Bantuan Mengalir ke Asmat

Jumlah anak meninggal karena campak dan gizi buruk di Asmat, Papua, menjadi 63 orang. Dari pemeriksaan medis, hampir 90 persen ibu hamil dan menyusui dalam kondisi gizi buruk.

Bantuan dari berbagai pihak mulai mengalir ke pedalaman Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, lokasi terjadinya kejadian luar biasa campak dan gizi buruk. Bantuan itu datang, antara lain, dari Kementerian Sosial, Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Pemerintah Kota Surabaya, dan TNI.

Bantuan Kemensos yang berupa paket lauk-pauk telah dikirim dari Jakarta pada Minggu (14/1) malam WIB, dan sebagian tiba di Asmat, Senin (15/1) malam WIT. Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Harry Hikmat, Senin, mengatakan, paket lauk-pauk itu berupa 16.000 kaleng makanan siap saji senilai Rp 724.165.200.

”Dari gudang di Bekasi, bantuan dikirim melalui udara dari Bandara Soekarno-Hatta. Alhamdulillah, sudah sampai dan siap didistribusikan,” kata Harry. Sebanyak 16.000 kaleng makanan itu sudah tiba di Timika, dan 1.920 kaleng di antaranya sudah dikirim ke Asmat pada Senin.

Selain itu, kata Harry, ada juga bantuan dari gudang Pemprov Papua yang dikirim melalui Timika, via jalur udara. Bantuan itu, antara lain, berupa 3 ton beras, 200 lembar selimut, 200 lembar matras, 2 tenda keluarga, serta 50 paket food ware (peralatan makan). Hingga Senin malam bantuan-bantuan ini sudah sampai di Timika, dan akan didistribusikan ke Asmat pada Selasa ini.

Harry menambahkan, segera dikirim juga bantuan pangan lokal, seperti ubi-ubian, dengan membeli di kabupaten terdekat.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menginformasikan tim Kemensos menuju Asmat. ”Saya masih menunggu update (aktualisasi) dari mereka,” kata Khofifah.

Bupati Asmat Elisa Kambu menambahkan, bantuan dari Pemkot Surabaya sebanyak 20 koli bahan makanan juga telah diterima. ”Bantuan dari Kemensos dan Dinas Kesehatan Papua berupa vaksin campak dan bahan makanan sudah berada Timika,” kata Elisa.

Bergandengan tangan

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam wawancara di Redaksi Kompas, Senin malam, menjelaskan, dirinya meminta jajaran Pemkot Surabaya agar menjadi yang pertama membantu anak-anak yang kurang gizi dan sakit campak di Asmat.

”Kita harus bergandeng tangan untuk membantu mereka. Indonesia bukan negara miskin,” kata Risma. Ia mengaku sudah berpengalaman dalam membantu mereka yang membutuhkan di sejumlah daerah di Indonesia.

”Saya tinggal kontak pemimpin daerah di sana, menanyakan mereka butuh apa. Roti, biskuit, susu, disiapkan dan dikirimkan melalui pesawat Garuda. Pak Bupati Timika sendiri yang akan menjemput bantuan dari Surabaya,” kata Risma.

Sementara TNI mengirimkan 53 personel Tim Medis yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Kesehatan TNI Kejadian Luar Biasa (KLB). ”Hari ini (Senin), Satgas Kesehatan TNI KLB Asmat berangkat ke Papua dengan pesawat Hercules A-1326 dari Halim Perdanakusuma,” kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal M Sabrar Fadhilah.

Satgas Kesehatan TNI KLB Asmat terdiri dari dokter spesialis dan paramedis. Mereka juga membawa obat-obatan sesuai kebutuhan, dengan prioritas vaksin campak dan difteri, serta alat kesehatan. Kemenkes ikut memberikan obat-obatan yang dikirim bersama Satgas. ”Satgas Kesehatan TNI KLB Asmat juga membawa logistik berupa bahan makanan siap saji sebanyak 11.100 pak untuk membantu warga Asmat yang terkena KLB cam- pak dan gizi buruk,” katanya.

Fadhilah menambahkan, pembentukan Satgas Kesehatan TNI KLB sesuai perintah Presiden Joko Widodo kepada Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Asisten Operasi Panglima TNI Mayor Jenderal Lodewyk Pusung akan bertugas mengoordinasikan pemberangkatan satgas tersebut.

Sangat kurus

Pantauan Kompas saat mengikuti pelayanan kesehatan di puskesmas pembantu di Kampung Sawa, Distrik Sawa Erma, Senin (15/1) pukul 11.00 WIT, kondisi tubuh puluhan ibu menyusui dan hamil sangat kurus.

Ada 24 ibu hamil dan menyusui yang mengikuti timbang badan dan pengukuran lingkar lengan atas. Hasilnya, 21 ibu atau hampir 90 persen masuk dalam kategori gizi buruk, antara lain lingkar lengan di bawah 23,5 sentimeter. Petugas kesehatan dari Puskesmas Sawa Erma juga menemukan 14 anak balita dalam kondisi gizi buruk. Sawa termasuk 12 kampung di Distrik Sawa Erma. Akses menuju Sawa dari Agats, ibu kota Asmat, menggunakan perahu motor dengan waktu tempuh sekitar 90 menit.

Kondisi di Sawa Erma serupa dengan sejumlah kampung di Distrik Pulau Tiga pada Sabtu (13/1), antara lain di Kampung As, Atat, dan Kappi. Puluhan ibu hamil dan menyusui di ketiga kampung itu juga kurus kering.

Bidan Puskesmas Sawa Erma, Tuti Handayani, mengatakan, berat badan 21 ibu di Sawa hanya 30 kilogram hingga 40 kilogram. Padahal, tinggi badan mereka berkisar 150-160 sentimeter.

Penyebab para ibu itu mengalami gizi buruk adalah pola makan tidak teratur, tak pernah mengonsumsi makanan bergizi, dan minum air yang belum dimasak sehingga rawan terkena disentri. ”Mereka sering menahan lapar sehingga menderita penyakit gastritis dan malaria. Para ibu ini juga rawan mengidap infeksi saluran pernapasan karena sering masak dan tidur di ruangan yang sama,” tutur Tuti.

Bupati Asmat Elisa Kambu, saat ditemui di Agats, mengatakan, hingga Senin, data jumlah anak meninggal karena campak dan gizi buruk 63 orang. Jumlah tertinggi kematian terjadi di Distrik Pulau Tiga, yakni 37 orang.

”Setiap keluarga yang mengalami gizi buruk akan mendapatkan bantuan makanan dari kami,” kata Elisa, yang juga memohon Kemenkes untuk memprioritaskan Asmat mendapatkan program penyediaan tenaga medis di pedalaman.

Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kemenkes Usman Sumantri menegaskan, kekurangan tenaga kesehatan di Papua, baik di level pelayanan kesehatan primer di puskesmas maupun rujukan di rumah sakit, akan dipenuhi setelah terjadi bencana kesehatan di Asmat.

Penempatan tenaga kesehatan melalui Nusantara Sehat akan dilakukan akhir Maret 2018. (FLO/DIT/SEM/KSP/ NMP/ADH/EDN)

Sumber: Harian Kompas, 16 Januari 2018

Recommended Posts