Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menargetkan anak muda sebagai segmen kader. Sekjen PSI Raja Juli Antoni pun menyebut ingin menjadikan kantor partai sebagai ‘rumah’ bagi anak muda.
Pria yang akrab dipanggil Toni itu mengatakan PSI ingin hadir sebagai partai yang membawa kejutan dalam pilpres 2019 mendatang. Untuk itu PSI saat ini tengah berusaha mempersiapkan segala persyaratan agar lolos verifikasi Kemenkum HAM.
PSI pun mencoba menghadirkan berbagai terobosan baru. Mulai dari konsep hingga visi misi. Seperti terlihat dalam acara Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) PSI malam tadi yang digelar penuh dengan semangat anak muda.
“Kantor kita nanti di DPW/DPC harus jadi rumah anak muda di mana ada space untuk co working. Yang penting ada wifi dan colokan, kita siapin air galon,” ungkap Toni di sela-sela acara Kopdarnas di JCC Senayan, Jakarta, Senin (16/11/2015) malam.
Toni ingin agar kantor-kantor PSI baik di pusat hingga daerah-daerah nantinya dapat memberikan akomodasi bagi anak muda. Saat ini PSI sudah memiliki kepengurusan di 34 provinsi yang ada di Indonesia.
“Kantor PSI nanti harus jadi tempat tongkrongan anak-anak muda. Kita juga akan encourage mereka untuk mencintai kebudayaan sehingga nantinya misal ada acara pagelaran seni yang disukai anak muda,” tutur Toni.
Untuk publikasi, kata Toni, PSI benar-benar hanya menggunakan kekuatan media sosial. Hingga kini PSI tidak mencoba mengiklankan diri untuk menggaet kader melalui media konvensional seperti koran atau iklan komersial.
“Kita lebih banyak menggunakan medsos ketimbang melalui media konvensional. Kesulitan tidak ada tapi ada tantangan. Aspek digital yang harus kita bangun. Di Facebook, Fanpage PSI udah nomor 3 setelah Gerindra dan PDIP,” ungkap Toni.
“Kita yakin dengan pertumbuhan medsos ke depan makanya media kampanye kita besok adalah medsos,” sambungnya.
PSI tak hanya bekerja setengah-setengah. Dalam hal media sosial ini, partai pimpinan Grace Natalie tersebut merekrut para profesional untuk menjalankannya. Tentu saja agar menarik kader-kader dari segmen anak muda.
“Kita punya orang khusus, kita hire profesional untuk membesarkan itu. Tapi lebih seringnya menumbuhkan kesadaran di jaringan kita sendiri. Makanya kita adakan kopdar seperti ini untuk mengumpulkan pengurus-pengurus dari seluruh daerah,” jelas Toni.
PSI menargetkan anak muda sebagai kadernya sebab berdasarkan data, dalam Pemilu 2019 nanti, disebut Toni sebanyak 55 persen calon pemilih datang dari usia muda. “Kita optimis bisa jadi partai yang bisa bikin surprise,” ucapnya.
Sementara itu untuk dana bagi partai, PSI mendapatkannya dari dana donatur tanpa menjanjikan suatu kekuasaan atau jabatan tertentu. Bahkan rencananya, ungkap Toni, PSI akan menerapkan sistem berbayar bagi setiap kartu anggotanya sehingga tanggung jawab bukan hanya terhadap satu atau sekelompok orang, melainkan untuk semua.
“Seperti untuk kopdar ini, kita ada crowd funding di kitabisa.com dan kemarin terkumpul sekitar Rp 150 juta. Kalau selama ini partai biasanya kasih asuransi atau uang untuk kader baru, kita ingin balik, kartu kita berbayar. Jadi ada ownership, nanti ada tingkatannya,” terangnya.
“Sehingga yang bayar bukan cuma 1 atau 2 orang, tapi semuanya sehingga kita bertanggungjawab sama banyak orang. Pertanggungjawabannya untuk rakyat,” lanjutnya.
Lantas bagaimana bentuk pertanggungjawaban terhadap para donatur?
“Ya harus transparan. Jadi ini soal trust. Kan kita tahu sulitnya anak muda kan seperti itu, kalau suka sama kita akan ikuti terus (loyal) tapi kalau nggak ya nggak mau. Makanya kita harus maintan dengan trust itu,” tutup Toni mengakhiri.