Dapat Dukungan di Media Sosial, Kader PSI Harus Jaga Citra Partai

Banyak harapan yang menggantung pada Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Sebagai pendatang baru, partai yang dipimpin Grace Natalie ini sudah menunjukkan eksistensinya. Menjadi partai yang memiliki pengikut terbesar ketiga setelah Gerindra dan PDIP di media sosial.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro mengatakan, banyaknya followers partai di media sosial akan cukup berpengaruh terhadap preferensi pemilih di pemilu 2019. Syaratnya, PSI harus rajin merawat pendukung dengan baik.

Pernyataan Siti Zuhro terkait dengan hasil riset Instute for Transformation Studies (INTRANS) terkait jumlah follower partai politik di media sosial yang dirilis.

Berdasarkan temuan INTRANS di media sosial seperti, Facebook fans, Twitter followers, Instragram followers, Google+ followers, dan YouTube subscribers, Partai Gerindra sebagai partai yang mempunyai paling banyak pengikut sebanyak 3,8 juta followers. Selanjutnya, PDIP 1,6 juta pengikut, Partai Solidaritas Indonesia 1,1 juta.

Menyusul berikutnya, Partai Hanura (555 ribu pengikut), PKS (250 ribu), Demokrat (189 ribu), PAN (143 ribu), Golkar (104 ribu), Perindo (48 ribu), NasDem (47 ribu), PPP (16 ribu) dan PKB (13 ribu).

“Jadi partai-partai yang mendapat banyak dukungan di media sosial harus pintar-pintar merawat dan jangan menciderai dengan aib negatif partai,” kata Siti saat dihubungi, Senin (1/2).

Meski jumlah follower berpengaruh terhadap preferensi pemilih, sayangnya kata Siti, mayoritas partai sepertinya kurang bisa menjaga ritme citra positif partai di media sosial dalam waktu yang lama. Sebab, biasanya yang banyak merusak dan membuat negatif partai justru kader partai yang terkena korupsi atau kasus pemukulan yang rame akhir-akhir ini.

“Akhirnya perbincangan di media sosial justru menjadi negatif dan tentu saja akan memberikan image buruk bagi partai yang menaungi kader tersebut,” ungkapnya.

Siti menyebut, kampanye di media sosial menjadi salah satu cara partai untuk mengenalkan program partai ke kalangan anak muda dan masyarakat perkotaan. Sebab, jumlah pemilih muda di Indonesia mencapai 50 persen.

“Tapi masalahnya dari jumlah itu tidak semuanya mendapat akses Internet. Hanya kalangan tertentu saja yang bisa menikmati,” sebut dia.

Sebetulnya, cara yang paling masif dalam mengenalkan program partai adalah dengan menggunakan jaringan televisi karena langsung masuk ke rumah-rumah penduduk.

“Cara ini yang paling ampuh, tapi memang biayanya sangat mahal. Apalagi bagi partai yang berkantong pas-pasan dan cekak,” jelasnya.

Untuk itu, cara yang aman, murah dan cepat mempengaruhi anak muda adalah dengan media sosial.  

“Tapi ingat, media sosial juga bisa menekan dan membully secara habis-habisan. Jadi harus punya cara dan strategi memengaruhi penggiat dunia maya agar selalu membuat citra positif,” pungkasnya.

Recommended Posts