Warga Jalan Sunter Agung Perkasa VIII, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang menjadi korban penggusuran Kamis pekan lalu, Senin siang (18/11/2019) didatangi kader-kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang tergabung dalam “Foodbank PSI”.
Sebanyak 62 Kepala Keluarga (KK) digusur dalam penertiban bangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Jakarta Utara dibantu 1.500 personel gabungan dari kepolisian, Satpol PP dan PPSU. Penertiban pada Kamis (14/11/2019) ini berujung bentrokan karena warga menolak penggusuran. Hingga saat ini ratusan warga masih bertahan di bekas lokasi penggusuran.
Juru bicara PSI bidang Lingkungan dan Perkotaan, Mikhail Gorbahev Dom, menyatakan, aksi ini semata-mata dilandasi oleh rasa kemanusiaan. “Kami tidak akan masuk pada status hukum korban penggusuran atau benar-tidaknya tindakan penertiban yang dilakukan oleh Pemkot Jakarta Utara. Yang kami lihat saat ini ada puluhan keluarga yang terlunta-lunta karena penggusuran dan kami ingin menyampaikan solidaritas kami sebagai sesama anak bangsa,” ujar pria yang akrab disebut Gorba ini.
Gorba yang juga koordinator Foodbank PSI ini, menyampaikan, lembaga yang dikelolanya baru beroperasi sekitar dua bulan. “Gagasan foodbank PSI ini adalah menyalurkan makanan berlebih kepada pihak-pihak yang membutuhkan,” ujarnya.
Gorba menyebutkan, semenjak beroperasi foodbank PSI telah menerima makanan dari beberapa donatur, di antaranya hotel bintang lima, mini market dan event internasional. “Kami setiap minggu secara rutin sudah membagikan makanan di daerah Pasar Senen dan Kemang,” kata Gorba. “Ke depannya PSI kami akan membuat foodbank-foodbank di daerah lain,“ ujarnya lagi.
Foodbank PSI, menurut Gorba, merupakan konsep solidaritas untuk berbagi dengan sesama anak bangsa. “Apa yang kami lakukan hari ini juga untuk menyampaikan solidaritas kami pada warga yang tengah mengalami kesusahan di sini. Tentu saja apa yang kami sampaikan bukan apa-apa dibandingkan kesulitan yang dialami oleh warga yang digusur,” jelasnya.
Gorba juga mengajak pihak lain ikut menyampaikan solidaritas pada korban penggusuran yang hingga saat ini masih belum jelas nasibnya. “Kami melihat banyak anak-anak dan perempuan yang masih bertahan. Mereka dalam kondisi yang memprihatinkan, tanpa sanitasi yang memadai. Bahkan beberapa tidak bisa mandi sejak digusur dan anak-anak tidak bisa bersekolah,” kata Gorba.
“Hari ini kami hanya mampu menyalurkan makanan untuk 100 orang. Kami berharap dapat kembali lagi, dan tentunya akan lebih baik jika ada pihak lain yang juga ikut menyampaikan solidaritasnya pada saudara-saudara kita ini, terutama untuk anak-anak dan perempuan yang paling dirugikan,” pungkasnya.