Idul Fitri: Membangun Solidaritas Kebangsaan dan Solidaritas Kemanusiaan

Khotbah Idul Fitri

Oleh: Raja Juli Antoni*

 

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنيا وَالدِّيْن، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوْا اتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

 

اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ ولله الْحمْدُ

Hadirin, Muslimin dan Muslimat yang Dimuliakan Allah

Pada pagi ini yang cerah, suasana sejuk dan penuh kegembiraan serta kebahagiaan, Insya Allah kita semua memperoleh kasih sayang (rahmah), ampunan (maghfirah) dan diselamatkan dari api neraka (itqun minan naar), sesuai dengan janji Allah Swt, setelah kita menunaikan ibadah puasa Ramadhan.

kebahagiaan ini, sekaligus diselimuti kesedihan, karena bulan yang penuh dengan pembelajaran, pahala, berkah dan kasih sayang baru saja lewat. Oleh karena itu, saya mengajak kita semua, agar kita tidak sia-sia keluar dari bulan Ramadhan, maka, mari kita abadikan pelajaran-pelajaran yang telah dididikkan pada kita selama bulan Ramadhan. Bahkan, bulan Syawal, yang hari pertama kita rayakan hari ini dengan Shalat Idul Fitri, Syawal berarti, “meningkatkan”, artinya, kita diajak untuk terus meningkat apapun yang telah kita raih di bulan Ramadhan.

Apa pelajaran penting dari bulan Ramadhan? Saya ingin menyarikan hal penting, yakni terbentuknya rasa solidaritas, rasa empati, rasa solider, yang membangun kebersamaan dan persatuan, dua jenis solidaritas, yakni solidaritas kebangsaan dan solidaritas kemanusiaan.

اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ ولله الْحمْدُ

Solidaritas Kebangsaan kita terbangun melalui ibadah dan momen Ramadhan, dengan tumbuhnya rasa empati dan saling peduli antar satu dengan yang lain. Benar bahwa puasa adalah kewajiban individu (fardlu ‘ain), namun dalam pelaksanaannya, puasa berdampak pada kehidupan sosial, karena tujuan puasa yang sebenarnya adalah membentuk pribadi-pribadi yang bertaqwa, pribadi yang bertaqwa tidak hanya sholeh dalam tataran ritual dan individual, tapi juga bertaqwa dalam kesalehan sosial. Puasa sekaligus mengajarkan kita untuk berempati dan solider terhadap orang lain, menjauhkan segala tindakan kita sekecil apapun yang bisa mengganggu orang lain karena akan berdampak pada pahala puasa kita, sekaligus sekecil apapun kepedulian kita pada orang lain akan meningkatkan kualitas puasa kita.

Ibadah-ibadah ritual dalam Islam seluruhnya memiliki dimensi sosial, meskipun ia seperti terlihat ritual dan individual. Syahadat dan iman, yang sering dipahami secara abstrak, dalam pelaksanannya adalah konsekuensi yang revolusioner terhadap aksi sosial. Tauhid dalam arti meng-esakan Allah, maka berarti tidak boleh ada penghambaan selain pada Allah, juga dalam konteks sosial dan politik.

Demikian pula yang disebut “agama” melalui Surat Al-Ma’un, kita diajarkan yang mendustakan dan “menodakan” agama bukanlah perkara-perkara abstrak, tapi mereka yang tidak memiliki kepedulian dan aksi sosial. Pendusta agama adalah mereka yang menelantarkan anak-anak yatim dan kaum miskin, mereka yang tidak memiliki rasa kepedulian dan kerja sosial. Bahkan, ibadah shalat pun dikaitkan dengan mereka yang ingin memamerkan kesalehan ritual melalui riyaa’ tapi tidak mau melakukan bantuan.

Dalam konteks kebangsaan, puasa menautkan segala perbedaan, suku, budaya bahkan agama, Ramadhan menjadi bulan saling berbagi dalam konteks nasional. Dalam internal umat Islam, buka puasa telah mempertemukan komunitas muslim apapun aliran, madzhab, kelompok, karena ibadah puasa mempersatukan kita, momen buka puasa mempertemukan perbedaan-perbedaan kita.

Dalam konteks beda agama, puasa dan bulan Ramadhan telah mendapat sambutan dari komunitas non muslim yang saudara kita dalam kebangsaan. Acara buka puasa juga diselenggarakan oleh saudara-saudara kita di luar Islam sebagai bukti dan kepeduliaan penerimaan mereka terhadap kita, dalam acara “ifthar” (buka puasa) komunitas-komuntas kebangsaan menyelenggaran dan mengundang kita. Bahkan untuk Shalat Idul Fitri hari ini, beberapa gereja yang berdampingan dengan masjid mengundurkan jadwal misa mereka untuk memberikan ruang bersama baik parkir atau halaman bagi kaum muslimin untuk melaksanakan Shalat Idul Fitri. Ini tampak di Katendral Jakarta yang berdekatan dengan Masjid Istiqlal dan pula Gereja Katolik di Malang.

Inilah solidaritas kebangsaan yang telah terwujud berkah puasa Ramadhan dan Idul Fitri.

اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ ولله الْحمْدُ

Solidaritas kedua adalah solidaritas kemanusiaan yang lahir dari ibadah puasa Ramadhan. Puasa memberikan kita rasa lapar dan dahaga, memberikan pada rasa penderitaan dan keprihatikan, yang tujuannya agar kita peduli pada sesama. Karena rasa lapar, rasa dahaga, rasa menderita adalah rasa yang universal yang sama dirasakan oleh semua manusia, apapun agama, suku, bangsa, budaya, karena ini merupakan perasaan manusiawi.

Keimana kita sangat ditentukan pada kepeduliaan, perhatian dan kasih sayang kita pada orang lain, sesuai sabda Nabi Saw:

عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (متفق عليه)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik Ra, Nabi Saw bersabda: “Tidak sempurna imannya seseorang sehingga ia mencintai untuk saudaranya seperti ia mencintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Solider pada sesama, dengam memberi makan dan minum, atau bersikap ramah kepada siapapun meski pada mereka yang tidak kita kenal merupakan ajaran Islam yang agung yang terwujud dalam puasa dan bulan Ramadhan.

عَنْ عَبْدِاللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ اْلإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ (متفق عليه)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr RA, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Saw: “Ajaran Islam apakah yang baik?” Nabi Saw. menjawab, “Memberi makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan kepada orang yang tidak kamu kenal.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Solidaritas kemanusiaan kita ini dilambangkan oleh Nabi Muhammad Saw seperi kita, manusia adalah satu tubuh, apabila ada satu orang dari kita yang tersakiti, maka yang lainnya pun sakit, seperti halnya kalau ada anggota badan kita yang sakit, maka semua pun akan merasakan, misal, gigi kita sakit, maka, lidah tidak akan enak makan, mata tidak bisa tidur nyenyak, kepala ikut sakit, dampaknya ke semua anggota badan. Kalau gigi sakit, tidak ada cerita mata malah gembira, lidah bisa berfoya-foya makan. Tidak! Demikianlah perumpaan yang disabdakan Nabi Saw terhadap kepedulian dan solidaritas kemanusiaan kita.

تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَااشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رواه البخاري ومسلم)

Kamu melihat kaum beriman dalam hal sayang menyayangi, cinta mencintai, dan kasih mengasihi, bagaikan satu tubuh, jika ada salah satu anggota tubuh yang mengeluh (sakit), maka anggota-anggota tubuh lainnya ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan panas.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebuah perumpamaan yang sangat tepat dan luar biasa. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan meningkatkan pelajaran-pelajaran yang telah kita ambil selama bulan Ramadhan di bulan Syawal ini, serta memperkuat solidaritas kebangsaan dan solidaritas kemanusiaan kita. amien.

اللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحًمُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَاالنَّاسُ اعْبُدُوارَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ،

وَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَالْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَاالَّذِينَ ءَامَنُواصَلُّواعَلَيْهِ وَسَلِّمُواتَسْلِيمًا.

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيَ الْحَاجَاتِ

اللَّهُمَّ افْتَحْ لَنَا فَتْحًا مُبِيْنًا، وَاهْدِنَا صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا، وَانْصُرْنَا نَصْرًا عَزِيْزًا، وَأَتِمَّ عَلَيْنَا نِعْمَتَكَ، وَانْشُرْ عَلَيْنَا رَحْمَتَكَ، وَأَنْزِلْ فِيْ قُلُوْبِنَا سَكِيْنَتَكَ

رَبَّنَاآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

 

*Raja Juli Antoni, Alumnus Pondok Pesantren Darul Arqom, Garut Jawa Barat, Raja meraih gelar sarjana dari IAIN Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta) pada tahun 2001 dengan riset berjudul Ayat-ayat Jihad: Studi Kritis terhadap Penafsiran Jihad sebagai Perang Suci. Ia kemudian menempuh pendidikan master di The Department of Peace Studies, Universitas Bradford, Inggris, dan menyelesaikannya dengan tesis master yang berjudul “The Conflict in Aceh: Searching for A Peaceful Conflict Resolution Process”. Pada tahun 2010, Raja meneruskan studi doktoral di School of Political Science and International Studies pada Universitas Queensland, Australia. Ia berhasil mendapatkan gelar Ph.D dengan disertasi berjudul “Religious Peacebuilders: The Role of Religion in Peacebuilding in Conflict Torn Society in Southeas Asia”, dengan mengambil studi kasus Mindanao (Filipina Selatan) dan Maluku (Indonesia).

Raja juga mantan Ketua Umum PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) ini juga pernah dipercaya sebagai Direktur Eksekutif Maarif Institut, sebuah lembaga think tank yang didirikan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif.

Kini Raja Juli Antoni Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Recommended Posts