Menanggapi konferensi pers Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, tentang proyeksi pertumbungan ekonomi kuartal III-2022 yang akan melampaui 5,5% (year on year), PSI mengingatkan bahwa pertumbuhan itu masih dibarengi tingkat inflasi yang 5,71% (year on year).
“Memang riil-nya masih minus 0,21%. Tetapi inflasi ini kan juga lantaran peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price) seperti BBM barusan. Juga perkara pandemi sebagai shock-factor yang tak terduga sebelumny. Hanya saja kita tetap perlu mewaspadai dampaknya pada daya beli masyarakat yang bisa terus menurun,” ujar Andre Vincent Wenas, juru bicara Partai Solidaritas Indonesia bidang ekonomi. “Intinya, masih perlu kerja keras dan kerja kompak antar instansi dan pemda!” ujar Andrea.
“Ingat, Indonesia bukannya tidak pernah mengalami pertumbuhan riil positif, justru 10 tahun terakhir ini kita lebih banyak pertumbuhan riil-nya yang positif. Hanya di tahun 2020 dan 2022 jadi minus, ini pun gegara pandemi atau shock-factor yang tak terduga itu tadi,” katanya mengingatkan.
Karenanya PSI tetap mengapresiasi kerja baik pemerintah di sektor moneter maupun fiskal. “Kerja sama yang baik serta kompak antara Bank Indonesia dan pemerintah, khususnya Kementerian Keuangan tetap mesti kita apresiasi. Di tengah tekanan ekonomi global yang begitu berat, Indonesia bisa survive untuk tidak jadi pasien IMF, seperti 28 negara lain itu,” kata Andre lebih lanjut.
Hal positif lain yang juga penting menurut jubir PSI itu adalah surplus neraca perdagangan, “Indonesia terus mencatat surplus sejak Mei 2020. Sampai pada September 2022 lalu yang surplus 4,99 miliar dolar AS. Nah, kinerja positif ini tentu berkorelasi positif terhadap ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.”
“Kebijakan Presiden Jokowi yang mendorong penggunaan produk dalam negeri patut diacungi jempol. Salah satunya kinerja Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang terus dikawal langsung oleh presiden,” jelasnya lebih lanjut.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang akan melampaui 5,5 persen (year on year) itu lebih tinggi dari kinerja ekonomi kuartal I-2022 yang tumbuh 5,01 persen dan kuartal II-2022 tumbuh 5,44 persen.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik juga merilis laporan inflasi yang mencapai 5,71% pada Oktober 2022 (year on year).