelola dengan baik telah jadi bukti daya tahan ekonomi Indonesia. Populasi 276 juta orang jadi pasar yang sangat ‘resilient’ menyebabkan ekonomi domestik mampu jadi pengimbang ekonomi ekspor,” kata
Andre.
Karena itu pula PSI mengapresiasi kebijakan Presiden Jokowi yang berani menempuh jalan terjal hilirisasi tambang. Tambahnya, “Kita juga berharap segera terealisasinya peta jalan hilirisasi pertanian, kelautan, kehutanan, termasuk juga manufaktur.”
Lebih lanjut dijelaskannya, “Kebijakan mengelola sumber-daya alam dengan mengedepankan kepentingan nasional seperti larangan ekspor bahan mentah serta realokasi subsidi yang tidak tepat sasaran serta Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang terarah langsung ke lapisan bawah (termasuk UMKM) telah banyak membantu penguatan ekonomi lapisan bawah.”
“Daya beli rakyat dikuatkan sementara potensi korupsi di atas dipotong. Karena kalau keburu dikorupsi di atas khan biasanya dana itu dilarikan keluar, ini capital-flight. Tapi kalau digelontorkan langsung ke bawah via BLT misalnya khan terjadi konsumsi yang menggairahkan pasar,” tandasnya.
PSI mengharapkan posisi Indonesia sebagai salah satu keajaiban ekonomi dunia ini bisa dipertahankan. Ini tantangannya. Belajar dari kriteria yang disampaikan Ruchir Sharma, Ketua Rockefeller International terhadap kebijakan ketujuh negara itu adalah:
Pertama, investasi besar-besaran di infrastruktur (kasus Vietnam). Kedua, pengelolaan sumber-daya alam dan manusia (kasus Indonesia). Ketiga, Investasi baru di bidang layanan digital dan manufaktur (kasus India). Keempat, Yunani bangkit kembali dari investasi asing serta pariwisata. Kelima, Portugis juga demikian ditambah kebijakan pensiun serta golden-visa yang menarik banyak pengunjung sekaligus investor.
Keenam, Saudi Arabia melakukan diversifikasi bisnis, kebijakan pelonggaran larangan terhadap kaum perempuan, para pekerja dan wisatawan, termasuk kegiatan bisnis hiburan malam. Realokasi pemanfaatan uang minyak ke pembangunan infrastruktur, termasuk 10 kota pintar (smart-cities).
Ketujuh, Jepang yang agak mengejutkan, menurut Sharma upah buruh di Jepang bisa lebih rendah dibanding China. Dan dengan nilai tukar Yen yang turun telah mendorong ekspor